Kondisi pasar modal yg mengalami pasang surut mirip menerangkan aktivitas bisnis di pasar modal memiliki keterkaitan dgn irama ekonomi makro. Dalam kegiatan ekonomi makro terkandung faktor produksi, pemasukan, pengeluaran, budget nasional, jumlah duit beredar & neraca pembanyaran. Kondisi ekonomi makro yg stabil ialah energy pendorong bagi pertumbuhan pasar modal.
Pertumbuhan ekonomi makro umumnya diukur dr pertumbuhan produk domestic bruto (PDB). Besar tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukan besarnya pertumbuhan dlm buatan barang & jasa. Bila pertumbuhan terus berjalan maka kegiatan investasi sungguh diharapkan untuk menunjang kenaikan bikinan, yg berikutnya menawarkan perkembangan yg baik bagi pasar modal selaku sumber dana bagi pengembangan dunia perjuangan.
Sebaliknya, apabila tingkat pertumbuhan ekonomi rendah atau menurun akan memperlihatkan pengaruh yg negative bagi kegiatan investasi sehingga akan berpengaruh terhadap kemajuan pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memperlihatkan pengaruh terhadap pertumbuhan penjualan produk Indonesia di Luar negeri, khususnya dlm kompetisi harga, Jika terjadi, dengan-cara tak pribadi akan menunjukkan efek terhadap neraca jual beli alasannya adalah menurunya nilai ekspor disbanding dgn nilai impor. Dan kuat pada neraca pembayaran Indonesia.
Dampak terjadi akan memperburuk neraca pembayaran tentu akan mensugesti cadangan devisa. Dimana berkurangnya devisa akan menghemat keyakinan penanam modal kepada perekonomian Indonesia, yg berikutnya akan mempunyai pengaruh negative kepada jual beli saham pasar modal.
Pengaruh ini, kalau berlebihna akan berefek pada perusahan-perusahan go public yg menggantungkan pada materi impor. Dengan demikian, besarnya belanja dr perusahaan mampu mempertinggi biaya buatan, serta menurunya laba perusahaan.