Kisah Nyata, Ini Cerita Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Berjuang Menjadi Guru

Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) Prodi/Jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi 

Mahasiswa Rebahan yg Bangkit di Semester Enam, Perjuangan Keras !

Tidak pernah terbayangkan sudah meraih pada tahap ini. Perasaan baru kemarin didoktrin oleh senior untuk menjadi insan penurut menurut versinya. 

Menjadi mahasiswa yg suka rebahan namun mengharapkan perubahan ialah salah satu motto hidup yg digenggam sampai saat ini atau kalau kata anak gaul zaman kini life for santuy. 

Menjalani hari-hari dgn suka maupun murung disetiap langkah guna mencapai pada tahap ini yaitu kepuasaan tersendiri yg wajib untuk disyukuri. 

Setiap fase semester mempunyai kesan yg berlawanan yg membuat hidup ini seakan berwarna. Terjadi dinamika di setiap fase tersebut & mempunyai umpatan-umpatan yg elok untuk dikenang hingga selesai pengelanaan. 

Tapi, sekarang tibalah pada penghujung dr fase tersebut yg menciptakan hidup menjadi meresahkan untuk dirayakan. Fase ke-5 selalu mengumpat dgn kata “semester ini sangatlah berat.” 

Namun, hal tersebut tidaklah benar adanya. Nyatanya, pada fase ke-6 ini hidup sangatlah membanggongkan kalau kata anak zaman kini.

Tidak perlu panjang lebar untuk menceritakan fase-fase sebelumnya. Fase sebelumnya sangat nikmat untuk dirayakan. 

Bertemu setiap hari dgn kawan dekat, teman, & pula basuh mata untuk melihat ciptaan Tuhan yg aduhai untuk tak dilewatkan. 

Seakan-akan semuanya ialah lezat dikala berada dibangku perkuliahan. Hingga ketika ini tibalah di fase yg kata orang ingin menikah saja daripada menjalani fase ini. 

Ya, fase ini disebut semester 6. Fase ini membuat gairah hidup tak menjadi gairah namun menjadi aisudahlah. Berada di situasi yg tak sempurna untuk mengeluh lantaran cuma mengeluh via online saja. 

Tidak ada sahabat, teman atau siapapun tadi untuk merangkul kita dlm fase ini. Semuanya sibuk dgn problematika kehidupan masing-masing. 

Hingga terjadilah umpatan-umpatan seru yg pantas untuk dituliskan menjadi kenangan agar pada fase berikutnya kita tak merasakan yg namanya kesepian, karena kesepian mampu membunuh seseorang.

Halo sobat literasi semua, perkenalkan nama Aku Suci Kurnia Putri. Aku sendiri yakni mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi yg tengah berkuliah di Universitas Negeri Padang. 

  Ada 6 Jenis Metode Penelitian Kuantitatif, Apa Saja ? Berikut Penjelasannya

Aku merupakan mahasiswa yg masuk pada tahun 2018 & ketika ini pastinya sudah melalui 6 semester lamanya. Pada kali ini Aku akan menceritakan sedikit pengalaman yg gue rasakan saat perkuliahan online. 

Karena menurutku, sungguh disayangkan untuk tak menuliskan pengalaman ini ataupun kita bisa mengembangkan pengalaman. 

Hal ini pula diikuti dgn salah satu kata penulis yg Aku senangi yakni Bapak Pramoedya Ananta Toer yg menyampaikan:

“Orang boleh cerdik setinggi langit, tetapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dlm penduduk & dr sejarah. Menulis ialah bekerja untuk keabadian.”

Dari itu Aku sering menuliskan aneka macam hal di dlm buku catatanku. Mulai dr hal yg sederhana, hingga hal yg kompleks. 

Maka dr itu, Aku ingin menceritakan sedikit banyak pengalamanku ketika berada di semester 6 yg mungkin tak jauh beda dgn mahasiswa lainnya. 

Aku tak akan menceritakan semester sebelumnya karena sensasi pada semester kali ini berlawanan. Ya, hal yg membuat berlainan ialah sistem belajarnya. Dulu kita mampu belajar dengan-cara tatap paras , saling berkomunikasi, saling berdiskusi dengan-cara pribadi tentunya. 

Aku yg masih mengingat himbauan rektor kampusku untuk diliburkan selama satu bulan karena virus covid-19 ternyata 1 bulan itu diperpanjang menjadi 1 tahun hingga ketika kini yg sudah hampir menginjak tahun ke-2.

Aku dipulangkan ke tempat tinggal pada dikala pertengahan semester 4 hingga sampai ketika sekarang sudah semester 6. Tak disangka waktu cepat berlalu.

Di mana gue masih mengenang semester 4 yg masih kebingungan memakai platform e-learning, & gres mengenal itu zoom, google meet, google classroom, & sejenisnya. 

Hingga pada ketika semester 5 gres bisa gue menggunakan dgn cukup baik. Tapi kali ini gue akan menceritakan pengalamanku, utamanya ketika semester 6 yg kata sahabat-temanku Your Personality Type Is : TERTEKAN.

Beginilah Perjuangan Menjadi Seorang Guru, Kamu Berani Gak ?

Pada tulisanku yg di atas sudah disampaikan sedikit perkenalan atau opening kisah semester 6. Aku meyakini bahwa setiap semester mempunyai kesan yg berlawanan.

Tetapi Aku sendiri merasakan pada semester 5 & semester 6 merupakan semester yg cukup berat bagiku.

Pada jurusan Pendidikan Sosiologi ataupun jurusan kependidikan, Aku meyakini bahwa permasalahan kita sama. 

Karena utamanya semester 5 & 6 merupakan semester pokok untuk mahasiswa jurusan kependidikan, di mana kita belajar untuk menjadi seorang calon guru yg akan kita realisasikan pada semester 7 nantinya. 

Dalam semester 5, sudah mulai yg namanya mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau disingkat dgn (RPP). 

Bukan hanya sudah mulai merancang RPP, namun pula sudah merancang media pembelajaran ataupun melaksanakan penilaian pembelajaran. 

Dan hal tersebut merupakan sesuatu yg mesti kita pahami guna akan berkhasiat untuk kedepannya. 

Ternyata Ini Tujuan Mata Kuliah Micro Teaching 

Selanjutnya, pada semester 6 akan ditambah lagi dgn mata kuliah micro teaching di mana kita melakukan simulasi menjadi seorang guru & mempraktikkan apa yg sudah kita pelajari. 

Dari sini kita harus mengerti materi yg akan kita ajarkan. Selain itu, kita pula mesti mengerti beberapa keahlian mengajar. 

Tujuan dr adanya micro teaching ini ialah untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih mempraktekkan beberapa kemampuan dasar mengajar di depan sobat-sobat dlm suasana yg constructive,supportive,dan dekat. 

Sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan, & kesanggupan performance yg terintegrasi untuk bekal praktik mengajar pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) yg akan dilaksanakan di sekolah.

Yang menciptakan hal micro teaching kali ini berlainan ialah kuliah dengan-cara online membatasi segalanya. Mahasiswa menyesuaikan dgn keadaan sehingga pelaksanaan menjadi tak maksimal. 

Hanya mempraktikkan via virtual  lewat aplikasi zoom, google meet, ataupun youtube. Sehingga nanti jikalau dihadapkan dgn tata cara berguru gabungan atau sering disebut dgn blended learning pastinya kesiapan mental mahasiswa patut untuk dipertanyakan. 

Mengingat tak maksimalnya pembelajaran kuliah sehingga mahasiswa sendirilah yg harus mampu untuk mengembangkan dirinya. 

Bukan hanya micro teaching, masih ada pula yg namanya penemuan pembelajaran sosiologi yg berisikan inovasi yg mampu dilakukan guru untuk mengajar nantinya. 

  Tipe Macam Bentuk Jenis Pola Asuh Orang Tua dan Cirinya

Hal ini pastinya pula menuntut mahasiswa untuk inovatif, & inovatif dlm melaksanakan penemuan pembelajaran baik itu media yg digunakan ataupun bahan asuh yg akan digunakan. 

Menjadi tantangan sendiri di mana kita mesti bisa untuk menyesuaikan dgn kondisi, karena sejatinya salah satu kelemahan manusia ialah menyadari ketidakmampuan insan itu dlm menafsirkan segala hal. 

Maka dr itu, kita mesti belajar dr yg namanya suatu proses. Semester 6 bagi Aku pribadi cukup menantang di mana tugas yg ugal-ugalan silih berganti. 

Satu waktu dihadapkan dgn menciptakan anjuran penelitian dr beberapa mata kuliah & pula tetap menyesuaikan dgn keadaan. 

Susahnya untuk terjun ke lapangan karena dibatasi lantaran situasi, pula agak kesulitan untuk melaksanakan pengamatan dengan-cara langsung untuk menerima data yg kita butuhkan. 

Nyatanya, hidup memang mesti berpandai-terpelajar. Belum lagi semester 6 sudah mulai overthingking menimbang-nimbang judul dikarenakan pada semester selanjutnya kita pula harus membagi waktu antara mengajar & tugas kuliah lainnya. 

Rasanya bila diceritakan tanpa mengalami dengan-cara langsung pula tak akan terasa sensasinya. So, buat sobat-teman yg sudah menjalani semangat, masih ada semester berikutnya yg menunggu. 

Dan cerita ini sudah berlalu, sekarang Aku sudah memasuki semester 7, mungkin kedepannya akan banyak lagi tantangannya. 

Hal yg ditakutkan selama ini pula tatkala sudah dijalani tentunta diri kita akan merasa besar hati, karena kita sudah bisa untuk berproses serta menyesuaikan dgn aneka macam keadaan.

Aku pula mengenang salah satu perkataan dr filsuf Albert Camus di mana dia mengatakan : 

“Kau tak akan pernah senang jika kamu terus mencari kebahagiaan itu mirip apa. Kau puntak akan pernah hidup bila kau masih mencari makna kehidupan.”

Dari hal ini kita mampu menarik kesimpulan bahwa jika kita terus menginginkan hal gampang saja tanpa adanya rintangan.

Tentunya tak akan ada yg namanya pergeseran dlm hidup kita. Mengeluh boleh, namun jangan larut dlm kata mengeluh itu. Semangat, untuk kita semua.