Dalam kehidupan sehari-hari dengan-cara tak sadar, manusia sudah mempelajari karakteristik pengusutan filsafat. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan, karakteristik pengusutan filsafat sifatnya ktitis, refleksif, & radikal. Seperti yg diuraikan bahwa untuk kritis bearti fatwa seseorang berpikir dengan-cara filosofis, tak gampang percaya & tak terburu-buru menerima sesuatu antara benar & salah, atau dgn kata lain tak mudah mempercayai sesuatu, tak mudah yakin sebelum ia menyelidiki sesuatu. Sedangkan reflektif yaitu sikap yg selalu belum puas dgn tanggapan yg dikemukan diri sendiri, baik itu diri sendiri maupun orang lain.
Sedangkan radikal ialah suatu kondisi dimana hal-hal yg diselediki oleh filsafat itu sifatnya fundamental. Dan radikal yaitu imbas dr berpikir kritis & reflektif. Untuk itu wawasan filsafat itu sendiri dengan-cara tak eksklusif mampu dikatakan semenjak 5 abad sebelum masehi oleh Heraclitus bahwa ia sedang mencari jati diri ( edizezamen emeton ). Sedangkan yg dikatakan Socrates & muridnya plato pun perihal penyelidikan insan diartikan lebih pada sistematis & lebih terfokus pada dilema sosial & kenegaraan. Sehingga untuk membedakannya dgn cara kebajikan hakiki & mana yg komplemen. Meskipun pada kenyatannya untuk mencapai kebajikan yg hakiki berdasarkan plato memang susah , seperti yg diungkapkan pada mitos goa.