Ekonomi Tionghoa – Pribumi Pada Jalur Perdagangan & Agama 80an

Ketika mengetahui perihal kota Pontianak, jalur sungai “Kapuas Besar” terlihat dgn aktivitas insan terhadap perdagangan hulu & hilir sungai dlm suatu perkampungan Desa & Kota. Dalam hal ini mempunyai pengaruh terhadap jalur jual beli yg mencakup rempah, hasil hutan, & produk instan.

Hal ini memiliki pengaruh terhadap acara perkotaan di penduduk Pontianak, dgn aneka macam hal terkait dgn metode ekonomi & budaya masyarakat Tionghoa yg tinggal di kawasan tua perdagangan yg ada di Pontianak setelah krisis ekonomi.

Disitu ada ahli besi, kuliner, sekolah serta berbagai ekonomi yg mengalir berbagai aktivitas sosial budaya di penduduk dengan-cara menyeluruh dgn aneka macam hal terkait tata cara perdagangan yg lekat dgn aktivitas manusianya.

Kaum pribumi akan tampak dgn penduduk Dayak – pendatang yg tinggal di Pontianak dgn kegiatan penduduk kota, baik selaku pengajar, dgn bahasa yg berangasan & memang berada keadaan kelas sosial kebawah & menegah menjadi latar belakang kehidupan sosial masyarakat di Pontianak dgn patokan bobot yg rendah.

Begitu pula dgn pengetahuan, & kehidupan sosial & budaya hingga meraih duduk perkara kelas pekerja mereka di masyarakat sosial yg berada pada kondisi setempat kota Pontianak sampai dikala ini, dgn persyaratan manusia yg rendah terhadap tata cara politik & kehidupan sosial mereka di masyarakat Pontianak – Jakarta.

Kekerasan ekonomi akan terlihat dlm setiap pekerjaan penduduk Tionghoa sebagai buruh angkut, & pedagang, yg hidup di masyarakat kelas sosial bawah – menegah dgn pembangunan ekonomi yg rendah selaku Bahasa atau dialek yg garang tak berbeda jauh dgn penduduk pribumi disini.

Hal ini memiliki tugas kepada karakteristik penduduk dgn versi yg dibuat berdasarkan hasil perjuangan kelas sosial yg berperan dlm kehidupan sosial mereka di masyarakat dengan-cara berbeda hingga dikala ini terjadi.

Masyarakat Tionghoa – Pribumi jikalau ingin berteman, teladan ekonomi, & politik seksualitas & sukses lewat uang & tanah akan tampak acuan kehidupan sosial dan  budaya untuk mendapatkan akreditasi dlm keluarga & agama, terutama pada kelas sosial bawah.

Maka diketahui bagaimana mereka hidup & tinggal dlm sebuah penduduk atau perkampungan serta seksualitas, guna memenuhi sandang, pangan & papan, serta ekonomi politik yg di hasilkan halal atau tidak. 

Menjadi latar belakang kehidupan politik seksualitas mereka di Pontianak, untuk keluar dr kampung atau pedesaan Ekonomi Tionghoa – Pribumi sebagai pedagang memang negatif berlainan dgn perak (ditolak) dlm ekonomi keluarga, maka ke kota besar bekerja selaku karyawan atau kelas pekerja mirip di Jakarta & supir angkut.

Hal ini menerangkan pada arah perdagangan ekonomi lewat laur jual beli & manusia, selain hasil hutan & produk lainnya, sebagai kelas sosial rendahan (perompak kapal) 80an  – 2008, menjelaskan medis saat ini di Indonesia yg melibatkan penduduk Tionghoa disini, Pontianak memungkingkan hal tersebut terjadi.