Bagaimana Konsep Pembangunan Manusia Di RI ?

Berbagai hal terkait dgn faktor ekonomi politik, masyarakat Tionghoa (Katedral), hidup pada budaya Jawa, Batak, & Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat. Apa yg bisa diberikan, kepada pembangunan mereka ciptakan sehabis kokohnya tata cara tatanan sosial, kelas sosial hasil dr perusakan tata cara sosial di penduduk .

Dengan mengerti pergantian sosial yg memiliki efek pada teladan pembangunan yg dihasilkan dr aspek seksualitas, serta kebanggaan mereka yg hidup pada tembok agama Nasrani (Tionghoa – Dayak – Batak – Jawa), katedral percuma jika mereka sering beribadah, toh baik tak gak tahu. Berbagai persepsi perihal masyarakat Tionghoa tak lekat dr pertarungan ekonomi budaya mereka di masyarakat.

Jelasnya, bagaimana hidup sebelumnya, & bagaimana pembangunan ekonomi budaya yg diciptakan tatkala itu. Berbagai terkait hal itu, karakteristik penduduk Tionghoa tak lekat dr aneka macam duduk perkara mereka terhadap agama, yg sebelumnya agama Budha, Islam, & Protestan.

Penyebaran agama yg begitu andal dgn adanya kepentingan ekonomi, politik, budaya, pendidikan, & kesehatan telah menciptakan ruang terhadap faktor kehidupan budaya mereka dengan-cara kolektif menyerang. 

Hal ini terang dgn adanya aneka macam hal terkait dgn metode politik yg dibentuk dgn peran dinamika kehidupan beragama mereka. Sejak itu, mulai pembangunan ekonomi di pedesaan dgn adanya lobby politik, kepentingan ekonomi pada masyarakat, hendak dimengerti adanya ketertinggalan pengetahuan & aspek pergantian budaya masyarakat tatkala itu.

Kadang hal ini menjadi penting dimengerti bahwa, mereka hidup dgn sistem seksualitas yg diciptakan selaku perubahan yg berada pada konflik sosial mereka buat ( Batak – Jawa – Melayu ), Islam & Protestan. Agama yg dimiliki Indonesia, setidaknya sudah menjadi alat bagi produk kampanye, sampai mengerti siapa diri mereka ?.

  pose

Dimana-mana, Batak dimana mereka berada sering bikin pertentangan, hal itu tak tidak mungkin untuk memahami budaya Batak Jawa itu, dgn jalan masuk ekonomi politik mereka. Tidak menyenagkan sekali pendidikannya, kesehatannya, kehidupan budaya mereka, takjub saja. 

Jelas bagaimana mereka hidup untuk menghadirkan simpati, yg berdasarkan  observasi ku masih geblek, jika untuk bersaing pada tata cara kesehatan & pendidikan global, & ekonomi, pendek kata carimuka & menjilat jago genetikanya RI, dgn sengaja dilaksanakan, pada aspek kelas sosial.

Suatu temuan yg baik, tatkala ke gereja katolik katedral, misal petugas orang Tionghoa untuk membuktikan tempat duduk, nah disitu ada tuh yg tak senang & bahagia pada saya. Jika yg tak senang, memungkinkan mereka meminta untuk pindah tempat duduk, hasil obrolan pada covid19 pada tanggal  8 Agustus 2021 di Pontianak. Di dlm gereja masih ada orang seperti itu, TAKJUB sekali.