Aspek-Aspek Resiliensi

Faktor ResiliensiBerdasarkan Grotberg (1995: 15) ada tiga kemampuan atau tiga faktor resiliensi yg membentuk resiliensi. Untuk sokongan eksternal & sumber-sumbernya, dipakai perumpamaan ‘I Have’. Untuk kekuatan individu, dlm diri langsung digunakan perumpamaan ‘I Am’, sedangkan untuk kesanggupan interpersonal digunakan perumpamaan’I Can’.

  1. I Have

Faktor I Have merupakan pertolongan eksternal & sumber dlm meningkatkan daya lentur. Sebelum anak menyadari akan siapa dirinya (I Am) atau apa yg bisa ia kerjakan (I Can), anak memerlukan pertolongan eksternal & sumberdaya untuk mengembangkan perasaan keselamatan & keamanan yg menaruh fondasi, yakni inti untuk memajukan resilience.

Aspek ini merupakan pertolongan & sumber dr luar yg meningkatkan resiliensi. Sumber-sumbernya ialah ialah selaku berikut :

1)      Trusting relationships (mempercayai korelasi)

Orang renta, anggota keluarga yang lain, guru, & teman-sobat yg mengasihi & menerima anak tersebut. Anak-anak dr segala usia membutuhkan kasih sayang tanpa syarat dr orang tua mereka & pemberi perhatian primer (primary care givers), tetapi mereka memerlukan kasih sayang & pertolongan emosional dr orang cukup umur lainnya juga. Kasih sayang & bantuan dr orang lain adakala dapat mengimbangi terhadap kurangnya kasih sayang dr orang bau tanah.

2)      Struktur & aturan di rumah

Orang bau tanah yg menawarkan rutinitas & aturan yg jelas, mengharapkan anak mengikuti sikap mereka, & dapat mengandalkan anak untuk melakukan hal tersebut. Aturan & kegiatan rutin itu mencakup tugas-tugas yg diharapkan dijalankan oleh anak. Batas & akhir dr sikap tersebut dipahami & dinyatakan dgn terperinci. Jika aturan itu dilanggar, anak dibantu untuk mengerti bahwa apa yg ia kerjakan tersebut salah, kemudian didorong untuk memberitahu ia apa yg terjadi, bila perlu dihukum, kemudian dimaafkan & didamaikan layaknya orang cukup umur. Orang bau tanah tak mencelakakan anak dgn sanksi, & tak ada membiarkan orang lain mencelakakan anak tersebut.

3)      Role models

Orang tua, orang remaja lain, kakak, & teman sebaya bertindak dgn cara yg menunjukkan sikap anak yg dikehendaki & mampu diterima, baik dlm keluarga & orang lain. Mereka menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu, seperti berpakaian atau menanyakan informasi & hal ini akan mendorong anak untuk meniru mereka. Mereka menjadi versi moralitas & dapat mengenalkan anak tersebut dgn aturan-aturan agama.

4)      Dorongan semoga menjadi otonom

Orang remaja, khususnya orang bau tanah, mendorong anak untuk melaksanakan sesuatu tanpa perlindungan orang lain & berusaha mencari pemberian yg mereka perlukan untuk membantu anak menjadi otonom. Mereka memuji anak tersebut tatkala ia memperlihatkan sikap inisiatif & otonomi. Orang sampaumur sadar akan temperamen anak, sebagaimana temperamen mereka sendiri, jadi mereka mampu menyesuaikan kecepatan & tingkat tempramen untuk mendorong anak untuk dapat otonom.

5)      Akses pada kesehatan, pendidikan, kemakmuran, & layanan keamanan.

Anak-anak dengan-cara individu maupun keluarga, dapat mengandalkan layanan yg konsisten untuk menyanggupi keperluan yg tak bisa dipenuhi oleh keluarganya yaitu rumah sakit & dokter, sekolah & guru, layanan sosial, serta polisi & proteksi kebakaran atau layanan sejenisnya.

2.    I Am

Faktor I Am merupakan kekuatan yg berasal dr dlm diri sendiri. Faktor ini meliputi perasaan, sikap, & keyakinan di dlm diri anak.  Ada beberapa penggalan-belahan dr faktor dari  I Am yaitu :

1)      Perasaan dicintai & perilaku yg menawan

Anak tersebut sadar bahwa orang menyukai & mengasihi dia. Anak akan bersikap baik kepada orang-orang yg menggemari & mencintainya. Seseorang dapat mengatur sikap & perilakunya jika menghadapi respon-tanggapanyg berbeda tatkala berbicara dgn orang lain.

2)      Mencintai, tenggang rasa, & altruistik

Anak mengasihi orang lain & menyatakan kasih sayang tersebut dgn banyak cara. ia peduli akan apa yg terjadi pada orang lain & menyatakan kepedulian itu lewat tindakan & kata-kata. Anak merasa tak nyaman & menderita karena orang lain & ingin melakukan sesuatu untuk berhenti atau berbagi penderitaan atau kesenangan.

3)      Bangga pada diri sendiri

Anak mengetahui ia ialah seseorang yg penting & merasa bangga pada siapakah dirinya & apa yg bisa dilakukan untuk memburu keinginannya. Anak tak akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkannya. Tatkala individu memiliki dilema dlm hidup, kepercayaan diri & self esteem menolong mereka untuk dapat bertahan & menangani masalah tersebut.

4)      Otonomi & tanggung jawab

Anak mampu melaksanakan sesuatu dgn caranya sendiri & menerima konsekuensi dr perilakunya tersebut. Anak merasa bahwa ia bisa mampu berdiri diatas kaki sendiri & bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai aktivitas & mengetahui dikala orang lain bertanggung jawab.

5)      Harapan, keyakinan, & kepercayaan

Anak percaya bahwa ada keinginan baginya & bahwa ada orang-orang & institusi yg sanggup menerima amanah. Anak merasakan suatu perasaan benar & salah, percaya yg benar akan menang, & mereka ingin berperan untuk hal ini. Anak memiliki rasa percaya diri & kepercayaan dlm moralitas & kebaikan, serta dapat menyatakan hal ini sebagai kepercayaan pada Tuhan atau makhluk rohani yg lebih tinggi.

3.   I Can

I can” yakni kemampuan yg dimiliki individu untuk mengungkapkan perasaan & pikiran dlm berkomunikasi dgn orang lain, memecahkan masalah dlm aneka macam seting kehidupan (akademis, pekerjaan, langsung & sosial) & menertibkan tingkah laku, serta mendapatkan pemberian ketika membutuhkannya. Ada beberapa aspek yg mensugesti faktor I can yakni :

1)      Berkomunikasi

Anak mampu mengekspresikan pemikiran & perasaan pada orang lain & dapat mendengarkan apa yg dibilang orang lain serta mencicipi perasaan orang lain.

2)      Pemecahan dilema

Anak dapat menganggap suatu permasalahan, penyebab munculnya problem & mengetahui bagaimana cara mecahkannya. Anak dapat mendiskusikan solusi dgn orang lain untuk memperoleh penyelesaian yg diharapkan dgn teliti. ia mempunyai kesabaran untuk bertahan dgn sebuah dilema sampai duduk perkara tersebut mampu terpecahkan.

3)      Mengelola berbagai perasaan & rangsangan

Anak dapat mengenali perasaannya, memberikan sebutan emosi, & menyatakannya dgn kata-kata & sikap yg tak melanggar perasaan & hak orang lain atau dirinya sendiri. Anak pula mampu mengurus rangsangan untuk menghantam, melarikan diri, menghancurkan barang, banyak sekali langkah-langkah yg tak mengasyikkan.

4)      Mengukur temperamen diri sendiri & orang lain.

Individu mengetahui temperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, & mengambil resiko atau membisu, reflek & waspada) & pula terhadap temperamen orang lain. Hal ini menolong individu untuk mengetahui berapa usang waktu yg dibutuhkan untuk berkomunikasi, menolong individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, & berapa banyak individu bisa berhasil dlm aneka macam suasana

5)      Mencari relasi yg dapat mengemban amanah

Anak dapat memperoleh seseorang misalnya orang bau tanah, kerabat, sobat sebaya untuk meminta pertolongan, membuatkan perasaan & perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan & menuntaskan masalah personal & interpersonal.

Daftar Pustaka :

Grothberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number8. The Hague : Benard van Leer Voundation.

Grothberg, E. (1999). Tapping Your Inner Strength, Oakland, CA : New Harbinger Publication, Inc.

Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New york: Broadway Books

  Kesehatan Reproduksi Akil Balig Cukup Akal