Berpikir Imajinatif tak lebih atau tak kurang ketimbang membangun sebuah citra ihwal lingkungan, mengajukan model lebih singkat ketimbang lingkungan itu, serta meramalkan bahwa lingkungan itu akan bertingkah laku seperti yg dikerjakan versi itu. Jika menurut yg kita ketahui dikala ini bahwa jalan pertama untuk menyelesaikan suatu persoalan yg terkandung dlm konstruksi suatu model atau gambaran, & ciri yg berhubungan yaitu lingkungan.
Model seperti itu mampu dikontruksikan dr banyak hal, tergolong bagian-bab jaringan organis tubuh & oleh manusia, kertas & pensil atau barang-
barang dr hasil kebudayaan. Sekali versi telah dikontruksikan model itu mampu dimanipulasi dlm berbagai keadaan hipotesis & pembatasan-pembatasan. Lantas “mengamati” hasil-hasil manupulasi & memproyeksikannya didalam lingkungan sehingga ramalan menjadi mungkin.
Contoh bila ahli mesin sedang berpikir bila ia menggerk-gerakan jarinya di atas sebuah garis pada peta, jari itu berlaku sebagai versi jalan. Model-versi eksternal seperti ini sering digunakan untuk berpikir perihal lingkungan-lingkungan yg kompleks. Gambaran yg dipakai untuk berpikir diam-diam tergantung tersedianya peristiwa-peristiwa psiko-kimiawi organisme yg harus dipergunakan untuk membentuk model-versi. Pandangan seperti ini tentu mengingkari kesadaran, & ia mendefinikan. Setiap pandangan sadar adalah, seperti yg dikemukan Percy, suatu langkah-langkah pengenalan, suatu acara memasang-masangkan dimana sebuah objek( atau suatu peristiwa, langkah-langkah, emosi) diindentifikasikan dgn menempatkannya didalam latar belakang sebuah symbol yg cocok.
Tentunya cukuplah mengatakan bahwa orang sadar akan sesuatu, orang pula sadar akan sesuatu yg yakni sesuatu… Ada suatu perbedaan antara pemahaman akan suatu gestalt ( seekor ayam mengetahui efek Jastrow sebaik manusia) & menagkapnya dlm wahana simbolis.
Sumber : Dr. Budi Susanto, “Politik Kebudayaan,” Kanisius, 1992, hal 27-28.