Guru Ujung Tombak Masalah Pendidikan Indonesia
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menganggap guru merupakan ujung tombak dilema pendidikan di Indonesia, alasannya adalah edukasi merupakan proses interaksi antarmanusia.
“Jika kita mengamati mutu, distribusi & kesejahteraan guru, saya rasa kita bisa menuntaskan sebagian persoalan pendidikan di Indonesia,” kata Anies dlm Diskusi Publik “Nasionalisme & Masa Depan Pendidikan Kita” yg diadakan MAARIF Institute, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa malam.
Dia menyampaikan tata cara pendidikan Indonesia ketika ini belum memperlihatkan apresiasi khusus pada guru, padahal apresiasi kepada guru merefleksikan bagaimana seseorang mengapresiasi masa depan bangsa.
Apresiasi kepada guru, menurut Anies, tak senantiasa harus berbicara honor, tetapi pula mengenai komponen pengembangan guru itu sendiri. “Penanaman nasionalisme & nilai-nilai kebangsaan yg sentralistik mampu terjadi apabila guru bermutu,” kata beliau.
Selain itu, menurut dia, perlu pula dilihat pendidikan segi nonformal, yakni melalui orang tua. Anies menilai kerap kali pendidikan oleh orang bau tanah dilupakan.
“Orang bau tanah ialah pendidik yg penting, sehingga orang renta ini perlu dijangkau oleh tata cara pendidikan kita. Sekarang orang bau tanah dipanggil tiba ke sekolah lazimnya untuk sumbangan, padahal telah waktunya diundang untuk bicara tolong-menolong mengenai pendidikan,” kata beliau.
Dia menyampaikan obrolan antara sekolah dgn orang bau tanah perlu dilaksanakan semenjak tahap sekolah dasar, alasannya sekolah dasar memiliki sebaran yg sungguh luas.
Sementara itu dilema-duduk perkara lain yg tak kalah penting, menurut ia, infrastruktur pendidikan yg saat ini masih belum mumpuni, serta materi pendidikan sekolah dasar yg dinilai bermaksud menyebabkan masyarakat selaku orang urban.
“Materi-bahan di buku sekolah dasar senantiasa menggunakan acuan gedung-gedung yg tinggi, sehingga dampaknya materi & cara mengajar berorientasi menimbulkan anak didik sebagai penduduk urban atau masyarakat perkotaan. Padahal Indonesia ini bukan cuma penduduk urban,” kata ia.
Pada potensi yg sama, sosiolog Universitas Indonesia Imam B. Prasodjo menilai metode pendidikan yg berlangsung saat ini di Indonesia cuma sebatas mendorong “moral knowing” atau harapan untuk mengetahui.
Seharusnya, kata dia, cita-cita untuk mengetahui itu didorong ke aneka macam tahapan selanjutnya antara lain “moral feeling” atau berempati, & “moral action” atau bereaksi kepada sebuah permasalahan.
“Jangan pada dikala ada anak terlibat tawuran & membunuh, seorang pengajar malah mempertanyakan apakah ia puas atau tidak. Seharusnya tanya apakah ia memikirkan perasaan orang tua korban, untuk mengetahui apakah si anak mempunyai `moral feeling` & `moral action` atau tidak,” kata Imam.
Sumber Artikel Guru Ujung Tombak Masalah Pendidikan Indonesia : http://www.republika.com/info/pendidikan/info-pendidikan/12/10/23/mccum3-anies-baswedan-guru-ujung-tombak-pendidikan