Demokrasi Demokrat : Moralitas, Kehidupan Spritualitas Politik Di Gereja Katolik

Pemikiran Agama pemimpin katolik yg tak patuh pada aturan perintah Tuhan, maka dikenali semena – mena pada gereja katolik di Keuskupan Agung Pontianak. Hal ini menjelaskan bahwa Indonesia, yaitu Negara  – (orang) miskin, & hal ini para politisi & gereja tak baik dlm setiap penugasan.

Berbagai hal terkait dgn catatan pemimpin gereja yg dilanggar oleh pengelola gereja katolik di gereja MRPD, & begitu pula imam yg bertugas di pastoral. Institusi gereja tak dapat & tak boleh mengambil alih perjuangan politik yg mewujudkan suatu masyarakat yg adil, beliau tak mampu menggantikan tugas Negara.

Tetapi ada oknum partai demokrat semena –mena & pebisnis di Pontianak, dlm hal ini menerangkan & ikut campur dlm pengelola gereja mirip menjadi bendahara gereja di paroki MRPD Pancasila.

Oknum Politisi yg melanggar dlm aneka macam tugas gereja, & begitu karakteristik masyarakat Tionghoa Hakka, Pontianak yg hidup dlm kemiskinan spritualitas di sini sebagai penduduk pribumi (Dayak – Melayu) & non di Indonesia menjelaskan hal tersebut.

Hal ini diketahui berbagai aspek kehidupan politik & pengusaha selaku awal dr kebiadaban mereka selaku “budak Jawa” perumpamaan kolonial Belanda yg ikut campur aneka macam peran gereja Nasrani pada golongan politisi yg semena – mena & ilmu pengetahuan yg goblok & tak bermanfat bagi gereja & penduduk .

Maka, sesudah diketahui tidakjujuran mereka orang Tionghoa Hakka – Dayak di sini, akan menjadi catatan kepada perlakukan & kehidupan organisasi & pengelola di Gereja Nasrani di Keuskupan Agung. Perdebatan publik, & tumbuhnya kekuatan rohani yg dilandasi pada kepentingan pembangunan masyarakat yg adil.

  Sosial Media, Etika Berteknologi Di Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Era 2021

Kaum muda di Keuskupan Agung Pontianak, sudah menjadi catatan kepada lingkungan & iklim spritualitas & konflik agama & politik agama yg mengatasnamakan Tuhan – PDI Perjuangan dinamis berganti. 

Yang berawal dr kehidupan & spritualitas kemiskinan orangtua mereka sebelum Kemerdekaan Indonesia, maka label “budak Jawa” baik bagi mereka yg hidup pada kawasan Tionghoa – pribumi – Jawa – Dayak.