Jurnal Psikologi
Pengertian Minat Belajar Untuk meraih prestasi yg baik disamping kecerdasan pula minat, alasannya tanpa adanya minat segala acara akan dilaksanakan …
Pernahkah menghitung berapa kali Anda berantem dgn pasangan tiap tahun? Bila perkelahian terjadi sekitar 200 kali setahun, relasi Anda masih termasuk senang. Tapi, seandainya hingga mendekati 400 kali setahun, niscaya ada sesuatu yg salah dlm korelasi.
Posisi relasi Anda berada di tengah-tengah bila jumlah masalah perkelahian yg terjadi masih di sekitar 312 kali dlm setahun. Demikian simpulan observasi kepada 3.000 pasangan yg dilakukan perusahaan Betterbathrooms.
Pernahkah mengkalkulasikan berapa kali Anda bertengkar dgn pasangan tiap tahun? Bila pertengkaran terjadi sekitar 200 kali setahun, kekerabatan Anda masih termasuk senang. Tapi, seandainya hingga mendekati 400 kali setahun, pasti ada sesuatu yg salah dlm relasi.
Posisi korelasi Anda berada di tengah-tengah jika jumlah masalah perkelahian yg terjadi masih di sekitar 312 kali dlm setahun. Demikian selesai penelitian kepada 3.000 pasangan yg dikerjakan perusahaan Betterbathrooms.
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan menetapkan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya selaku suami istri.
Perceraian memiliki efek kepada mantan pasangan suami istri & anak. Akan tetapi dlm uraian ini akan dibahas pengaruh perceraian yg akan dialami oleh anak. Menurut Leslie (1967), reaksi anak kepada perceraian orang renta sungguh tergantung pada evaluasi mereka sebelumnya kepada perkawinan orangtua mereka serta rasa aman di dlm keluarga.Diketahui bahwa lebih dr separuh anak yg berasal dr keluarga tak senang memberikan reaksi bahwa perceraian yaitu yg terbaik untuk keluarganya.
Proses menyingkir dari perceraian yaitu sesuatu yg harus dimulai pada permulaan dr suatu hubungan. Banyak orang yg mencari topik mirip ini, alasannya bagaimanapun pula banyak orang yg merasa takut kehilangan pasangan mereka. Apalagi jikalau sudah mempunyai anak, bukan hanya suami atau istri yg jadi korban akan namun anaklah yg menjadi korban terberat akibat perceraian rumah tangga.
Dalam sebuah keluarga tak lepas dr suatu duduk perkara. Dari permasalahan itu banyak orang yg memutuskan untuk menuntaskan kekerabatan mereka atau bercerai. Kebanyakan pada dikala itu cuma ego yg mereka gunakan, tanpa menyaksikan imbas buruk dr perceraian itu sendiri.
Belakangan ini selalu disebut-sebut perkara HIV/AIDS ‘menyerang remaja’, terbanyak di golongan usia produktif, dll. Ini merupakan penafsiran telanjang dr angka laporan masalah kumulatif AIDS, tapi kalau saja angka-angka tsb. diperhatikan maka ada fakta yg luput dr perhatian.
Penyebutan ‘usia produktif’, ‘golongan remaja’, dll. merupakan konotasi yg bisa membuka banyak penafsiran. Tentu berlawanan halnya bila yg diungkapan cuma rentang usia sehingga memiliki arti denotasi.
Pernyataan-pernyataan yg bersifat konotasi itu pun akibatnya mengesankan cuma remaja yg menjadi ‘rentan’ tertular HIV.
Mengapa Hukuman Perlu di Berikan pada Anak? Setiap orang tua mampu dikata tak pernah ada yg tak menghukum anaknya. Dalam batas-batas tertentu, eksekusi pada anak mampu menjadi wajib, & dlm batasan tertentu eksekusi tak diperbolehkan. Tujuan memperlihatkan hukuman biar anak mampu menjadi lebih baik, lebih maju, lebih santun & lebih berkhasiat bagi sobat & lingkungan di mana anak berada. Bukan eksekusi yg akan menyebabkan anak makin terpuruk, duka, atau malah stress.
HIV ialah jenis parasit obligat yakni virus yg cuma mampu hidup dlm sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dlm keadaan AIDS, terlebih tanpa pengobatan. Sedangkan AIDS adalah kependekan dr Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yg berarti kumpulan gejala atau sindroma balasan menurunnya kekebalan badan yg disebabkan nanah virus HIV.
Tubuh insan memiliki kekebalan untuk melindungi diri dr serangan luar mirip bakteri, virus, & penyakit. AIDS melemahkan atau merusak tata cara pertahanan badan ini, sehingga akhirnya berdatanganlah banyak sekali jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
Penularan pada penyakit HIV/AIDS sangat bermacam-macam. Salah satunya ialah dr ibu yg sedang mengandung bayi dirahimnya. Akan namun hal ini belum bisa ditentukan 100% benar jikalau seorang ibu penderita HIV/AIDS anak menularkan penyakit HIV/AIDS pada bayi yg dikandungnya pada ketika dlm kandungan, proses persalinan & menyusui. Seperti pertimbangan dari Konsultan Ahli Program Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), Bagus Rahman Prabowo yg dilansir dr health.kompas.com bahwa wanita penderita HIV/AIDS masih bisa menyusui bayinya.