Pernah mendengar nama Candi Jawi? Sebuah Candi yg ada di daerah Pasuruan. Konon, katanya Candi ini mempunyai relief yg sulit dibaca. Lalu, bagaimana sejarah & asal usul dr candi ini? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.
Pengertian Candi Jawi
Candi Jawi merupakan candi peninggalan Kerajaan Singosari. Candi ini terletak di Kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Lokasi candi ini lumayan cukup jauh dr Kota Pasuruan yakni sekitar 31 kilometer atau akan menghabiskan waktu tempuh sekitar satu jam. Candi Jawi disebut pula dgn Candi Prigen lantaran letaknya yg ada di Kecamatan Prigen.
Candi Jawi berada di daratan dgn mempunyai ketinggian sekitar 290 meter dr atas permukaan laut. Lokasi ini yg kemudian menciptakan kawasan sekitar Candi Jawi terasa sejuk.
Apalagi di sebelah barat laut Candi ini terdapat Gunung Pawitra atau Gunung Penanggungan. Semakin menciptakan sejuk & tentunya dimanjakan dgn panorama yg indah alasannya adalah di sebelah selatan terdapat Kota Wisata Tretes.
Ciri-ciri Candi Jawi
Sebagaimana candi lain, Candi Jawi mempunyai ciri khas tersendiri dr sisi bangunan. Adapun ciri tersebut yaitu sebagai berikut.
- Luas & Panjang Bangunan
Candi Jawi terbuat dr batuan andesit dgn memiliki pagar bata yg mengelilingi dgn memiliki tinggi sekitar 2 meter. Selain dikelilingi pagar, candi ini pula dikelilingi parit yg berhias bunga teratai. Bangunan candi ini menghadap ke arah timur.
Candi Jawi mempunyai lebar 9.55 meter dgn panjang 14,24 meter & tinggi sekitar 24,5 meter. Candi ini menempati lahan yg cukup luas yakni sekitar 40 x 60 meter persegi. Seperti candi khas Jawa Timur lain, candi ini termasuk candi ramping & tinggi.
2. Kaki Candi
Candi Jawi terdiri atas tiga tingkatan. Dimana pada potongan pertama terdapat kaki candi. Kaki candi ini berada di pecahan paling bawah Candi. Hal ini menunjukan bahwa insan itu dikuasai oleh nafsu rendah mirip keserahan & kebohongan. Kaki Candi berdiri di atas sebuah batur yg memiliki tinggi 2 meter. Pada belahan ini terdapat pahatan relief seorang pertapa perempuan.
3. Tubuh Candi
Pada pecahan tubuh candi melambangkan bagaimana usaha insan dlm memerangi nafsu keduniawian. Pada ruangan penggalan tubuh Candi tak terdapat apa-apa. Namun, diperkirakan dahulunya di dlm ruangan tersebut terdapat beberapa arca.
Hal ini sebagaimana disebutkan dlm Kitab Negatakertagama, bahwa di dlm bilik candi ini terdapat arca Syiwa dgn Aksobaya pada mahkotanya.
Tidak hanya itu, disebutkan pula terdapat beberapa arca tuhan-yang kuasa kepercayaan Syiwa seperti arca Mahakala, Nandiswara, Ganesha, Durga, Nandi & pula Brahma. Sayangnya, arca-arca yg disebutkan ini, tak satu pun ada di tempatnya.
Namun, salah satu arca ini yakni arca Dirga diduga disimpan di Museum Empu Tantular yg ada di Surabaya. Sementara, arca-arca lain di simpan di dlm Museum Trowulan.
4. Atap Candi
Atap candi yg berada di serpihan paling atas ini melambangkan kehidupan manusia yg sudah meraih kesempurnaan. Bentuk atap pada candi ini merupakan perpaduan dr stupa serta kubus yg disusun & kepingan puncaknya berupa runcing.
Sejarah Candi Jawi
Candi Jawi dlm kitab Negarakertagama dinamakan dgn sebutan Jawajawa atau Jajawi. Kemudian nama tersebut berkembang menjadi Jawi. Di dlm kita tersebut diterangkan pula sebetulnya candi dibangun atas ajakan raja Kertanegara yg merupakan Raja terakhir dr Kerajaan Singosari.
Diperkirakan candi ini dibangun pada kala ke-13 Masehi pada masa Kerajaan Singosari. Semula, candi ini diresmikan dgn tujuan selaku tempat ibadah bagi penganut agama Syiwa-Buddha sebagaimana agama yg dianut oleh Raja Kertanegara.
Candi Jawi ini diduga menjadi tempat bagi pendukung Kertanegara dikala terjadi pemberontakan. Berdasarkan Kidung Panji Wijayakrama, sesungguhnya pada masa raja Kertangera pernah terjadi pemberontakan Kelana Bhayangkara. Bahkan tak hanya itu, Kitab Negarakertagama mencatat, pada masa ini terjadi pula pemberontakan Cayaraja.
Di mana ketika terjadi pemberontakan tersebut menantu dr Raja Kertanegara yakni Raden Wijaya melarikan diri & bersembunyi di kawasan ini. Pelarian itu terjadi ketika Raja Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dr Gelang-Gelang.
Berdasarkan Kitab Negarakertagama, pada tahun 1253 saka, Candi Jawi pernah disambar petir. Dari peristiwa ini, arca Maha Aksobaya pun hilang entah ke mana. Menghilangnya arca ini membuat Raja Hayam Wuruk duka. Di mana dikala itu, Raja Hayang Wuruk sedang melakukan perjalanan ke kawasan Lumajang pada tahun 1359 Masehi.
Candi Jawi pernah mengalami pemugaran sebanyak dua kali pada masa Hindia Belanda. Hal ini dikarenakan pada saat itu kondisi candi sudah runtuh. Sayangnya, sebelum renovasi selesai dilaksanakan, beberapa watu dr candi ini menghilang.
Meskipun begitu, usaha memperbaiki candi ini terus berjalan. Pada tahun 1975 hingga 1980 dikerjakan kembali perbaikan pada Candi Jawi kemudian pada tahun 1982 candi ini diresmikan.
Fungsi Candi Jawi
Candi Jawi mempunyai fungsi selaku tempat ibadah bagi penganut agama Syiwa-Buddha. Konon, di mana pada saat itu, agama tersebut merupakan agama mayoritas penduduk sekitar bahkan Raja Kertanegara sendiri menganut agama ini.
Tidak hanya itu, candi ini pula dijadikan sebagai tempat menyimpan bubuk mayit dr Raja terakhir Singosari ini. Sebagian bubuk mayat, disimpan di dlm candi ini.
Meskipun pusat lokasi dr Kerajaan ini cukup jauh dgn Candi Jawi, tetapi insiden penyimpanan bubuk mayat ini dikarenakan pada ketika itu penduduk begitu setia pada Raja. Sehingga, mereka menghendaki biar bubuk mayat dr Raja terakhir ini disimpan di candi Jawi.
Relief Candi Jawi
Relief pada candi tergolong misterius karena mempunyai pesan yg sulit untuk diterjemahkan maknanya. Hal ini diperparah dgn keadaan bangunan yg terkikis cuaca sehingga membuat kesulitan orang untuk membacanya.
Menurut, juru kunci di candi tersebut, untuk membaca relief tersebut mesti menggunakan teknik prasawiya atau teknik bertentangan dgn arah jarum jam.
Namun, terdapat satu relief pada candi ini yg dapat ditafsirkan yakni relief yg menggambarkan skema lengkap pada Candi Jawi. Relief ini membuktikan bahwa pada saat itu keahlian masyarakatnya mampu diacungi jempol sebab bentuk relief tersebut adalah sesuatu yg tak mungkin terjadi pada dikala itu. Selain relief tersebut, terdapat pula relief Dewa Surya pada penggalan dlm candi.
Fakta Candi
- Arsitektur yg Unik
Arsitektur pada Candi ini tergolong unik lantaran pada potongan kaki memiliki corak Siwa sedangkan pada pecahan bahu Candi bercorak Buddha. Hal ini mampu dilihat dr atap Candi yg terdapat stupa & jiga kubus bersusun. Maka dr itu, banyak yg menyampaikan bahwa bangunan ini bercorak Siwa-Buddha.
2. Posisi Pintu
Posisi pintu pada candi ini menghadap ke arah timur. Sementara itu, banyak beredar bahwa fungsi candi ini selaku tempat ibadah & pemujaan. Di mana lazimnya bangunan atau candi yg dibangun untuk peribadatan akan menghadap ke arah gunung sementara pada Candi Jawi tak demikian.
Bukti inilah yg kemudian menciptakan timbulnya pro kontra di kalangan ahli. Ada yg menyebutkan bahwa fungsi candi bukan untuk pemujaan dgn alasan argumentasi tadi.
Namun, ada yg menyampaikan bahwa posisi pintu yg tak menghadap ke gunung tersebut bukan pertanda bahwa fungsi candi selaku tempat ibadah atau pemujaan. Melainkan karena adanya imbas dr pemikiran agama Buddha.
Kesimpulan
Candi Jawi merupakan candi peninggalan Kerajaan Singosari yg berada di tempat Pasuruan. Nama candi ini disebutkan di dlm Kitab Negarakertagama dgn istilah jawajawa atau jajawi. Di dlm Kitab tersebut pula diterangkan sebetulnya candi ini dibangun atas perintah Raja terakhir Kerajaan Singosari yakni Raja Kertanegara.
Konon, candi ini dibangun sebagai tempat ibadah agama Syiwa Buddha yg di mana pada dikala itu agama tersebut menjadi agama secara umum dikuasai penduduk sekitar. Bahkan Raja Kertanegara menganut agama tersebut. Namun, mengenai fungsi dr candi ini masih menjadi perdebatan karena letak dr pintu candi ini yg tak menghadap ke arah gunung.
Itulah keterangan lengkap mengenai candi yg merupakan peninggalan dr Kerajaan Singosari. Candi ini menjadi bukti sejarah bahwasanya Kerajaan Singosari pernah menanamkan efek di tempat tersebut.