Kehidupan Kampus, Pada Peradaban Manusia Pontianak – Jakarta 2000 – 2017 KAP

Kemajuaan pengetahuan, akan berdampak pada persaingan dengan-cara lokal yg berada pada duduk perkara sosial, konflik sosial, kepentingan ekonomi, & kekuasaan yg menempel pada kepentingan politik hingga saat ini.

Ketika hal ini berada pada kondisi karakteristik penduduk Tionghoa Khek – Tionchu misalnya akan lekat dgn karakteristik mereka dlm setiap pekerjaan, & toko yg mereka terapkan sampai dilema upah yg minim.

Bagaimana merek melihatnya dlm hal ini akan lekat pada dinamika budaya yg berada pada keadaan masyarakat dgn tata cara edukasi yg berada pada masalah manusianya. Tatkala hal ini pada faktor pendidikan, misalnya tak masuk kampus, & nilai yg jelek dihasilkan dr seorang dosen berikan contohnya.

Strategi mereka untuk kekuasaan tampak mereka hidup pada faktor pendidikan, begitu pula pada kepentingan terhadap kelas pekerja yg dilangsungkan. Hal, ini berada pada kepentingan ekonomi, sosial & politik di masyarakat kota Pontianak, utamanya untuk para pendidik & tenaga medis kesehatan (Katolik – Protestan – Budha Lokal, Indonesia).

Suatu pembelajaran perihal siapa mereka di masyarakat dengan-cara agama & budaya, (Batak – Tionghoa – Dayak) Kelas sosial, & apa yg dijalankan terlihat suatu interaksi yg mereka lakukan & jumpai dgn baik adanya budaya Barat misalnya, malu kepada upah yg diberikan, & pendidikan yg buruk dr hasil kompetisi & kekuasaan.

Politik seksualitas diterapkan oleh PDI Perjuangan kepada kantung – kantung politik yg mereka lakukan dgn kehidupan sosial budaya & ekonomi di DKI Jakarta. Hal ini tak lepas dr budaya mereka sebagai orang Lokal – Indonesia.

Ketika mereka menyadari banyak sekali problem pertentangan sosial, ekonomi, & budaya akan lekat pada metode politik yg diterapkan dgn baik adanya problem mereka yg dibentuk dengan-cara golongan, individu, & organisasi. Berbagai hal terkait itu juga, tak lepas pada tugas duduk perkara mereka sebagai insan.

  Contoh Stratifikasi Sosial Yang Sengaja Dibentuk Adalah

Kehidupan sosial mirip itu tampak pada dinamika budaya mereka, yg hendak dimengerti menurut penghasilan yg mereka hasilkan, baik itu hasil genetika mereka dengan-cara insan & binatang (Tionghoa Khek – Tiochu- Batak – Jawa) garang, hasil asimilasi budaya & seksualitas. 

Kehidupan budaya & agama, hilang moralitas & kesadaran diri dgn menjelaskan dilema kehidupan sosial di penduduk , kelompok, & Individu (Marpaung – Sihombing, Siregar, Tionghoa Pontianak – Jakarta), & pendidikan & kesehatan yg dihasilkan mereka.

Ketika mereka ingin mendapatkan duit, contohnya tatkala berkuasa pembangunan gereja dibongkar mengakibatkan proyek pembangunan kepada kepentingan upah, & dilema mereka selaku manusia yg dihasilkan dr sistem ekonomi dann aturan yg biasa dipraktekkan & di dapatkan dr hasil kerja, & pajak mereka pada sistem ekonomi Barat – Timur 2008 – 2017 KAP, & masalah sumbang menyumbang ribut hahaha.

Kehidupan berpindah – pindah dgn berlindung pada tembok agama, khususnya di pedesaan di Kalimantan, telah menerangkan aneka macam problem ekonomi, sosial, & budaya mereka sampai  mereka hidup di masyarakat dengan-cara biasa , apa yg dihasikan dr pembangunan insan yg begitu menjijikan.