Hal yg menawan perhatian perihal perempuan Jawa, yakni Raden Ajeng Kartini yg kegemarannya membaca buku – buku, koran, hingga majalah Eropa. Yang berlawanan dr Kartini yakni ketertarikannya pada perkembangan berpikir perempuan Eropa. Sehingga, Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yg berjulukan Pieter Brooshooft, ia pula mendapatkan leestrommel (paket majalah yg diedarkan toko buku pada langganan).
Di antaranya terdapat majalah kebudayaan & ilmu pengetahuan yg cukup berat, & ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Di antara buku yg dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judulMax Havelaar & Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yg pada November 1901 sudah dibacanya berulang kali.
Kemudian karya Van Eeden yg berkualitas tinggi, karya Augusta de Witt yg sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek & suatu roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder(Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Pikirannya menjadi terbuka lebar, terlebih sesudah membandingkan kondisi wanita di Eropa dgn perempuan Indonesia.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dlm bahasa Melayu dgn judul yg diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yg merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bagian pembahasan untuk memperlihatkan pergantian cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya.
Menurutnya, Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dlm bahasa Inggris pula pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini pula pernah diterjemahkan ke dlm bahasa-bahasa Jawa & Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat mempesona perhatian masyarakat Belanda, & pemikiran-ajaran Kartini mulai mengubah persepsi penduduk Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-anutan Kartini yg tertuang dlm surat-suratnya pula menjadi wangsit bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia,