Transmigrasi bukanlah kebijakan baru yg dikerjakan oleh Indonesia. Program ini pada mulanya dimulai di bawah pemerintahan kolonial Belanda pada permulaan masa ke-20 & kemudian diambil alih oleh Pemerintah Indonesia sesudah terlaksananya kemerdekaan.
Terlepas dr sejarahnya tersebut, salah satu yg diharapkan transmigrasi mampu memberikan pengaruh faktual bagi kondisi perekonomian, khususnya bagi transmigran, namun tetap saja ada dampak yg berisfat negatif dari proses sosial & interaksi sosial dlm transimigrasi.
Transmigrasi
Transmigrasi yaitu landasan geopolitik Indonesia pada masa pemerintahan Suharto. Meskipun kritik dr dlm & mancanegara memuncak, program tersebut terus berlanjut nyaris tak terpengaruh & dgn sedikit perubahan kebijakan sampai selesai pemerintahan Suharto pada pertengahan 1998.
Faktanya, salah satu kegagalan paling besar sketsa transmigrasi terjadi pada malam jatuhnya Suharto dr kekuasaan, tatkala Rencana pemerintah untuk mengubah 1 juta ha lahan lembap gambut di Kalimantan Tengah menjadi areal penanaman padi yg utama runtuh, meninggalkan jejak kerusakan di wilayah yg sungguh luas.
Terlepas dr makin banyaknya bukti bahwa mega proyek Kalimantan Tengah yaitu tragedi transmigrasi lainnya, tak banyak yg akan berubah jikalau krisis keuangan pada tahun 1997 akhirnya tak membawa pergantian sosial dalam kepemimpinan politik yg sudah lama tertunda.
Dampak Transmigrasi
Adapun untuk beberapa efek aktual & negatif dlm proses terjadinya transmigrasi di banyak sekali bidang, antara lain.
Yaitu;
-
Pemanfaatan Lahan kosong
Salah satu faedah program transmigrasi adalah pemanfaatan lahan kosong pada biang pertanian, lantaran lahan tersebut akan dimanfaatkan oleh transmigran dengan-cara optimal, baik sebagai lahan persawahan maupun lahan perkebunan.
-
Kehidupan transmigran lebih baik
Lahan kosong yg digarap serta lapangan pekerjaan yg luas membuat transmigran memiliki penghasilan yg pantas & bisa hidup lebih baik dibanding saat di wilayah asal. Dengan demikian, aneka macam pola dilema sosial mirip kemiskinan bisa terentaskan dgn adanya program transmigrasi ini.
-
Meningkatnya buatan pertanian
Lahan kosong yg bisa termanfaatkan dgn baik oleh para transmigran untuk kegiatan pertanian akan mengembangkan mengembangkan buatan lahan pertanian di wilayah tujuan transmigrasi. Salah satunya yakni produksi padi.
Sebagai makanan pokok orang Indonesia, apabila lahan-lahan kosong di daerah tujuan transmigrasi dapat dimaksimalkan menjadi lahan padi, maka bukan tak mungkin persediaan beras di Indonesia akan melimpah.
-
Mengurangi jumlah pengangguran
Transmigrasi bisa menjadi salah satu upaya untuk mengurangu dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional di Indonesia. Para transmigran yg pada awalnya menganggur di wilayah asal dapat memperoleh lahan untuk diolah, sehingga orang-orang tersebut menerima pendapatan yg pantas.
Selain itu, lapangan pekerjaan di kawasan tujuan transmigrasi pula cukup luas, sehingga tak ada argumentasi bagi transmigran untuk menganggur.
-
Meningkatkan kesejahteraan transmigran
Program transmigrasi yg berhasil dapat meningkatkan kesjahteraan hidup transmigran, karena mereka mereka mengolah tanah semoga bisa produktif & menerima penghasilan, yg semakin lama itu akan meningkatkan kesejahteraan mereka daripada tetap menganggur di wilayah asal.
-
Mempercepat pemerataan penduduk
Pada dasarnya, salah satu tujuan transmigrasi adalah untuk pemerataan penduduk dr wilayah yg padat ke wilayah yg masih jarang. Persebaran penduduk yg merata akan mengakibatkan perekonomian suatu daerah atau negara menjadi lebih baik.
-
Meningkatkan persatuan & kesatuan
Program transmigrasi dapat menyatukan masyarakat antar suku di Indonesia. Jika hal tersebut dapat terwujud, maka akan mengembangkan persatuan & kesatuan di Indonesia, sehingga banyak sekali jenis pertentangan antarsuku pun bisa diminimalisir.
Antara lain;
-
Taraf hidup transmigran menurun
Menurunnya taraf hidup tranmigran mampu terjadi apabila para transmigran memperoleh tempat tujuan dgn potensi pertanian yg rendah. Hal itu akan semakin parah jikalau transmigran berasal dr wilayah yg nonpertanian & tak dapat bercocok tanam atau tak bisa mengolah tanah dgn baik.
Dan yg lebih parah lagi ialah kalau transmigran tersebut tak melakukan pekerjaan dgn betul-betul . Bukan hanya transmigran, pemerintah pula akan mengalami kerugian.
-
Tanah & iklim di lokasi baru tak seproduktif di kawasan asal
Seringkali acara transmigrasi gagal lantaran tanah & iklim di lokasi gres mereka lazimnya tak seproduktif tanah vulkanik di Jawa & Bali.
Para pemukim terkadang yakni orang-orang yg tak mempunyai tanah & kurang mempunyai kemampuan bertani, terlebih keterampilan yg sesuai untuk mengolah tanah baru, sehingga membahayakan potensi kesuksesan mereka sendiri.
-
Mempercepat deforestasi
Transmigrasi mampu berpotensi untuk mempercepat deforestasi di tempat hutan. Hal itu disebabkan karena daerah yg sebelumnya berpenduduk jarang mengalami peningkatan jumlah penduduk yg cukup besar. Peningkatan jumlah penduduk itulah yg mendorong terjadinya alih fungsi lahan dr daerah hutan untuk tempat pemukiman yg pastinya mewajibkan penebangan pepohonan yg ada di hutan.
-
Konflik antarsuku
Kurangnya pembiasaan yg baik serta penerimaan masyarakat asal yag kurang baik pula terhadap transmigran dapat memicu timbulnya arti konflik antar suku. Hal itu mampu diperparah oleh kecemburuan sosial dr penduduk lokal terhadap transmigran.
Oleh alasannya itu, dibutuhkan adanya peran pemerintah kawasan untuk mengurus keragaman sosial budaya di wilayah tujuan transmigrasi biar pertentangan antarsuku dapat dihemat bahkan dihilangkan.
-
Menghabiskan anggaran negara dlm jumlah banyak
Transmigrasi memang memerlukan anggaran yg cukup besar, karena untuk mendukung program ini pemerintah harus merencanakan keperluan bagi transmigran mirip rumah, biaya hidup, & sebagainya. Meskipun transmigrasi swadaya & bedol desa pula memebutuhkan anggaran negara, anggaran untuk keduanya masih terbilang kecil bila dibanding anggaran dana transmigrasi lazim.
-
Transmigran merasa tak betah berada di kawasan tujuan transmigrasi
Karena berada di wilayah yg mungkin baru & berlainan dgn wilayah asalnya, ada kemungkinan transmigran merasa tak betah tinggal di wilayah baru tersebut. Hal itu menciptakan transmigran melakukan pekerjaan setengah hati di kawasan tujuan transmigrasi, bahkan menetapkan untuk kembali kampung halamannya.
Akibatnya yg ditimbulkan yakni kerugian finansial yg harus ditanggung oleh pemerintah. Bukan hanya itu, ketidakbetahan transmigran tersebut dapat menjadi preseden buruk bagi acara transmigrasi. Imbasnya ialah keengganan masyarakat untuk bertransmigrasi.
-
Penduduk setempat di daerah tujuan transmigrasi merasa terpinggirkan
Fasilitas yg didapatkan oleh para transmigran, seperti lahan, rumah, ongkos hidup, & ongkos transportasi, dapat menyebabkan penduduk setempat di daerah tujuan transmigrasi merasa cemburu & terpinggirkan.
Oleh alasannya adalah itu, pemerintah mesti memberikan perlakukan yg adil bagi transmigran maupun penduduk setempat, lantaran apabila tak ditangani dgn baik, tujuan transmigrasi untuk bisa mempersatukan bangsa akan gagal tercapai. Justru yg sebaliknya memicu terjadinya konlifk antarsuku.
Hal ini tentusaja menjadi dua mata pisau, dimana yg satu mengunungkan & satunya mampu merugikan keberlangsungan hidup atas lingkungan sosial yg dilewatinya.
Nah, demikianlah postingan yg bisa kami uraikan pada segenap pembaca berkaitan dengan pengaruh konkret & negatif adanya kebijakan transmigrasi di masyarakat, baik dlm bidang ekonomi, sosial, pertanian, politik, dlm kehidupan sehari-hari.