MENGINTEGRASIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) KE DALAM PROSES PEMBELAJARAN

INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) KE DALAM PROSES PEMBELAJARAN


A.   Pendahuluan
Dunia telah berubah. Dewasa ini kita hidup dlm era informasi/global. Dalam era informasi, kehebatan teknologi informasi & komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yg cepat tanpa terhambat oleh batas ruang & waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda dgn era agraris & industri, pertumbuhan suatu bangsa dlm era keterangan sungguh tergantung pada kesanggupan masyarakatnya dlm mempergunakan pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik penduduk mirip ini diketahui dgn ungkapan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siapa yg menguasai wawasan maka ia akan mampu bersaing dlm era global.
Oleh karena itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) untuk semua faktor kehidupan berbangsa & bernegaranya untuk untuk membangun & membudayakan penduduk berbasis wawasan biar mampu berkompetisi dlm era global. Apa akibatnya? Negara yg sudah maju & bisa mengintegrasikan teknologi tersebut dengan-cara sistemik/holistik, melompat berkali lipat jauh lebih maju. Beberapa contoh yg sudah maju & jauh meninggalkan diantaranya yakni Singapura, Jepang & Korea. Sementara itu, negara-negara meningkat lain yg belum mampu mengintegrasikan teknologi tersebut dengan-cara komprehensif makin berkali lipat jauh tertinggal. Kondisi mirip ini dinamakan kesenjangan digital (digital divide).
Indonesia, perlu secepatnya meminimalkan kesenjangan digital ini dgn mengintegrasikan TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) dengan-cara sistemik untuk semua sektor pemerintahan seperti perdagangan/bisnis, manajemen publik, pertahanan & keselamatan, kesehatan & tergolong pendidikan. Dalam makalah ini, penulis ingin mengupas persoalan  pengintegrasian TIK dlm pendidikan. Tapi, penulis membatasi pembahasan cuma pada dilema yg lebih mikro, yaitu pengintegrasian TIK dlm lingkup pembelajaran (ruang kelas). Sementara itu, yg dimaksud dgn teknologi informasi & komunikasi disini meliputi teknologi cetak maupun non-cetak (seperti teknologi audio, audio-visual, multimedia, internet & pembelajaran berbasis web).
Beberapa permasalahan yg penulis ingin coba dibahas dlm makalah ini meliputi: 1) apa yg dimaksud dgn pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran? 2) mirip apakah contoh bentuk pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran?; 3) kenapa TIK perlu diintegrasikan dlm pembelajaran?; 4) pendekatan mirip apa yg dapat digunakan dlm mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran?; & 5) pertimbangan apa sajakah yg perlu dilakukan dlm mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran?
B.   Permasalahan
1.    Apa yg Dimaksud dgn Mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran?
Mari kita bandingkan dua kalimat berikut!  ”Learning to Use  ICTs  vs Using ICTs to Learn”. Secara sederhana, mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran sama maknanya dgn menggunakan TIK untuk belajar  (using ICTs to learn) selaku musuh dr mencar ilmu memakai TIK (learning to use ICTs). Belajar memakai TIK mengandung makna bahwa  TIK masih dijadikan selaku obyek belajar atau mata pelajaran.
Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dlm pembelajaran ekdalam empat tahap sebagai beirkut:
1.    Tahap emerging
2.    Tahap applying,
3.    tahap integrating
4.    Tahap transforming
Tahap emerging, gres menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran & belum berupaya untuk menerapkannya. Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran). Pada tahap integrating, TIK sudah diintegrasikan  ke dlm kurikulum (pembelajaran). Tahap transforming merupakan tahap yg paling ideal dimana TIK sudah menjadi katalis bagi pergeseran/evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan dengan-cara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun untuk manajemen (administrational purpose).
Apa yg terjadi dlm praktek pembelajaran di negara-negara meningkat , tergolong Indonesia, TIK masih dijadikan sebagai obyek atau mata pelajaran. Sebagian besar, TIK masih dijadikan selaku obyek mencar ilmu atau mata pelajaran di sekolah-sekolah. Bahkan di tingkat perguruan tinggi atau perguruan tinggi, banyak dibuka acara studi yg berkaitan dgn TIK, seperti teknik informatika, tata kelola informatika, teknik komputer, & lain-lain. 

Secara ideal, keadaan yangs semestinya terjadi yakni TIK sudah diintegrasikan dlm proses pembelajaran. Sebagai contoh, mari kita perhatikan salah satu bentuk pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran yg ditunjukkan dlm oleh sebuah planning pembelajaran (lesson plan) yg pernah dibentuk oleh beberapa  guru Sekolah Menengan Atas sebagai berikut:

Tabel 1:
Contoh Rencana Pembelajaran yg Mengintegrasikan TIK
No.
Topics
Grade
Level
Objectives
Instructional Activities and ICT Used
01.
The Creation of Universe
1st
Students will be able:
    to describe the theories of universe creation
    to compare theories of universe creation among each other
    students watch video shows (VCD) of the universe creation
    given a book of universe creation, students (in group) analyze the differences among theories of universe creation
    each group write their report using word processor application (e.g. MS Word).

    each group present and discuss their works in front of class.

02.
Square Equation
1st
    to determine the root of square equation using factor and abc’ formula (rules)
    to use discriminant to solve the square equation problems
    student studying the equation of square from CD-ROM
    teacher discussing them and explain how to use the rule of square equation more deeply using MS Powerpoint
    students solving problems given by teacher
    as a follow up, students assign to solve the problems related to the square equation and write the equation using equation facilities on MS Word
    students submit their homework via e-mail to the teacher
06.
Narrative Monolog Discourse : “Aspect of Love”
1st
    to write a monologue discourses related to the theme of “Aspect of Love” in the form of poetry.
    students choose a project related to the theme of “Love” from http://www.iearn.org
    students studying the project description and procedures the choosen
    students write their own  poetry related to the theme of “Love” according to the project procedure suggested using MS Word or MS Power Point.
    Students send their poetry to the teacher and their friends in the world through mailing list (group) on http://www.iearn.org to have some comments or feedback. 
*) Contoh ini diambil dr hasil Pelatihan Perancangan Pembelajaran Berbasis TIK yg dihasilkan oleh guru-guru Sekolah Menengan Atas rintisan South-east Asia Schoolnet (SEA-Schoolnet) Program, koordinasi antara Pustekkom dgn UNESCO-Bangkok, 2004). Pelatihan ini pula dilaksanakan oleh delapan negara di Asia Tenggara yg tergabung dlm acara tersebut. Sengaja dikutip sesuai aslinya dlm Bahasa Inggris.
Rencana pembelajaran di atas memperlihatkan dengan-cara terperinci bahwa melalui pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran, disamping tujuan pembelajaran tercapai ada suatu agenda terselubung (hidden jadwal)  penting yg dapat dicapai pula, yaitu ICTs Literacy, mirip  siswa mampu melaksanakan browsing keterangan melalui internet, berkomunikasi lewat e-mail, menciptakan laporan dgn aplikasi pengolah kata (MSWord), atau mempresentasikan sesuatu dgn MSPowerpoint.  Inilah yg dimaksud dgn mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran. Fryer (2001) mengatakan bahwa penggunaan TIK dlm pembelajaran bertujuan untuk melatih keahlian menggunakan TIK dgn cara mengintegrasikannya ke dlm aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan TIK tersebut selaku mata pelajaran yg terpisah. Kaprikornus, sudah saatnya TIK diintegrasikan ke dlm proses pembelajaran & bukan cuma sekedar menjadi mata pelajaran yg terpisah.
2. Mengapa Pengintegrasian TIK ke dlm Proses Pembelajaran Penting?
Jawabannya sungguh berkaitan erat dgn menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Tahun 2023 Indonesia akan memasuki era jual beli bebas (AFTA). Pada masa itu, penduduk Indonesia mesti mempunyai ICT literacy yg mumpuni & kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based society). pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran mampu meningkatkan ICT literacy, membangun karakteristik penduduk berbasis wawasan (knowledge-based society) pada diri siswa, disamping dapat meningkatkan efektifitas & efisiensi proses pembelajaran itu sendiri.
UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: 1) untuk membangun ”knowledge-based society habits”  mirip kesanggupan memecahkan persoalan (problem solving), kesanggupan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengorganisir informasi, menggantinya menjadi pengetahuan baru & mengkomunikasikannya pada oranglain; 2) untuk memajukan keahlian memakai TIK (ICT literacy); & 3) untuk meningkatkan efektifitas & efisiensi proses pembelajaran.
Mengapa demikian? Karena dengan-cara teoretis TIK memainkan peran yg sangat hebat untuk mendukung terjadinya proses mencar ilmu yang:
·               Active;  memungkinkan siswa mampu terlibat aktif oleh adanya proses mencar ilmu yg menarik & berarti.
·               Constructive; memungkinkan siswa mampu menggabungkan wangsit-inspirasi gres kedalam pengetahuan yg sudah dimiliki sebelumnya untuk mengetahui makna atau harapan tahuan & keraguan yg selama ini ada dlm benaknya.
·               Collaborative; memungkinkan siswa dlm sebuah kelompok atau komunitas yg saling berafiliasi, mengembangkan inspirasi, nasehat atau pengalaman, menasehati & memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.*
·               Intentional; memungkinkan siswa mampu dengan-cara aktif & antusias berusaha untuk meraih tujuan yg diinginkan.
·               Conversational; memungkinkan proses berguru dengan-cara inherent merupakan sebuah proses sosial & dialogis dimana siswa mendapatkan keuntungan dr proses komunikasi tersebut baik di dlm maupun luar sekolah.
·               Contextualized; memungkinkan suasana mencar ilmu diarahkan pada proses belajar yg berarti (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
·               Reflective; memungkinkan siswa mampu menyadari apa yg sudah ia pelajari serta merenungkan apa yg sudah dipelajarinya sebagai potongan dr proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
Dengan kata lain, TIK memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas berguru (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000). TIK memungkinkan pembelajaran disampaikan dengan-cara interaktif & simulatif sehingga memungkinkan siswa mencar ilmu dengan-cara aktif. TIK pula memungkinkan untuk melatih kesanggupan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta dengan-cara tak langsung meningkatkan ”ICT literacy” (Fryer, 2001).
Dari planning pembelajaran di atas terlihat jelas bahwa melalui mata pelajaran Fisika, Biologi atau Bahasa Inggris contohnya, dengan-cara tak eksklusif ICT literacy siswa berkembang. Disamping itu, dgn metode pembelajaran yg lebih bersifat konstruktif (contructivisme) dengan-cara tak pribadi keahlian berpikir tingkat tinggi (mirip berpikir kritis, problem solving, dll.) & keterampilan berkomunikasi dgn TIK pada diri siswa pula meningkat. Dengan kata lain, pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran mampu membangun karakteristik penduduk berbasis wawasan (knowledge-based society) pada diri siswa. Jika pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran dikerjakan semenjak saat ini, maka siswa-siswi tahun 2005 misalnya, akan siap menjadi serpihan dr penduduk global pada masa diberlakukannya AFTA tahun 2023 mendatang. Penulis merasa bahwa pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran merupakan masalah yg ”urgent” untuk merencanakan sumber daya insan berbasis wawasan (knowledge-based human resources) yg sungguh diperlukan di abad ke-21 ini.
Tidaklah heran kalau seorang futurolog, Eric Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004)  menyatakan bahwa perkembangan TIK yg semakin mutakhir ketika ini sudah menjinjing revolusi pendidikan yg keempat. Revolusi pertama terjadi tatkala orang menyerahkan pendidikan anaknya pada seorang guru. Revolusi kedua terjadi tatkala diguanakannya goresan pena untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga terjadi seiring dgn ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan lewat media cetak. Revolusi keempat terjadi tatkala digunakannya perangkat elektronik seperti radio, televisi komputer & internet untuk pemerataan & ekspansi pendidikan.
3. Bagaimana Mengintegrasikan TIK ke dlm Proses Pembelajaran?
Dari sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua pendekatan yg dapat dilaksanakan guru tatkala merencanakan pembelajaran yg mengintegrasikan TIK, yakni: 1) pendekatan topik (theme-centered approach); & 2) pendekatan software (software-centered approach).
·          Pendekatan Topik (Theme-Centered Approach); Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan selaku acuan. Secara sederhana langkah yg dijalankan yakni: 1) memilih topik; 2)  menentukan tujuan pembelajaran yg ingin dicapai; & 3) memilih aktifitas pembelajaran & software (seperti modul. Lomba Kompetensi Siswa, acara audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yg relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Rencana pembelajaran yg dicontohkan di atas merupakan salah satu contoh penggunaan pendekatan ini.
·          Pendekatan Software (Software-centered Approach); menganut langkah yg sebaliknya. Langkah pertama dimulai dgn mengidentifikasi software (mirip bku, modul, Lomba Kompetensi Siswa, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yg ada atau dimiliki terlebih dulu. Kemudian menyesuaikan dgn topik & tujuan pembelajaran yg berhubungan dgn software yg ada tersebut. Sebagai contoh, karena di sekolah hanya ada beberapa VCD atau mungkin CD-ROM tertentu yg relevan untuk sebuah topik tertentu, maka guru merencanakan pengintegrasian software tersebut untuk mengajar cuma topik tertentu tersebut. Topik yg lainnya terpaksa dilaksanakan dgn cara konvensional.
Sedangkan dr sisi strategi pembelajaran, ada beberapa pendekatan yg direkomendasikan untuk membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, diantaranya yakni: 1) resource-based learning; 2) case-based learning; 3) problem-based learning; 4) simulation-based learning; & 5) collaborative-based learning (http://www.microlessons.com).
·          Resources-based learning memiliki karakteristik dimana siswa diberikan/disediakan aneka macam ragam & jenis materi belajar baik cetak (buku, modul, LKS, dll) maupun non cetak (CD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online) atau sumber berguru lain (orang, alat, dll) yg berkaitan untuk meraih suatu tujuan pembelajaran yg ingin diraih. Kemudain siswa diberikan peran untuk melakukan aktifitas mencar ilmu tertentu dimana semua sumber mencar ilmu yg mereka perlukan telah ditawarkan. Sebagai contoh, tujuan pembelajaran yg ingin diraih adalah siswa dapat membandingkan beberapa teori penciptaan alam semesta. Untuk dapat meraih tujuan pembelajaran tersebut, guru sudah mengidentifikasi & menyiapkan aneka macam bentuk & jenis sumber mencar ilmu yg berisi informasi perihal teori penciptaan alam semesta berupa buku, VCD, CD-ROM, alamat situs di internet & mungkin seorang narasumber ahli astronomi yg diundang khusus ke kelas. Kemudian siswa diperintahkan untuk mencari minimal dua teori tentang penciptaan alam semesta dengan-cara individu atau kelompok baik dr buku, VCD, maupun internet sesuai dgn seleranya. Siswa pula diminta untuk menganalisis perbedaan dr aneka macam segi perihal teori-teori tersebut & menciptakan laporannya dlm MSWord yg kemudian dikirim ke guru & sobat lainnya lewat e-mail.
·          Case-based learning memiliki karakteristik dimana siswa diberikan suatu permasalahan terencana untuk dipecahkan. Dengan case-based learning penyelesaian pemecahan masalahnya sudah tertentu karena skenario sudah dibuat dgn jelas. Tapi, dlm problem-based learning kemungkinan solusi pemecahan masalahnya akan berlawanan. Misal, dua orang  siswa diberikan satu permasalahan dgn pendekatan problem-based learning. Maka solusi yg diberikan oleh siswa yg satu dgn siswa yg lain mungkin berlawanan.
·          Simulation-based learning memiliki karakteristik dimana siswa diminta untuk mengalami suatu insiden yg sedang dipelajarinya. Sebagai contoh, siswa diharapkan mampu membedakan pergantian percampuran warna-warna dasar. Maka, lewat suatu software tertentu (misal virtual lab) siswa mampu melakukan banyak sekali percampuran warna & melihat pergeseran-perubahannya. Dan ia dapat mencatat laporannya dlm bentuk tabel dgn menggunakan MSExcell atau MSWord. Atau kalau perlu mempresentasikan hasilnya dgn menggunakan MSPowerpoint.
·          Colaborative-based learning memiliki karakteristik dimana siswa dibagi kedalam beberapa kalangan, melakukan peran yg berbeda untuk menciptakan satu tujuan yg sama. Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana siswa mampu membedakan beberapa teori penciptaan alam semesta, siswa dibagi ke dlm tiga kalangan. Masing-masing kalangan ditugas kan mencari satu teori penciptaan alam semesta. Kemudian ketiga kelompok tersebut berkumpul kembali untuk mendiskusikan perbedaan teori tersebut dr banyak sekali sisi & menciptakan laporannya dengan-cara kolektif. Salah seorang siswa dapat ditunjuk untuk menyuguhkan hasilnya.
Sebagai sumbang saran, dlm rangka mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran (kelas), penulis mengusulkan beberapa hal berikut untuk dipecahkan dengan-cara sistemik & simultan:
·          Dukungan Kebijakan; sekolah mengeluarkan kebijakan untuk mengedepankan pengintegrasian TIK untuk pembelajaran. Misalnya lewat pencananagan visi, misi, peraturan & rencana induk/rencana strategis sekolah ke depan.
·          e-Leadership; Kepala sekolah & atau beberapa guru panutan di sekolah menyadari penuh pentingnya kiprah TIK untuk pembelajaran & berupaya untuk terus mempelajari dan  menerapkannya di sekolah.
·          Penyiapan SDM; sekolah meningkatkan ICT literacy para guru & kompetensi guru dlm mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran (termasuk banyak sekali strategi/metode pembelajaran yg efektif).  Bila perlu guru mengadopsi atau mengadaptasi taktik pembelajaran yg telah terbukti efektif & mengkomunikasikannya  dgn kolega. Bila  perlu meningkatkan sendiri. Hal ini dpat dilakukan melalui pembinaan, pengiriman mengikuti loka karya atau seminar, terlibat aktif dlm komunitas jaringan sekolah & lain-lain. Disamping itu, sekolah pula mesti menyiapkan tenaga teknis dlm bidang TIK untuk pembelajaran.
·          Penyiapan fasilitas; sekolah menyiapkan saranayg kondusif agar terjadinya mencar ilmu berbasis aneka sumber dgn menyiapkan beberapa fasilitas mirip perpustakaan (cetak & non-cetak), komputer yg terhubung dgn LAN, koneksi internet, VCD/DVD player plus televisi, serta komposisi ruang kelas.
·          Penyediaan software pembelajaran; penyediaan software pembelajaran mirip buku, modul, Lomba Kompetensi Siswa, acara audio cassette, VCD/DVD, CD-ROM interaktif, & lain-lain dapat dijalankan dgn cara berbelanja produk yg sudah ada di pasar atau memproduksi sendiri.
·          Penyiapan tenaga teknis; saranaTIK yg ada di sekolah hendaknya didukung oleh beberapa tenaga teknis yg memiliki keahlian atau keterampilan dlm mengorganisir & memlihara perlengkapan tersebut.

D.   Kesimpulan & Harapan
Sebagai kesimpulan, akankah pengintegrasian TIK ke dlm proses pembelajaran dlm konteks keadaan Indonesia saat ini dapat berlangsung dgn baik? Fakta faktual menunjukkan bahwa ada upaya dengan-cara sporadis dr beberapa sekolah-sekolah, baik sekoalh negeri maupun swasta di beberapa kota besar di Indonesia yg sudah berupaya mengintegrasikan TIK ke dlm proses pembelajaran. Walaupun mungkin belum tepat, namun telah memperlihatkan adanya perbedaan baik bagi hasil belajar maupun apresiasi siswa, orang renta maupun guru.
Contoh kecil tersebut, penting untuk dijadikan selaku catatan. Ke depan, upaya beberapa sekolah yg dengan-cara sporadis ini perlu mendapat derma dengan-cara nasional selaku serpihan dr upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh alasannya itu, pemerintah diharapkan mampu mengakomodasi persoalan penting ini dgn dengan-cara top-down mengeluarkan sebuah kebijakan pemanfaatan TIK untuk pendidikan (e-education) yg disertai dgn sumbangan infratsruktur teknologi keterangan yg memadai. Akankah pendidikan Indonesia berlangsung di kawasan, sementara negara tetangga mirip Singapura, Malaysia, Fhilipina & Thailand melesat jauh kedepan melalui visi e-education-nya yg jauh lebih terarah? Praktis-Mudahan Tidak!
DAFTAR PUSTAKA
Dryden, Gordon; & Voss, Jeanette; (1999), ”the Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”, the Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net.  
Fryer, Wesley A.; (2001), “Strategy for effective Elementary Technology Integration”, http://www.wtvi.com/teks/integrate/tcea2001/powerpointoutline.pdf
NIE, Singapore, “General Typology of Teaching Strategies in Integrated Learning System”, http://www.microlessons.com.
Norton, Priscilla; & Spargue, Debra; (2001), “Technology for Teaching”, Allyn and Bacon, Boston, USA.
UNESCO Institute for Information Technologies in Education (2002), “Toward Policies for Integrating ICTs into Education” Hig-Level Seminar for Decision Makers and Policy-Makers, Moscow 2002.

Yusufhadi Miarso; (2004). ”Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”  Prenada Media, Jakarta.


= Baca Juga =

  Ukuran Kertas Seri B