Bagaimana Kehidupan Lokalitas Perkotaan

Mengenal perkotaan pastinya yg mesti dipahami perihal perkotaan, perpindahan penduduk ke kota (urbanisasi) yg berasal dr banyak sekali daerah budaya, etnis & tingkat sosial yg berbeda telah menimbulkan pergeseran-pergantian dlm interaksi sosial penduduk urban. Masing-masing bagian masyarakat kota yg berlawanan latar belakang membutuhkan penyesuain diri satu sama lain, guna mampu membina keserasian korelasi sosial dlm kebersamaan & kehidupan bersama.
Dalam hal ini, tentang kemajemukan penduduk kota, pada satu sisi dapat membuka kesempatan untuk saling mengenal aneka macam latar belakang perbedaan masing-masing, saling memotivasi satu dgn lain, bertukar informasi & wawasan serta kearifan yg pada gilirannya membuat masyarakat tersebut lebih dinamis & terbuka. Namun, disegi lain masing-masing unsur masyarakat kota yg berlawanan membutuhkan penyesuain diri satu sama lain untuk dapat membina keserasian sosial dlm kebersamaan.
Apa yg dikemukakan oleh Pelly (1988), dimana konsep keserasian sosial mirip itu merupakan hal yg gres, pemahaman & unsur-unsurnya, factor penentu & cara pengukurannya masih memerlukan pengembangan & anutan. 
Dalam kaitan dgn perubahan-perubahan dr fungsi sebuah masyarakat majemuk perkotaan, hal yg perlu dipertanyakan yakni apakah pergeseran-perubahan itu mampu dikondisikan dlm dinamika penduduk ? Nah, dlm hal ini penting untuk digaris bawahi, guna menciptakan keserasian sosial, bukan kearah kesenjangan atau kerancuan sosial.
Dengan melihat pertumbuhan kota-kota yg ada misalnya, teruatama kota lama mampu dilihat bahwa pertumbuhan makin secepat, baik itu pertumbuhan pemukiman & prasarana/sarana pendukungnya. Akan namun, gambaran wajah dr kota lama masih mengesankan teladan warisan colonial. 
Dengan demikian, wilayah tertentu pada masa tertentu, kemudian kawasan permukiman menunjukkan struktur & konstruksi yg bebeda, dimana gaya hidup perkotaan merepresentasikan gaya hidup urban atau perkotaan, sedang yg lain gaya hidup rural atau pedesaan.
Akibat pertumbuhan kota & pertumbuhan permukiman, pada gilirannya memunculkan teladan segregatif. Pola pertumbuhan kota seperti dikemukakan diatas pada gilirannya mengakibatkan polarisasi & segregasi kehidupan dlm banyak sekali bentuk & jenisnya seperti etnis, sosial, agama, & okupasi. 
Segregasi dlm hal ini, pada dirinya memiliki atau menenteng pengaruh polarisasi karakteristik budaya atau sub-budaya yg kalau tak dikelola dgn baik mampu menyimpan potensi pertentangan antarpenduduk. Dengan begitu bentuk atau sebuah ruang yg yang diciptakan sedemikian rupa, akan memiliki efek pada proses sosialisasi yg sungguh terbatas bagi penduduk kota.