Asal Ajakan Nusantara Sebelum Masehi

Nusantara yakni sebutan yg dipakai oleh masyarakat Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan yg terhampar dr ujung Sumatera hingga Papua. Nusantara dikala ini sebagian besarnya yaitu wilayah negara Indonesia. Asal undangan nusantara pertama kali tercetus dlm literatur berbahasa Jawa, kurang lebih di masa ke-12 hingga periode ke-16 untuk memberi gambaran kenegaraan yg dianut oleh Kerajaan Majapahit.

Konsep Nusantara ini pernah terlewatkan selama beratus tahun lamanya. Namun perumpamaan ini kembali digaungkan di kala 20 oleh Ki Hajar Dewantara. Pada ketika itu, Ki Hajar Dewantara mengemukakan nama Nusantara sebagai alternatif nama dr negara Indonesia tatkala merdeka mengambil alih nama Hindia Belanda. Meski tak menjadi nama negara, kata Nusantara tetap digunakan selaku padanan kata atau nama lain dr kepulauan Indonesia. Pengertian ini masih dipakai hingga kini.

Nusantara di Mata Majapahit

Di abad ke-13 hingga masa ke-15, rancangan kenegaraan yg dianut oleh kerajaan-kerajaan Jawa pada saat itu ialah Raja-Dewa. Arti dr Raja-Dewa ialah raja yg menduduki tahta pada saat itu & memerintah yaitu penjelmaan yang kuasa. Oleh karena itulah, kawasan kekuasaan kerajaan tersebut harus memancarkan kekuasaan seorang dewa. Konsep ini digunakan oleh Kerajaan Majapahit.

Majapahit membagi wilayah negara menjadi tiga serpihan:

  1. Negara Agung. Wilayah ini mencakup tempat sekeliling ibu kota kerajaan di mana sang raja memerintah.
  2. Yang tercakup dlm mancanegara menurut Kerajaan Majapahit adalah tempat-tempat di Pulau Jawa & sekitarnya yg memiliki kemiripan budaya dgn Negara Agung. Menilik dr sudut pandang ini, Madura, Bali, Lampung & Palembang dianggap sebagai mancanegara.
  3. Majapahit menyebut nama Nusantara untuk pulau lain di luar pulau Jawa yg budayanya tak dlm pengaruh budaya Jawa. Namun Kerajaan Majapahit masih menilai Nusantara selaku kawasan taklukan, dlm artian penguasanya mesti mengeluarkan uang upeti ke Majapahit.

Dalam Sumpah Palapa Gajah Mada mengatakan; “Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tak akan berhenti berpuasa. Ia Gajah Mada, kalau berhasil mengalahkan pulau-pulau lain, saya (akan) berhenti berpuasa. Jika berhasil mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan berhenti berpuasa.”

Gajah Mada dlm kitabnya Negarakertagama menyebutkan bahwa wilayah Nusantara meliputi sebagian wilayah terbaru Indonesia ketika ini, antara lainnya ialah Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi & sekitarnya, sebagian Maluku & Papua Barat ditambah dgn Malaysia, Singapura, Brunei & sebagian kecil Filipina kepingan selatan.

Baca juga:

Dwipantara

Banyak sejarawan Indonesia saat ini memercayai bahwa Gajah Mada bukanlah penggerak pertama konsep kesatuan Nusantara mirip yg disebutkannya dlm Sumpah Palapa di tahun 1336. Menurut sejarawan, pencetus kata Nusantara pertama kali dilakukan setengah kala lebih permulaan, tepatnya tahun 1275 oleh Kertanegara. Kertanegara, Raja Singhasari pada ketika itu mengemukakan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara,  yg dlm bahasa Sansekerta memiliki arti Kepulauan Antara. Makna dr Kepulauan Antara ini sama persis dgn Nusantara. Dwipa ialah persamaan kata dr nusa yg memiliki arti pulau.

Kertanegara mengidam-idamkan suatu persatuan kerajaan-kerajaan yg ada di Asia Tenggara pada saat itu dgn Singasari sebagai puncak kekuasaan tertinggi. Ia memiliki wawasan Nusantara untuk antisipasi menghadapi serangan bangsa Mongol yg membangun Dinasti Yuan di Tiongkok.

Dengan alasan itulah Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu. Tujuan dr ekspedisi ini ialah untuk menjalin persatuan & menghimpun kekuatan dgn kerajaan Malayu Dharmasraya di Jambi. Banyak yg menduga ekspedisi ini mulanya yaitu sebuah penaklukan dengan-cara militer. Namun belakangan timbul prasangka bahwa ekspedisi ini bersifat diplomatis dgn cara untuk kekuatan & kewibawaan untuk menjalin persahabatan dgn kerajaan Malayu Dharmasraya.

Bukti dr ekspedisi ini bersifat diplomatis, bukannya penaklukan militer yaitu persembahan Arca Amoghapasa yg dihadiahkan untuk penguasa & rakyat Malayu dgn cita-cita mampu mengambil hati mereka. Persembahan ini disambut dgn gembira oleh Raja Malayu & selaku tanggapan, ia mengirimkan kedua putrinya Dara Jingga & Dara Petak ke Pulau Jawa untuk dinikahkan dgn penguasa di Pulau Jawa.

Artikel yang lain:

Nusantara di Jaman Modern

Di tahun 1920-an, Ki Hajar Dewantara kembali memperkenalkan nama Nusantara setelah sekian lama menghilang untuk mengganti nama Hindia Belanda. Nusantara dianjurkan oleh Ki Hajar Dewantara karena nama ini tak mempunyai unsur bahasa gila, yakni India. Hal ini dikemukakan karena penjajah Belanda lebih senang menggunakan istilah Indie (Hindia) yg berujung pada kerancuan dgn literatur berbahasa lain.

Selain Nusantara, perumpamaan lainnya yg ikut bersaing ialah Indonesie (Indonesia) & Insulinde (Hindia Kepulauan). Istilah Insulinde dikemukakan oleh Eduard Douwes Dekker. Namun alhasil Indonesia ditetapkan selaku nama kebangsaan di Kongres Pemuda Kedua di tahun 1928. Namun bukan mempunyai arti nama Nusantara tenggelam lagi seperti sebelumnya. Di jaman sekarang, Nusantara identik selaku padanan kata dr Indonesia, baik dinilai dr sudut antropo-geografik, seperti yg dipakai oleh iklan-iklan televisi atau pun dlm pembahasan politik.

Ketika nama Nusantara tak dipakai selaku nama politis, perumpamaan ini tetap dipakai oleh bangsa Indonesia untuk mengacu pada wilayah negara Indonesia. Di penghujung Perang Pasifik, dinamika politik menimbulkan wacana Indonesia Raya yg mana wilayahnya mencakup Britania Malaya (kini Malaysia Barat) & Kalimantan Utara. Banyak warga Semenanjung Malaya pun memakai ungkapan Nusantara karena adanya semangat kesamaan latar belakang asal ajakan, yakni serumpun Melayu di antara penghuni Kepulauan & Semenanjung.

Namun tatkala negara Malaysia berdiri (1957), semangat kebersamaan di bawah nama Nusantara runtuh awut-awutan diakibatkan permusuhan & politik konfrontasi yg digembar gemborkan Soekarno. Meski sempat bermusuhan, tetapi tatkala semua problem sudah selesai, pengertian Nusantara tetap memiliki semangat kesamaan serumpun untuk pengertian Nusantara di Malaysia.

Artikel Sejarah Lainnya:

Nusantara di Mata Eropa

Berbagai literatur dgn bahasa Inggris & sejumlah bahasa lain (kecuali Belanda) di era ke-19 hingga periode ke-20 menyebut wilayah kepulauan dr Sumatera hingga Maluku yg terkenal dgn rempah-rempahnya selaku Malay Archipelago, dlm bahasa Indonesia mempunyai arti Kepulauan Melayu. Istilah ini menjadi terkenal dr sudut pandang geografis.

Pulau Papua (New Guinea) & sekitarnya tak termasuk dlm Malay Archipelago lantaran berdasarkan literatur tersebut penduduk asli Pulau Papua tak dihuni cabang ras Mongoloid mirip yg ada di Kepulauan Melayu. Selain itu kebudayaan yg ada di Pulau Papua berbeda dgn Kepulauan Melayu. Belanda sebagai pemilik koloni paling besar lebih senang memakai istilah Kepulauan India Timur atau Oost-Indische Archipel.

  Sejarah Kerajaan Champa – Kerajaan Islam Di Vetnam