Sebagai tuangan dr pemikiran pembaca ada beberapa pendekatan yg sudah dihasilkan oleh para pakar ahli ilmu sosial. Tentunya, begitu banyak versi pemetaan, pusing itu pasti. Tetapi coba diketahui & dipahami sedikit apa yg dimaksud dr kenali dulu….
Pinjam dahulu pakar analisis Habermas, yg menyakini ada tiga paradigma dr ilmu soial paradigm dominative musuh emansipatoris. Tiga paradigma tersebut yaitu Instrumental Knowledge, dalam prespektif paradigma instrumental ini lebih ke pengetahuan untuk menaklukan & mendominasi objeknya atau paradigm positif. Positif yg artinya memandang dr sudut pandang metode, & teknik ilmu alam dlm mengerti realitas. Tidak heran bila penelitian sosial harus didekati dgn tata cara ilmiah, yakni objektivitas, netral, & bebas nilai. Pengetahuan senantiasa menganut hukum ilmiah yg universal, mekanisme mesti dikuantifikasi & diverifikasi dgn metode ilmiah. Dengan kata lain positivisme mensyarakatkan pemisahan fakta & nilai dlm rangka menuju pengertian objektif atas realitas sosial.
Pendekatan positivism lebih mensyaratkan sikap-sikap tertentu yg kemudian disebut dgn perilaku ilmiah yg yaitu bahwa ilmu sosial & observasi sosial haruslah bersikap netral & tak memihak. Selain itu, paradigm positivism tak boleh bersifat sumbjektif melainkan objektif, rasional tak boleh emosional, komitmen & ampati. Ilmu sosial pula mesti bisa mempertahankan jarak kepada objek & hasil kajian yg bersikap universal, dapat diterapkan dimana saja & kapan saja. Maka untuk memahami nya teori tersebut, kita pula mesti memahami teori anti positivisme.
Yang kedua yaitu paradigma kritik, mungkin kritik tak tabuh lagi untuk kita peroleh. Ilmu sosial dlm paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dr segenap ketidakadilan. Melalui kritik ini pula paradigm ini mengusulkan bahwa ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial tak boleh tak mungkin bersifat netral. Paradigma kritis ini memperjuangkan pendekatan yg bersifat holistik, & menghindari pemikiran deterministic & reduksionistik. Maka, lebih pada melihat realitas sosial dlm prespektif sejarah.
Dan yg terakhir yaitu paradigma interpretative, yg merupakan ilmu sosial sebelum tahun 1970 yg gres mulai berkembangnya sebuah tradisi dibidang filsafat sosial dgn hadirnya fenomenologi, etnometodologi & teori-teori aksi. Meskipun anutan-fatwa filsafat sosial menyatakan pendiriannya sendiri & menentang pendirian sosialogi positivisme. Tetapi, aliran ini dapat dipahami dgn baik & mengenali perbedaan-perbedaan pikiran dasarnya masing-masing. Maka, dasar paradigma ini yaitu tradisi filsafat yg lebih menekankan minat yg besar untuk mengetahui, atau dgn kata yg populer yaitu “biarkan fakta bicara atas nama dirinya sendiri.
Review : Sumber Dr. Mansour Fakih Part III.