HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


A.   HAKEKAT  BELAJAR

Belajar berdasarkan W. Gulö (2002: 23) yakni suatu proses yg berjalan di dlm diri seseorang yg mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laris dlm berpikir, bersikap, & berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan bahwa berguru yaitu Proses dimana tingkah laris ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedanghkan berdasarkan R. Gagne (Djamarah ; 1999:22) Belajar yaitu suatu proses untuk memperoleh motivasi dlm wawasan, ketrampilan, kebiasaan & tingkah laku

Pada dasarnya mencar ilmu merupakan tahapan pergantian prilaku siswa yg relatif positif & mantap selaku hasil interaksi dgn lingkungan yg melibatkan proses kognitif (syah, 2003), dgn kata lain mencar ilmu merupakan kegiatan berproses yg terdiri dr beberapa tahap. Tahapan dlm mencar ilmu tergantung pada fase-fase belajar, & salah satu tahapannya yaitu yg dikemukakan oleh witting yaitu :

·          Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan keterangan;

·          Tahap storage, yakni tahapan penyimpanan keterangan;

·          Tahap retrieval, yakni tahapan pendekatan kembali keterangan (Syah, 2003).

Definisi yg lain menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yg dikerjakan oleh individu untuk memperoleh suatu pergantian tingkah laku yg menetap, baik  yg dapat diamati maupun yg tak dapat diperhatikan dengan-cara eksklusif, yg terjadi selaku suatu hasil latihan atau pengalaman dlm interaksinya dgn lingkungan (Roziqin, 2007: 62).

Dari aneka macam definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri berguru, yaitu:

1.    Belajar ditandai dgn pergantian tingkah laris (change behavior).

2.    Perubahan perilaku relative permanent. Ini memiliki arti, bahwa perubahan tingkah laris yg terjadi lantaran belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tak berubah-ubah.

3.    Perubahan tingkah laris tak harus secepatnya mampu diperhatikan pada dikala proses berguru sedang berjalan, pergantian sikap tersebut bersifat memiliki peluang

4.    Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman

5.    Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Di dlm tugas melaksanakan proses mencar ilmu mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip berguru berikut:

1.    Apa pun yg dipelajari siswa, dialah yg mesti belajar bukan orang lain.

2.    Setiap siswa mencar ilmu sesuai dgn tingkat kemampuannya

3.    Siswa akan dapat berguru dgn baik jikalau mendapat penguatan eksklusif pada setiap langkah yg dilakukan selama proses berguru.

4.    Penguasaan yg tepat dr setiap langkah yg dikerjakan siswa akan bikin proses mencar ilmu lebih bermakna.

5.    Motivasi berguru siswa akan lebih berkembangapabila ia diberikan tanggung jawab & kepercayaan sarat atas belajarnya.

Dari beberapa pemahaman mencar ilmu tersebut diatas, kata kunci dr mencar ilmu yakni pergeseran perilaku. Dalam hal ini, Benyamin S. Bloom (1956)  mengemukakan pergeseran sikap yg terjadi selaku hasil berguru meliputi pergantian dlm daerah (domain) kognitif, afektif & psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.

1)   Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah tempat yg berkaitan dgn aspek-faktor intelektual atau dengan-cara logis yg bias diukur dgn anggapan atau nalar. Kawasan ini tediri dari:

·        Pengetahuan (Knowledge).

·        Pemahaman (Comprehension).

·        Penerapan (Aplication)

·        Penguraian (Analysis).

·        Memadukan (Synthesis).

·        Penilaian (Evaluation).

2)   Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah tempat yg berkaitan dgn faktor-aspek emosional, mirip perasaan, minat, sikap, kepatuhan kepada moral & sebagainya. Kawasan ini berisikan:

·        Penerimaan (receiving/attending).

·        Sambutan (responding)

·        Penilaian (valuing).

·        Pengorganisasian (organization).

·        Karakterisasi (characterization)

3)   Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yg berhubungan dgn faktor-aspek keterampilan yg melibatkan fungsi metode syaraf & otot (neuronmuscular system) & fungsi psikis. Kawasan ini berisikan:

·        Kesiapan (set)

·        Meniru (imitation)

·        Membiasakan (habitual)

·        Adaptasi (adaption)

Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dr pergeseran perilaku, yakni :

1)    Perubahan yg disadari & disengaja (intensional).

Perubahan sikap yg terjadi merupakan perjuangan sadar & disengaja dr individu yg bersangkutan. Begitu pula dgn hasil-hasilnya, individu yg bersangkutan menyadari bahwa dlm dirinya telah terjadi perubahan

2)   Perubahan yg berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau kemampuan yg dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dr keterampilan yg telah diperoleh sebelumnya.

3)    Perubahan yg fungsional.

Setiap perubahan sikap yg terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yg bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4)    Perubahan yg bersifat positif.

Perubahan perilaku yg terjadi bersifat normatif & menujukkan ke arah kemajuan.

5)    Perubahan yg bersifat aktif.

Untuk memperoleh sikap baru, individu yg bersangkutan aktif berusaha melakukan pergantian.

6)    Perubahan yg bersifat pemanen.

Perubahan sikap yg diperoleh dr proses mencar ilmu condong menetap & menjadi potongan yg menempel dlm dirinya.

7)    Perubahan yg bertujuan & terarah.

Individu melakukan kegiatan mencar ilmu pasti ada tujuan yg ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8)    Perubahan perilaku dengan-cara keseluruhan.

Perubahan sikap berguru bukan cuma sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dlm sikap & keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, ia memperoleh keahlian dlm menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Selanjutntya, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil berguru akan tampak dlm :

2.    Keterampilan; seperti : menulis & berolah raga yg walaupun sifatnya motorik, keahlian-keahlian itu memerlukan kerjasama gerak yg teliti & kesadaran yg tinggi.

3.    Pengamatan; yakni proses mendapatkan, menafsirkan, & memberi arti rangsangan yg masuk melalui indera-indera dengan-cara obyektif sehingga peserta didik mampu meraih pemahaman yg benar.

4.    Berfikir asosiatif; yakni berfikir dgn cara mengasosiasikan sesuatu dgn yang lain dgn memakai daya ingat.

5.    Berfikir rasional & kritis yakni memakai prinsip-prinsip & dasar-dasar pemahaman dlm menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) & “mengapa” (why).

6.    Sikap yakni kecenderungan yg relatif menetap untuk bereaksi dgn cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dgn wawasan & kepercayaan.

7.    Inhibisi (menyingkir dari hal yg mubazir).

8.    Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.

9.    Perilaku afektif yakni sikap yg bersangkutan dgn perasaan takut, marah, sedih, bangga, kecewa, bahagia, benci, was-was & sebagainya.

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yg merupakan hasil belajar mampu berbentuk :

1.    Informasi verbal; yaitu penguasaan keterangan dlm bentuk verbal, baik dengan-cara tertulis maupun tulisan, misalnya sumbangan nama-nama terhadap suatu benda, definisi, & sebagainya.

2.    Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dlm melaksanakan interaksi dgn lingkungannya dgn memakai simbol-simbol, contohnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dlm keterampilan intelektual adalah kecakapan dlm membedakan (discrimination), memahami desain konkrit, rancangan absurd, aturan & hukum. Ketrampilan ini sungguh diharapkan dlm menghadapi pemecahan dilema.

3.    Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melaksanakan pengendalian & pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan kenangan & cara – cara berfikir biar terjadi acara yg efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan seni manajemen kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

4.    Sikap; yaitu hasil pembelajaran yg berupa kecakapan individu untuk menentukan macam tindakan yg akan dikerjakan. Dengan kata lain. Sikap yaitu kondisi dlm diri individu yg akan memberikan kecenderungan vertindak dlm menghadapi suatu obyek atau insiden, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yg menyertai pemikiran & kesiapan untuk bertindak.

5.    Kecakapan motorik; ialah hasil berguru yg berupa kecakapan pergerakan yg diatur oleh otot & fisik.

B.   HAKEKAT  PEMBELAJARAN

Secara lazim istilah mencar ilmu dimaknai selaku suatu kegiatan yg menimbulkan terjadinya pergeseran tingkah laris. Dengan pemahaman demikian, maka pembelajaran mampu dimaknai sebagai suatu kegiatan yg dijalankan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris akseptor didik berganti ke arah yg lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yg dimaksud dgn proses pembelajaran yakni fasilitas & cara bagaimana suatu generasi berguru, atau dgn kata lain bagaimana fasilitas berguru itu dengan-cara efektif dipakai. Hal ini tentu berbeda dgn proses berguru yg diartikan selaku cara bagaimana para pembelajar itu memiliki & mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Sedangkan menurut Duffy & Roehler (1989). Pembelajaran yaitu suatu perjuangan yg sengaja melibatkan & memakai wawasan profesional yg dimiliki guru untuk meraih tujuan kurikulum. Gagne & Briggs (1979:3). mengartikan instruction atau pembelajaran ini yaitu suatu sistem yg bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yg berisi serangkaian insiden yg dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mensugesti & mendukung terjadinya proses berguru siswa yg bersifat internal. Sedanghkan dlm Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran yakni proses interaksi peserta didik dgn pendidik & sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berangkat dr pengertian tersebut, maka mampu dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan kekerabatan dialogis yg sungguh-sungguh antara guru & peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), & bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini menenteng konsekuensi pada konsentrasi pembelajaran yg lebih ditekankan pada keaktifan akseptor didik sehingga proses yg terjadi mampu menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yg sudah ditetapkan mampu diraih oleh akseptor didik.

Keaktifan peserta didik ini tak hanya dituntut dengan-cara fisik saja, tetapi pula dr segi kejiwaan. Apabila cuma fisik peserta didik saja yg aktif, tetapi fikiran & mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tak tercapai. Ini sama halnya dgn penerima didik tak belajar, lantaran peserta didik tak merasakan perubahan di dlm dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).

Pembelajaran pada hakekatnya yakni proses interaksi antara akseptor didik dgn lingkungan, sehingga terjadi perubahan sikap kearah yg lebih baik. Dan peran guru yakni mengkoordinasikan lingkungan supaya menunjang terjadinya pergantian perilaku bagi akseptor didik. Pembelajaran pula dapat diartikan selaku perjuangan sadar pendidik untuk menolong penerima didik supaya mereka mampu mencar ilmu sesuai dgn keperluan & minatnya. Disini pendidik berperan selaku fasilitator yg menyediakan fasilitas & menciptakan suasana yg mendukung peningkatan kemampuan berguru peserta didik.

Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1)     Pembelajaran selaku tata cara

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dr sejumlah komponen yg terstruktur antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , taktik & metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, penilaian pembelajaran, & tindak lanjut pembelajaran (remedial & pengayaan).

2)     Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dlm rangka bikin siswa belaja, mencakup:

a)   Persiapan, merencanakan program pengajaran  tahunan, semester, & penyusunan antisipasi mengajar (lesson plan) dan  penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, & alat penilaian, buku  atau media cetak lainnya.

b)   Melaksanakan kegiatan pembelajaran  dgn mengacu pada persiapan pembelajaran  yg sudah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau seni manajemen & metode-metode pembelajaran yg sudah dipilih & dirancang penerapannya, serta filosofi kerja & janji guru , pandangan, & sikapnya kepada siswa;

c)   Menindaklanjuti pembelajaran  yang sudah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berupa enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yg berkesulitan berguru.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :

1.    Merupakan upaya sadar & disengaja

2.    Pembelajaran harus bikin siswa belajar

3.    Tujuan harus ditetapkan apalagi dahulu sebelum proses dilaksanakan

4.    Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

C.   TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.  Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, & Tujuan Belajar

Guru-guru merumuskan tujuan instruksional lazim & tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus (TIK) atau tujuan pembelajaran khusus (TPK) juga disebut sebagai target berguru siswa. Tujuan instruksional (pembelajaran) khusus (TIK/TPK) memikirkan pengetahuan permulaan & keperluan berguru siswa.

Dari segi guru tujuan instruksional & tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dgn acuan berlawanan. Tujuan instruksional (lazim & khusus) dijabarkan dr kurikulum yg berlaku dengan-cara legal di sekolah.

Dari segi siswa, sasaran mencar ilmu tersebut murupakan panduan berguru. Panduan berguru tersebut mesti dibarengi, karena mengisyaratkan tolok ukur kesuksesan berguru. Keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat mencar ilmu selanjutnya. Keberhasilan mencar ilmu siswa berarti tercapainya tujuan mencar ilmu siswa dgn demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional & sekaligus tujuan mencar ilmu bagi siswa.

2.  Siswa & Tujuan Belajar

Siswa dalah subjek yg terlibat dlm kegiatan berguru mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, & menanggapi dgn tindak berguru. Pada biasanya semula siswa belum menyadari pentingnya berguru. Berkat informasi guru perihal sasaran belajar, maka siswa mengenali apa & arti bahan belajar beginya.

Siswa mengalami suatu perses berguru. Dalam proses berguru tersebut siswa menggnakan kesanggupan mentalnya untuk mempelajari bahan berguru. Kemempuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yg dibelajarkan dgn materi mencar ilmu menjadi makin rinci & menguat. Adanya keterangan perihal sasaran berguru, adanya penguatan-penguatan, adanya penilaian & keberhasikan belajar, menyebabkan siswa makin sadarakan kemampuan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Wahyuni. 2023. Teori mencar ilmu & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar & Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999.  Psikologi Belajar; Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Pupuh & Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar lewat Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung: Refika Aditama.

Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Knight, George R. 1982. Issues and Alternatives in Educational Philosphy. Cet. XII, Michigan: Andrews University Press.

Naim, Ngainun & Patoni, Achmad. 2007. Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roziqin,  Muhammad Zainur. 2007. Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan. Kebudayaan, & Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya




= Baca Juga =

  Gawai Daya : Apa Yang Menarik Mengenai Budaya Daya ?