Sejarah Berdirinya Bank Bri (Bank Rakyat Indonesia) Secara Singkat

Sejarah Berdirinya Bank BRI: Dari Kas Masjid di Purwokerto hingga Ikon Perbankan Indonesia

Lebih dari seabad yang lalu, di tengah era kolonial yang penuh tekanan ekonomi, sebuah bank kecil lahir dari kota Purwokerto, Jawa Tengah.

Bank ini bukan sekadar lembaga keuangan, tetapi simbol perjuangan melawan ketidakadilan ekonomi yang menjerat rakyat pribumi.

Bank Rakyat Indonesia, atau yang lebih dikenal sebagai BRI, kini berdiri tegak sebagai salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia.

Bagaimana bank ini bermula dari pengelolaan kas masjid sederhana hingga menjadi ikon perbankan modern yang melayani jutaan nasabah di seluruh pelosok negeri? Artikel ini akan mengupas sejarah berdirinya Bank BRI secara mendalam, dari awal mula hingga transformasinya di era digital.

BRI bukan hanya saksi bisu perjalanan bangsa Indonesia, tetapi juga pelaku aktif dalam membentuk perekonomian rakyat. Dari visi seorang bangsawan lokal hingga jaringan terluas yang menjangkau desa-desa terpencil, kisah BRI penuh dengan inspirasi dan pelajaran berharga. Mari kita telusuri perjalanan panjangnya, langkah demi langkah, dalam sejarah singkat namun menyeluruh ini.


Latar Belakang dan Awal Pendirian BRI

Kondisi Ekonomi Era Kolonial

Pada akhir abad ke-19, Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan kolonial yang mengeksploitasi sumber daya alam dan tenaga rakyat pribumi. Sistem tanam paksa yang diberlakukan sejak 1830 telah usai, tetapi dampaknya masih terasa. Rakyat pribumi, terutama petani dan buruh, hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Mereka sering kali terjebak dalam lingkaran utang kepada para rentenir yang mematok bunga sangat tinggi—kadang hingga 100% atau lebih. Dalam kondisi seperti ini, akses ke layanan keuangan yang adil hampir tidak ada bagi masyarakat kecil.

Purwokerto, sebuah kota kecil di Jawa Tengah, menjadi salah satu wilayah yang merasakan tekanan ekonomi tersebut. Sebagai pusat perdagangan lokal, Purwokerto juga menjadi saksi bagaimana rakyat pribumi kesulitan mendapatkan modal untuk bertahan hidup.

Tidak ada bank atau lembaga resmi yang bersedia membantu mereka, karena bank-bank Belanda seperti De Javasche Bank (cikal bakal Bank Indonesia) hanya melayani kalangan elit dan perusahaan besar.

Raden Bei Aria Wirjaatmadja: Pahlawan Ekonomi Pribumi

Di tengah kondisi yang sulit itu, muncul sosok Raden Bei Aria Wirjaatmadja, seorang bangsawan dan Patih Kabupaten Banyumas yang memiliki visi luar biasa. Ia bukan hanya pejabat tinggi, tetapi juga seorang humanis yang peduli pada nasib rakyat kecil. Melihat penderitaan masyarakat akibat jeratan rentenir, Raden Bei memutuskan untuk bertindak. Ia terinspirasi oleh konsep koperasi dan bank rakyat yang mulai berkembang di Eropa, seperti model Raiffeisen di Jerman yang fokus pada pinjaman berbunga rendah untuk petani.

  Sejarah KontrakPangkor Pada Tahun 1874

Raden Bei Aria Wirjaatmadja bukan orang sembarangan. Sebagai keturunan priyayi Jawa, ia memiliki pendidikan yang baik dan pemahaman mendalam tentang administrasi keuangan. Namun, yang membedakannya adalah kepekaannya terhadap realitas sosial di sekitarnya. Ia tidak hanya ingin mengelola keuangan pribumi, tetapi juga memberikan solusi nyata untuk memutus rantai kemiskinan.

Kelahiran Bank BRI: 16 Desember 1895

Pada tanggal 16 Desember 1895, Raden Bei Aria Wirjaatmadja mendirikan sebuah lembaga keuangan kecil yang menjadi cikal bakal Bank BRI. Nama resminya adalah De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden, yang secara harfiah berarti “Bank Bantuan dan Tabungan Purwokerto untuk Para Pemimpin Pribumi”. Nama ini mencerminkan target awalnya: para kepala desa, lurah, dan pejabat pribumi tingkat rendah yang sering menjadi sasaran rentenir.

Modal awal bank ini sangat sederhana. Raden Bei memanfaatkan kas masjid yang biasanya digunakan untuk kebutuhan keagamaan. Dana tersebut dipinjamkan secara bergilir kepada masyarakat dengan bunga rendah, sebuah konsep yang revolusioner pada masanya. Tujuannya jelas: memberikan akses modal yang terjangkau, melawan eksploitasi rentenir, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil.

Bank ini awalnya beroperasi dari sebuah kantor kecil di Purwokerto. Meski sederhana, langkah ini menjadi tonggak sejarah perbankan di Indonesia. BRI bukan hanya bank pertama yang fokus pada pribumi, tetapi juga pelopor konsep mikrofinansial yang kini menjadi salah satu pilar ekonomi modern.


Baca Juga:


Perjalanan BRI di Era Kolonial dan Penjajahan Jepang

Perubahan Nama dan Perluasan Layanan

Setelah berdiri pada 1895, bank kecil ini mulai menarik perhatian. Pada tahun 1897, namanya diubah menjadi Poerwokertosche Hulp en Spaar Landbouw Credietbank, atau disingkat Volksbank. Perubahan ini menandakan perluasan fokus dari hanya melayani pejabat pribumi menjadi mencakup petani dan masyarakat pedesaan secara umum. Kata “Landbouw” (pertanian) menunjukkan bahwa bank ini mulai menyasar sektor agraris, yang menjadi tulang punggung ekonomi Hindia Belanda.

Selama dekade awal abad ke-20, Volksbank terus berkembang di bawah pengawasan pemerintah kolonial. Meski mendapat dukungan, operasionalnya tetap sederhana dan terbatas pada wilayah Jawa Tengah. Sistemnya mengandalkan pinjaman kecil dengan jaminan sederhana, seperti tanah atau hasil panen, yang disesuaikan dengan kemampuan rakyat pribumi.

Pada tahun 1934, nama bank ini kembali berubah menjadi Algemeene Volkscredietbank (AVB), atau “Bank Kredit Rakyat Umum”. Perubahan ini mencerminkan ambisi untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, tidak hanya di Purwokerto tetapi juga di kota-kota lain di Jawa. AVB mulai diperkuat dengan struktur organisasi yang lebih formal dan dukungan dana dari pemerintah kolonial, meskipun tetap berada di bawah kendali Belanda.

  Sejarah Perang Arab Israel 1956 (Perang Enam Hari)

Masa Penjajahan Jepang: Syomin Ginko

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, semua lembaga keuangan kolonial diambil alih oleh pemerintahan militer Jepang. Algemeene Volkscredietbank diganti namanya menjadi Syomin Ginko, yang berarti “Bank Rakyat” dalam bahasa Jepang. Selama masa ini, operasional bank sangat terbatas karena fokus Jepang lebih pada eksploitasi sumber daya untuk kebutuhan perang.

Meski menghadapi tantangan, Syomin Ginko tetap berfungsi sebagai lembaga yang melayani rakyat kecil. Namun, kondisi perang membuat banyak cabangnya tidak aktif, dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan menurun drastis. Periode ini menjadi salah satu masa tersulit dalam sejarah BRI, tetapi fondasi yang telah dibangun sejak 1895 membuatnya bertahan.


BRI Pasca-Kemerdekaan dan Peran Strategis

Menjadi Bank Pemerintah Pertama

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pemerintah baru berusaha membangun fondasi ekonomi nasional. Salah satu langkah penting adalah mengambil alih aset-aset kolonial, termasuk lembaga keuangan. Pada tanggal 22 Februari 1946, melalui Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1946, Syomin Ginko resmi menjadi bank milik pemerintah Indonesia dan diberi nama Bank Rakyat Indonesia (BRI). Ini menjadikan BRI sebagai bank pemerintah pertama di Indonesia, sebuah tonggak bersejarah yang menegaskan peran strategisnya dalam mendukung ekonomi rakyat.

Namun, masa awal kemerdekaan tidaklah mudah. Perang kemerdekaan melawan Belanda (1945-1949) membuat operasional BRI terganggu. Pada tahun 1948, bank ini bahkan sempat vakum karena sebagian besar wilayah Indonesia dikuasai kembali oleh Belanda selama Agresi Militer. Baru setelah Perjanjian Renville pada 1949, BRI kembali aktif dengan nama Bank Rakyat Indonesia Serikat.

Peran dalam Ekonomi Pasca-Kemerdekaan

Di masa awal kemerdekaan, BRI memiliki misi besar: membantu pemerintah membiayai pembangunan dan mendukung rakyat kecil yang terdampak perang. Bank ini menjadi alat penting dalam menyalurkan kredit kepada petani, pedagang, dan pelaku usaha kecil. Salah satu program awalnya adalah memberikan pinjaman untuk rehabilitasi sektor pertanian, yang hancur akibat konflik berkepanjangan.

Pada era 1950-an, BRI mulai memperluas jaringannya ke luar Jawa, meski dengan fasilitas yang masih terbatas. Kantor-kantor cabang dibuka di kota-kota besar seperti Medan, Makassar, dan Palembang. Fokusnya tetap pada sektor mikro, sebuah warisan dari visi Raden Bei Aria Wirjaatmadja yang terus dipertahankan hingga kini.


Transformasi Modern BRI

Menjadi Perseroan Terbatas (1992)

Pada tahun 1992, status BRI mengalami perubahan besar. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, BRI resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Transformasi ini memungkinkan BRI beroperasi dengan lebih fleksibel, tidak lagi sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah, tetapi juga mencari keuntungan seperti perusahaan swasta.

  9 Pengaruh Peristiwa Konferensi Meja Bundar Bagi Indonesia

Perubahan status ini menjadi titik balik. BRI mulai memperkuat infrastrukturnya, merekrut tenaga profesional, dan mengembangkan produk-produk baru. Salah satu fokus utamanya adalah kredit usaha kecil dan menengah (UKM), yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

Go Public dan Ekspansi Besar (2003)

Puncak transformasi BRI terjadi pada 10 November 2003, ketika bank ini resmi go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebanyak 30% sahamnya dilepas ke publik, menjadikannya salah satu perusahaan terbuka terbesar di Indonesia. Langkah ini tidak hanya meningkatkan modal BRI, tetapi juga memperluas aksesnya ke pasar global.

Setelah go public, BRI mempercepat ekspansi jaringannya. Kantor cabang, unit layanan, dan agen BRILink mulai menjamur hingga ke pelosok desa. Pada tahun 2016, BRI mencatat sejarah dengan meluncurkan BRIsat, satelit pertama di dunia yang dimiliki oleh bank. Satelit ini memungkinkan BRI menyediakan layanan digital di daerah terpencil, sebuah inovasi yang mengukuhkan posisinya sebagai bank modern.

Era Digital dan Fokus Mikrofinansial

Masuk era digital, BRI terus beradaptasi. Aplikasi mobile banking, BRImo, diluncurkan untuk memudahkan transaksi nasabah. Selain itu, program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi andalan untuk mendukung UMKM, dengan total penyaluran mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Hingga tahun 2025, BRI tetap menjadi bank dengan jaringan terluas di Indonesia, melayani lebih dari 100 juta nasabah.


Fakta Unik dan Kontribusi BRI

Fakta Unik tentang BRI

  1. Berawal dari Kas Masjid
    Tidak banyak yang tahu bahwa BRI lahir dari pengelolaan kas masjid di Purwokerto. Konsep ini menunjukkan kreativitas Raden Bei dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk kepentingan rakyat.
  2. Bank Pertama dengan Satelit
    Peluncuran BRIsat pada 2016 menjadikan BRI bank pertama di dunia yang memiliki satelit sendiri, membuktikan komitmennya pada inklusi keuangan.
  3. Jaringan Terluas di Indonesia
    Dengan lebih dari 10.000 unit layanan dan jutaan agen BRILink, BRI hadir di hampir setiap kecamatan di Indonesia, bahkan di daerah yang tidak terjangkau bank lain.

Kontribusi BRI bagi Indonesia

BRI tidak hanya bank, tetapi juga mitra pembangunan. Fokusnya pada mikrofinansial telah mengangkat jutaan UMKM dari keterbatasan modal. Program KUR, misalnya, membantu pedagang kecil, petani, dan pengrajin untuk berkembang. Selain itu, BRI berkontribusi besar dalam mendigitalisasi ekonomi desa, membawa layanan keuangan ke tangan masyarakat biasa.

Di tengah tantangan global seperti pandemi dan resesi, BRI tetap menjadi tulang punggung ekonomi rakyat. Laporan keuangan terbaru (per 2025) menunjukkan aset BRI mencapai lebih dari Rp1.800 triliun, menjadikannya salah satu bank terkuat di Asia Tenggara.


Kesimpulan

Bank Rakyat Indonesia (BRI) lahir pada 16 Desember 1895 dari visi mulia Raden Bei Aria Wirjaatmadja untuk membebaskan rakyat pribumi dari jeratan rentenir. Dari kas masjid sederhana di Purwokerto, BRI berkembang melalui era kolonial, penjajahan Jepang, perjuangan kemerdekaan, hingga menjadi pilar ekonomi Indonesia di era modern. Transformasinya menjadi perseroan terbatas pada 1992 dan go public pada 2003 menandai langkah besar menuju profesionalisme, sementara inovasi seperti BRIsat dan BRImo memperkuat posisinya di era digital.

Sejarah BRI adalah cerminan perjuangan bangsa Indonesia: dari keterbatasan menuju kemajuan. Hingga kini, BRI tetap setia pada misi awalnya—melayani rakyat kecil—sambil terus berinovasi untuk masa depan. Ingin tahu lebih banyak tentang layanan BRI modern? Kunjungi situs resminya di www.bri.co.id atau jelajahi sejarah bank lain di blog kami!