Konflik Sosial (Orang Batak, Jawa), Perusak Pada Sistem Kehidupan Seksualitas

Memahami pola konflik sosial yg dibentuk oleh orang Jawa Batak, Sihombing & Marpaung Jawa,dan Siregar yg dimulai dr aspek pendidikan, kesehatan, yg penyimpang serta faktor ekonomi yg menjadikan mereka sama kepada persoalan mereka untuk dijadikan pemimpin.

Ketika itu, “duit nove”katanya demikian, anda siapa ? punya aib?. Ingin menguasai metode ekonomi (Marpaung, Jawa) lancang sekali hidupnya. Orang Indonesia, kok hidupnya hitung harta orang, kelas sosial, apa yg dikenakan, & gereja yg dibangun itu.

Pada faktor pendidikan, pertentangan akan bisa dibentuk dengab kecerdasan mereka terhadap ilmu pengetahuan, baik ilmu kesehatan hasil dr seksualitas (Jawa – Batak – Dayak), & pendidikan yg mereka gunakan dlm kehidupan mereka pada kelas sosial (Bapak siapa, anak siapa).

Berbagai hal terkait dogma mereka kepada persoalan itu, terperinci bagaimana perebutan status sosial, kesehatan, & pendidikan sampai faktor ekonomi mampu dimengerti dgn baik, kepada dinamika , konflik sosial yg mereka terima.

Tetapi, ada sesuatu mempesona ketika, mengenai makan & minum mereka, apakah dapat menjadi suatu kutuk kepada ucapan mereka pada agama & kehidupan sosial mereka. Karena bermain-main dgn agama (Islam – Protestan). Berbagai hal dijalankan, dimulai dr budaya sampai seksualitas, yg sifatnya memaksa.

Terkadang hal ini menjadi pertanyaan, memangnya anda siapa ? di Pontianak, Kalimantan Barat. Hal yg begitu memalukan dgn pencapaian & keinginan status sosial, & kelas sosial itu, tanpa menyadari darimana sistem ekonomi mereka berasal.

Begitu pula mengetahui serpihan tata cara pertentangan baru itu, terlepas dr aspek kepentingan di masyarakat, pendidikan yg memaksa dgn sumber ekonomi mereka, & bagaimana mereka menerimanya. Hal ini tiada mustahil bagaimana mereka hidup, pada sumber agama & kehidupan yg disebut dgn (Kutuk).

  “ Hidup Mengalir Menurut Kehendak Mu ”

Hal ini mampu dimengerti dgn baik, bagaimana menyaksikan metode sosial budaya yg hendak dipahami dgn eksistensi mereka dikala ini. Suatu kesadaran untuk memancing mirip itu, pantas dipahami dgn baik, bagaimana mereka hidup, & masuk kelas sosial guna mencapai persaingan yg kotor ( Batak jawaranya, berlindung dibalik profesi baju dokter contohnya (Indonesia).  

Berbagai jauh dgn Negara global, seperti Malaysia, Singapura, & lainnya yg menjadi opsi orang Tionghoa menjaga kesehatannya. Budaya malu menjadi symbol akan ragam budaya yg anda miliki kepada kesamaan & perbedaan dlm keberagamaan yg mereka perbuat, baik itu seiman & tidaknya.