Jakarta – Mengutip, berbagai opini di media, salah satunya Disway, yg mempesona untuk dikenali bahwa,“
Saya tak tahu: ada berapa kamera yg terpasang di seluruh Jakarta. Khususnya di sekeliling Sarinah. Juga di tanah Abang. Yang, seandainya banyak, bisa dipakai untuk menganalisis kerusuhan tanggal 22 Mei lalu.
Saya tak tahu: ada berapa kamera yg terpasang di seluruh Jakarta. Khususnya di sekeliling Sarinah. Juga di tanah Abang. Yang, seandainya banyak, bisa dipakai untuk menganalisis kerusuhan tanggal 22 Mei lalu.
Tentu jika kameranya berfungsi wajar .
Juga bila kameranya tak dimainkan oleh yg punya keterampilan memainkan.
Pun tahun 1998. Saat terjadi huru-hara di Jakarta. Seandainya saja sudah dipasang banyak kamera di banyak kawasan. Kerusuhan berbau rasialis itu bisa dianalisis dgn lebih obyektif. Siapa pelakunya. Dari mana hadirnya. Ada penyusup atau tidak.
Kala itu, belum sehebat ini banyak sekali hal terkait dgn teknologi pengintai, bahkan mirip pekerjaan dunia intelijen yg menawan perhatian. Berbagai hal terkait dgn seluruh kota itu, mungkin bisa dijadikan pemutusan yg sesuai untuk dibahas dengan-cara benar.
Berbagai hal terkait dgn Negara maju, Trump pun mengatakan, “Setidaknya di mata Amerika. Memang. Sebenarnya bukan hanya di pengembangan 5G yg Amerika tertinggal dr Tiongkok. Pun sampai soal pengembangan teknologi kamera.
Dan itu ancaman.
Untuk dunia intelijen. Untuk keamanan nasional.
Karena itu keluarlah komando Presiden Donald Trump: larang!
Amerika tidak boleh berbelanja kamera Tiongkok. Perusahaan Amerika tidak boleh berhubungan dgn perusahaan kamera tersebut. Persis larangan yg dikenakan pada Huawei.
Kalau di Indonesia berlainan sangat, masalah itu katanya terkait dgn kerusuhan & Pelanggaran HAM, di tunda, Katanya gitu.