– Apa saja Contoh Akulturasi di Indonesia dlm Kehidupan Sehari Hari Masyarakat ? Nah pada kesempatan kali ini.
Kita akan memperlihatkan ulasan mengenai akulturasi dlm dunia fashion atau pemakaian busana yg ada di masyarakat. Yuk baca.
Fashion Masyarakat Indonesia
Pakaian termasuk kebutuhan sandang manusia dimana manusia memerlukannya untuk menutup tubuhnya.
Namun fungsi pakaian bisa berlawanan setiap tempat sehingga tentu bentuk, motif, & manfaatnya.
Pakaian di daerah gurun & kutub tentu akan berlainan karena suhu & kondisi terperinci berbeda. Sementara busana untuk pergi pesta dgn ke program formal tentu akan berbeda.
Tapi apakah pakaian mampu mengalami akulturasi alias pergantian karena sentuhan budaya? Mari kita jawab!
Akulturasi seperti yg kita telah bahas merupakan pertemuan dua budaya atau lebih yg oleh risikonya terjadi pergeseran pada salah satunya atau seluruhnya.
Akulturasi bisa menjamah berbagai lini kehidupan seperti arsitektur, politik, agama, pendidikan, seni, bahkan fashion alias gaya berpakaian.
Nah kebudayaan & agama yg datang ke Nusantara, menunjukkan dampak pada busana yg dikenakan oleh para pribumi.
Banyak diantara pakaian itu kemudian diubah & dibentuk ulang (remake) sesuai dgn budaya yg mendominasi.
Keterbukaan penduduk Indonesia yg ramah terhadap tamu & pendatang membuat kita dgn mudah menerima akulturasi.
Dilansir dr laman http://repository.uin-suska.ac.id, menerangkan pemahaman dr akulturasi selaku suatu tingkat dimana seorang individu yg mengadopsi nilai, keyakinan, kebudayaan & praktek praktek tertentu yg mana dlm budaya gres.
Kemudian, berdasarkan Redfield, Linton & Herskovits mengatakan akulturasi memahami fenomena yg terjadi.
Ketika kelompok individu yg mempunyai budaya yg berlawanan beda tiba ke budaya lain.
Kemudian, terjadi kontak berkesinambungan dr sentuhan yg pertama dimana dgn pergantian bentuknya dlm pola kultur asli atau salah satu dr kedua kelompok tersebut.
Sementara itu, menurut Berry menyampaikan akulturasi ialah suatu proses yg merangkap dr perubahan budaya.
Dan psikologis yg berlangsung sebagai hasil kontak antara dua atau lebih kelompok budaya & anggotanya.
Lalu apa saja contoh akulturasi dlm berpakaian? Mari simak penjelasan singkat dgn pembahasan yg modern berikut ini.
Contoh Akulturasi di Indonesia dlm Kehidupan Sehari Hari Masyarakat
Ada beberapa teladan yg bisa sobat sahabat lihat untuk menggambarkan suatu akulturasi di masyarakat yaitu utamanya dlm dunia fashion atau busana, yakni :
1. Baju Seting & Kain Cual
Kalau teman-sobat pembaca pergi ke Bangka Belitung & menyaksikan busana etika mereka, salah satu yg merupakan hasil akulturasi budaya ialah Baju Seting.
Baju seting merupakan baju kurung untuk perempuan dimana fungsinya untuk menutup aurat. Baju seting sendiri yang dibuat dr sutra atau beludru & biasanya lebih sering berwarna merah.
Pakaian ini dianggap merupakan perpaduan budaya Arab yg menjunjung nilai keislaman sehingga perlu menutup aurat.
Tionghoa yg lebih dahulu bermukim & lebih banyak didominasi disana serta identik dgn warna merah, & pula Melayu.
Memakai baju seting pasti akan ditambah pula dgn Kain Cual, tenunan asli Melayu Bangka.
2. Baju Pengantin Betawi
Dengar-dengar nih, baju pengantin betawi itu ibarat dgn pengantin Cina Selatan.
Nah ada beberapa observasi nih yg membuktikannya Isabella Astrini dkk (2012) dgn judul “Akulturasi Budaya Cina Dan Betawi Dalam Busana Pengantin Wanita Betawi”.
Dan Kartika Windy Lestari (2017) dgn judul “Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pengantin Wanita Betawi” menyimpulkan memang ada kemiripan yg disebabkan.
Karena adanya konferensi antara budaya Tionghoa yg tiba ke Jakarta dgn orang Betawi.
3. Baju Koko
Biasanya menjelang momen besar dlm Islam banyak Pria mencari baju koko. Dari namanya bergotong-royong kita sudah bisa menebak akulturasi dr mana busana ini.
Baju koko hadir karena pertemuan budaya arab dgn china. Masyarakat China yg berjualan rupanya melihat kesukaan orang-orang betawi.
Sehingga membuat busana laki-laki yg biasanya berwarna merah diubah ke warna putih & biasanya kancingnya tak mencolok.
Atau bahkan ditutup dgn kain lagi. Menurut penulis ini pula disebabkan oleh gaya khas Sunan Kalijaga yg menggunakan Surjan.
4. Celana Jeans
Jeans mulanya digunakan oleh para pekerja tambang di Italia & Eropa kebanyakan. Meskipun ada yg menyebutkan bahwa.
Peran penyebaran & populernya celana Jeans ditengarai oleh ahli sosiologi pula loh. Yaps, Levis Strauss.
Tapi perbedaan histori itu pula mempunyai kecenderungan pada pekerja tambang selaku pengguna celana Jeans. Saat itu profesi penambang lumayan menggiurkan & terkesan maskulin.
Sehingga Jeans jadi amat diperlukan. Lama-kelamaan pasarnya berubah & meraih segmen yg lebih luas.
Jeans kini masuk dibanyak negara & mengalami perubahan yg awalnya untuk melindungi pinggang kebawah.
Hingga kaki para penambang kini bertransformasi menjadi Jeans yg modis & warnanya pun beragam.
5. Sarung Celana
Pasar Sarung mengalami perubahan bertahun-tahun terakhir biasanya bermotif simetris kotak, sekarang mulai didesain dgn corak batik atau gambar lain.
Nah banyak anak muda yg mulai memakai sarung ke mana-mana tetapi lantaran kurang simpel & sudah biasa memakai celana Jeans syang merupakan budaya barat.
Maka sarung dibuat terbelah namun tampakmenyatu dikala digunakan. Sarung celana sekarang disenangi oleh banyak kalangan.
Selain busana pakaian, gaya berpakaian pula mengalami akulturasi loh. Tergantung dr mana asal budaya yg diminati atau mendominasi.
Misalnya gaya berpakaian artis korea yg kemudian banyak diadopsi oleh orang Indonesia, sehingga produsen busana pun.
Akhirnya menciptakan pakaian yg ibarat dgn artis korea namun pula tak terlalu mencolok. Lantas bermunculan pula konsultan gaya atau stylish consultant.
Itulah tadi beberapa teladan akulturasi budaya baik yg sederhana maupun yg sukar. Biasanya yg sukar mirip konferensi budaya.
Dalam waktu lama menyebabkan pergantian-perubahan lagi sementara kini intervensi budaya aneh & media serta kreativitas menjadikan akulturasi berpakaian justru lebih singkat.
Gimana sudah paham belum mengenai topik pembahasan diatas tentang Contoh Akulturasi di Indonesia dlm Kehidupan Sehari Hari Masyarakat.
Penulis Artikel : Sandewa Jopanda, Alumnus Sosiologi Universitas Riau (UNRI)
Sumber Referensi Bacaan :
http://repository.uin-suska.ac.id/6776/3/BAB%20II.pdf