Kerajaan Kutai dinyatakan selaku kerajaan dgn dampak Hindu tertua di Nusantara. Bukti-bukti kerajaan tertua di Nusantara memang ada di Kalimantan, tetapi hal ini tak didukung oleh isu-berita dr Cina. Boleh jadi dikarenakan Kalimantan tak mencakup wilayah utama jalur jual beli antara Cina & India.
Berita Cina mengenai Kalimantan gres ditemui pada permulaan kurun ke-VII, sementara berita ihwal Jawa & Sumatra tercatat satu masa sebelumnya. Padahal di wilayah Kalimantan Timur & Sulawesi Selatan dijumpai arca-arca Buddha dr batu & perunggu. Sedikit banyak menjelaskan taraf hidup & budaya nusantara yg sudah dipengaruhi oleh India. Informasi utama kerajaan ini didapatkan dr Yupa yg dibentuk oleh salah satu rajanya, berjulukan Mulawarman.
Pendiri Kerajaan Kutai
Pendiri dr Kerajaan Kutai pada kala ke-VII masehi di Kalimantan Timur disangka ialah Kundungga, kakek dr Mulawarman. Dugaan ini dikarenakan bukti-bukti yg ada cuma menujukkan silsilah keluarga raja yg cuma menyebutkan Kundungga selaku pemimpin pertama wilayah tersebut. Selain itu, Kundungga dianggap selaku pemimpin pertama yg masih menggunakan kultur Indonesia orisinil, termasuk namanya.
Letak Kerajaan
Kerajaan Kutai disangka oleh para jago berada di Kalimantan Timur, di sekitar tepi sungai Mahakam atau kurang lebih Kabupaten Kutai Kartanegara kini. Hal ini dibuktikan dr temuan-temuan arkeologis yg ada di sekeliling situ, pertanda adanya sentra kehidupan yg diasumsikan selaku Kerajaan Kutai. Kutai sendiri digunakan oleh para peneliti, lantaran temuan-temuan yg ada tak menyebutkan nama kerajaan.
Raja-raja yg Pernah Memerintah
Menurut tujuh buah Prasasti Yupa yg ditemukan di Muara Kaman memperlihatkan bahwa ada tiga orang pemimpin yg ada di Kerajaan Kutai. Pembuatan Yupa ini ditugaskan oleh raja paling besar di wilayah itu, Mulawarman.
1. Kundungga
Kundungga adalah kakek dr Mulawarman, & dianggap sebagai pemimpin pertama dr wilayah kerajaan Kutai. Disinyalir pada masa ini dampak dr India masuk ke Nusantara pada waktu-waktu ini, terbukti dr penggunaan nama Kundungga yg merupakan nama asli. Namun Yupa menjelaskan bahwa pendiri wangsa atau dinasti pertama kerajaan adalah Aswawarman. Terlihat dr penggunaan nama yg berlanjut terus sampai ke putranya. Namun lantaran Kundungga yakni kakek dr Mulawarman, dapat disimpulkan bahwa ia merupakan pemimpin dr peradaban yg ada. Meskipun tak dianggap selaku pendiri keluarga raja. Jika Aswawarman memakai budaya Hindu, maka hanya orang-orang beragama Hindu yg mampu dianggap sebagai keluarga raja.
2. Aswawarman
Aswawarman merupakan putra dr Kundungga, diduga selaku raja pertama yg menggunakan nama wangsa. Sehingga dapat dipahami sebagai masuknya dampak India ke Kutai ada di masa ini. Aswawarman dianggap selaku penganut agama Hindu pertama di lingkungan keluarga raja. Ia memiliki tiga putra, salah satunya Mulawarman yg dianggap selaku raja terbesar di Kutai. Di mana ia memerintahkan pengerjaan Yupa untuk menerangkan silsilah keluarga, & kebaikan-kebaikan keluarga kerajaan pada penduduk & agama.
3. Mulawarman
Mulawarman dianggap sebagai raja paling besar Kutai, Yupa mencatat banyak pencapaian-pencapaiannya. Diantaranya menyelenggarakan kenduri dgn emas yg banyak, berzakat segunung minyak, & 20.000 ekor sapi pada para brahmana. Yupa pula menjelaskan bahwa Mulawarman tersohor karena mengalahkan raja-raja lain di medan perang, & disamakan dgn raja Yudistira. Munculnya nama Yudistira ini dianggap selaku bukti masuknya imbas-imbas dr India pada keluarga kerajaan & Brahmana.
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Masa kejayaan Kerajaan Kutai terjadi pada masa kekuasaan Mulawarman, di mana ia sukses menegaskan kekuasaan Kutai & mengalahkan raja-raja yg ada di sekeliling wilayah tersebut. Mulawarman pula banyak melaksanakan persembahan pada ilahi, hadiah pada brahmana, & sedekah pada masyarakat biasa. Mulawarman pula menyuruh pembuatan Yupa, yg sampai hari ini tujuh jumlahnya sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Kutai serta bukti kebaikan Mulawarman.
Kehidupan Masyarakat
Berdasarkan temuan yg ada, Kundungga yakni orang asli Nusantara & mempertahankan budaya orisinil, sehingga tak dianggap selaku pendiri Kerajaan Kutai. Karena menurut kultur Hindu, silsilah kerajaan adalah hal penting & mesti dicatatkan setiap perubahannya. Meski begitu, Yupa tak dapat dijadikan sebagai penjelasan kondisi masyarakat Kutai, lantaran penulisan Bahasa Sanskerta hanya dipakai untuk permasalahan kerajaan & brahmana. Makara mampu ditarik kesimpulan bahwa agama Hindu & dampak India cuma dianut oleh Raja, brahmana, & golongan ksatria yg berisi kerabat-kerabat raja. Sementara masyarakat lazim Kutai masih hidup dlm budaya & kebiasaan orisinil nusantara, tergolong agama leluhurnya. Agama yg dianut oleh lingkungan kerajaan yaitu agama Siwa, lantaran lokasi pemujaan dinamakan atas murid-murid Siwa.
Sesuatu yg menarik untuk dipahami ialah bagaimana peralihan agama Hindu kepada keluarga kerajaan Kutai, sedangkan dlm Hindu orang yg tak dilahirkan dlm agama ataupun kasta tertentu tak mampu menjadi penggalan tertentu darinya. Ada kemungkinan kehadiran adanya pendeta India yg lebih berhak & mengerti adanya upacara-upacara tertentu untuk menerima seseorang menjadi serpihan dr agama hindu & kasta teratas. Namun tatkala Mulawarman berkuasa, dapat dimungkinkan sudah ada brahmana-brahmana asli Indonesia yg memimpin upacara keagamaan di Kutai antik.
Bukti-Bukti Peninggalan Kerajaan Kutai
1. Yupa atau Prasasti Mulawarman
Yupa ialah tiang batu di mana prasasti dipahatkan di sana. Prasasti ini ditemukan di kawasan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam. Sampai ketika ini sudah didapatkan tujuh buah Yupa, semuanya dikeluarkan oleh Mulawarman & dibuat oleh brahmana kerajaan Kutai. Prasasti ini dibuat dlm rangka menerangkan kebesaran Mulawarman & garis keluarganya, serta kebaikan-kebaikan raja pada para brahmana. Dijelaskan dlm salah satunya bahwa Mulawarman menyumbangkan emas yg banyak dlm kenduri, segunung minyak, & 20.000 ekor sapi pada para brahmana di tanah suci bernama waprakeswara. Prasasti ini hanya berisi kebanggaan pada raja, sehingga tak diketahui kondisi keseluruhan kerajaan ataupun lingkungan Kalimantan Timur pada masa tersebut. Dimungkinkan bahwa kebanyakan masyarakat masih menganut budaya & agama orisinil wilayah tersebut, & belum mengikuti agama Hindu yg dianut keluarga raja & para brahmana.
2. Arca Siwa, Arca Nandiswara, & Gua di Sungai Jelai
Penemuan Arca Siwa & Arca Nandiswara di Gunung Kombeng, Kalimantan Timur merupakan klarifikasi atas kebudayaan India & agama Siwa yg dianut oleh setidaknya lingkungan kerajaan Kutai. Sementara itu di Sungai Jelai, Tepian Langsat, Kutai Timur didapatkan lukisan cap tangan pada gua-gua. Gua ini diduga selaku salah satu tempat hidup penduduk sebelum masa Mulawarman di Kalimantan Timur.
Akhir Kerajaan
Tidak ada bukti-bukti yg menerangkan bahwa Kerajaan Kutai terus berlanjut di Kalimantan Timur, atau kemudian runtuh oleh alasannya tertentu. Oleh karena bukti tertulis hanya dijumpai pada Yupa, sehingga tak ada lagi kondisi apapun yg dikenali oleh para mahir mengenai sejarah Kutai ataupun kehidupan masyarakatnya.
Artikel: Kerajaan Kutai
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI