– Kisah sejarah memang unik & menawan untuk dipelajari. Begitu pula keinginan kita untuk mengenal sosok ketokohan. Misalnya sejarah tokoh terkenal seperti istilah Multatuli.
Ia hanyalah sebuah nama pena dr Eduard Douwes Dekker yg merupakan pria asal Amsterdam yg lahir pada 2 Maret 1820. Bagaimana kisahnya, yuk baca guys.
Multatuli Pejuang dr Negeri Seberang. Apakah sudah familiar dgn sebutan Multatuli ? Jika kita mendengar maupun membaca kata Multatuli pasti kita pribadi diingatkan dgn suatu novel yg berjudul “Max Haveelar”.
Namun, kita pula perlu untuk mengetahui siapa bahwasanya sosok Multatuli itu? Bagaimana ia menjadi sangat fenomenal di kurun kolonial hingga ketika ini.
Multatuli hanyalah suatu nama pena dr Eduard Douwes Dekker yg merupakan pria asal Amsterdam yg lahir pada 2 Maret 1820.
Ia lahir dr orang tua yg melakukan pekerjaan sebagai nahkoda kapal jualan . Perjalanan menuju Hindia Belanda dimulai ketika dirinya berusia 18 tahun.
Saat itu, ia bersama ayahnya berlayar menuju Batavia & tiba di sana pada 4 Januari 1839. Di Batavia, ia melakukan pekerjaan sebagai juru tulis pada Algemene Rekenkamer.
Pada 1840, Multatuli bekerja menjadi pengawas yg setingkat di bawah asisten residen di Sumatera Barat. Selanjutnya, ia sempat berpindah-pindah dr Karawang, Purworejo, Manado, Ambon, hingga jadinya ia pindah ke Lebak pada 1856.
Di Lebak, ia cuma bertugas kurang dr tiga bulan saja sehabis bertikai dgn atasannya. Di Lebak pula ia melihat penduduk yg tertindas akibat kolonialisme & feodalisme yg dijalankan oleh para pejabat setempat & Belanda.
Masyarakat seakan-akan cuma menjadi “sapi perahan” yg bekerja keras tanpa diberi upah. Mereka harus rela terjebak dlm kebijakan kerja rodi & tanam paksa yg dipraktekkan Belanda.
Tanah-tanah serta kerbau-kerbau milik mereka dgn buasnya dirampas oleh para penjajah. Alhasil, mereka kesulitan untuk menyambung nyawa di kehidupan sehari-hari.
Tak cuma menyaksikan penderitaan penduduk Lebak, Multatuli pula menyaksikan bahwa saat itu banyak para pejabat setempat serta Belanda yg melaksanakan korupsi serta bertindak absolut.
Setelah terdepak dr Lebak, ia pindah ke Ngawi hingga jadinya menetapkan untuk kembali ke Belanda. Di tengah kegagalan karir & keluarganya.
Ia menuangkan isi hatinya tatkala berada di Lebak dlm suatu novel fenomenal yg berjudul “Max Haveelar”. Max Haveelar berisikan observasinya perihal penduduk Lebak yg dibelenggu oleh penjajah Belanda.
Saat itu sekitar 1860-an, Max Haveelar sukses menelanjangi kolonialisme ala Belanda sehingga banyak penduduk Belanda yg menyerukan praktik balas akal pada Hindia Belanda.
Seruan tersebut sukses, Belanda alhasil menerapkan politik etis yg setidaknya berhasil melahirkan kaum-kaum intelektual muda yg menjadi salah satu pelopor kemerdekaan Indonesia.
Luapan Multatuli pada novel Max Havelaar mengingatkan penulis ihwal desain bangsa & nasionalisme dr Benedict Anderson.
Anderson melihat bahwa “Imagenery Community” menjadi hal yg penting untuk menumbuhkan rasa nasionalime.
Konsep tersebut mampu dilihat tatkala para anggota dlm suatu komunitas mempunyai rasa nasionalisme atau senasib sepenanggungan meskipun mereka tak mengenal dengan-cara keseluruhan satu sama lainnya.
Hal ini dapat ditunjukkan tatkala Multatuli mempunyai rasa senasib sepenanggungan & peduli terhadap penduduk Lebak sehingga ia menuangkan isi hatinya pada sebuah novel.
Tak sampai disitu, masyarakat Belanda pun ikut merasakan apa yg dirasakan Multatuli sehingga lahirnya perilaku “membela” Hindia Belanda pada saat itu.
Dimana kebanyakan orang Indonesia bahkan Eropa pun mengenal sosok Eduard Douwes Dekker sebagai Multatuli. Nama pena itu diambil dr Bahasa Latin yg memiliki arti Banyak yg Aku Sudah Derita.
Nah, itulah sekilas mengenal bagaimana sejarah, cerita, & usaha dr sosok Eduard Douwes Dekker selaku Multatuli.
Sumber tumpuan bacaan :
Irfan, Muhammad. 2018. Max Havelaar & Sebuah Gugatan dr Lebak untuk Amsterdam dalam https://www.google.com/amp/s/www.anggapan-rakyat.com/nasional/amp/pr-01301506/max-havelaar-dan-suatu-somasi-dari-lebak-untuk-amsterdam-430609. Diakses pada 19 Mei 2021.
Mappapa, Pasti Liberti. 2016. Multatuli & Indonesia Pasca Reformasi dlm https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20160919/Multatuli-dan-Indonesia-Pasca-Reformasi/. Diakses pada 19 Mei 2021.
Sumber foto :
https://penghubung.bantenprov.go.id/Berita/topic/440
http://museummultatuli.id