Hal yg tak berimbang tatkala itu, dimana industrialisasi menjadikan berkurangnya lahan pertanian, desa berkembang menjadi kota, penduduk desa pergi ke kota, daerah pedesaan menjadi terbengkalai, bahkan beberapa daerah pedesaan di Amerika Serikat sempat mengalami depopulasi (tidak ada orangnya).
Hal ini berlangsung beberapa lama menjadi keprihatinan meluas yg kemudian menjadikan hadirnya isu kemanusiaan & ujungnya perlu perbaikan, yakni kehidupan di pedesaan. Dengan adanya dilema sosial pedesaan di Amerika, utamanya di Universitas Chicago, Michigan & North Carolina. Maka, persoalan tersebut, presiden Amerika Serikat ketika itu, Roosevelt, membentuk Komisi Tentang Kehidupan Desa (Commision on Rural Life).
Keputusan membentuk komisi ini pula dipengaruhi studi Sir Horace Plunkett di Irlandia mengenai rusaknya kehidupan desa di Irlandia. Jadi permasalahan desa ketika itu memang dialami oleh benua Eropa & Amerika, yg ketika itu memang tengah dilanda revolusi industri & revolusi sosial.
@copyright:images.google.com |
Laporan Komisi Tentang Kehidupan Desa telah menarik minatpara sosiolog Amerika Serikat. Dalam konferensi para sosiolog yg tergabung dlm American Sociological Society tahun 1912, kehidupan desa menjadi topik utama. Kemudian, pada tahun 1937 muncullah golongan andal sosiologi Amerika yg mengkhususkan diri pada kajian masyarakat pedesaan, dikenal selaku Rural Sociology Society.
Namun begitu, mulanya mereka mengalami kesusahan, pembangunan begitu pesat di Amerika Serikat menetralisir desa-desa, menyebabkan para sosiolog Amerika sulit memperoleh obyek kajianya. Karena sebab itu akibatnya mereka melakukan penelitian di Amerika Selatan (Peru, Meksiko, Cuba, Brasil) yg masih mempunyai penduduk pedesaan.
Pada tahun 1957 muncullah perkumpulan sosiologi pedesaan di Eropa (European Society for Rural Sociology) & Jepang yg mengkhususkan kajianya pada masyarakat pedesaan. Di Amerika Serikat sendiri kian berkembang menjadi bidang akademik terpandang & profesional, seperti pada tulisan Smith & Zopf (1970), Galeski (1972).
Di Indonesia sendiri sejarah pertumbuhan sosiologi pedesaan tak terlepas dr sentuhan Prof Dr Sajogyo. Ia mulai memperkenalkan sosiologi, mulanya sosiologi pertanian, sekitar tahun 1957 mulai di Universitas Indonesia lalu berlanjut di IPB. Dalam usahanya memperkenalkan sosiologi pedesaan, Sajogyo mengajak & merujuk anutan beberapa tokoh yg mempunyai latar belakang ilmu yg berbeda, seperti DH. Penny yg banyak menulis tentang dilema pertanian di Sumatra Utara, AT. Mosher yg ahli di bidang ekonomi pertanian & lama mengajar di India.
Kalangan kritikus menyebutkan, sosiologi pedesaan selaku disiplin ilmu dlm perkembangannya yg begitu lamban. Dalam sejarahnya sosiologi pedesaan kurang bisa berbagi analisis sistematis, terutama desa agraris, wacana buatan pertanian, pada tingkat perusahaan maupun struktur agraria.
Sehingga, dlm hal ini sosiologi pedesaan ketika ini terperangkap dlm sejumlah kontroversi & impian. Sepanjang sejarahnya, sosiologi pedesaan tak pernah mampu dengan-cara efektif & mantab menyatakan statusnya selaku disiplin ilmu tersendiri yg mempunyai obyek pengusutan & metode klarifikasi yg khusus.
Begitu pula pertumbuhan sosiologi pedesaan di Indonesia tak luput dr kritik, salah satunya dr White (2003) mengkritik menyorot sosiologi pedesaan Indonesia yg dinilai ketinggalan, kurang mendalami transformasi agraria, kurang terisi critical discourse & bersifat apologia, membenarkan keadaan penduduk berdasarkan kebijakan politik orde gres. Semua itu mungkin mampu dimaklumi lantaran warisan kolonial & politik orde baru cukup lama mendominasi warna pengetahuan & sikap intelektualnya.