Memahami aneka macam kepentingan ekonomi, sosial, politik & paham ideology Barat serta berbagai persoalan sosial mereka di penduduk , pertentangan sosial yg tampak dgn insan itu sendiri. Hal ini jelas bagaimana kehidupan budaya, Pengal kepala, makan orang, & kehidupan budaya di Kalimantan.
Berbagai acara bertarung hingga memakai kebudayaan Barat, guna mendatangkan simpati dlm hal kecerdasan yg dipakai dlm hal ini karena tak bisa dengan-cara ekonomi, politik & memang dahulu sudah menjadi penggangu disetiap perkampungan, seksualitas, lingkungan pendidikan & gereja, itu memang terjadi pada karakteristik orang Batak sebelumnya utamanya Silaban di Pontianak, Kalimantan.
Karakteristik mirip itu, merupakan hasil dr pembangunan manusia yg tercipta sebagai insan yg ingin diakui & bergaul di penduduk , jelas bagaimana mereka hidup dgn keadaan seksualitas mereka dengan-cara alami.
Berbagai hal terkait itu pula memang berada pada kecurangan kehidupan sosial budaya, pada kebudayaan orang Dayak, orang Jawa, & Batak tergolong Tionghoa di Kalimantan yg memang betul terkesan biadab utamanya pada buah & akar dr kedua orang bau tanah mereka dengan-cara manusia.
Pada ngotot seksualitas (hawa nafsu) oleh sihombing itu, sementara penemuan dengan-cara agama penting, karena kehidupan keluarga pada masyarakat Jawa marpaung (seksualitas di Pontianak), produk apa yg bisa dijual, selain seksualitas yg dipraktekkan tatkala itu, & berkata bisa hidup orang ini ” pada saya”. Apa yg di hancurkan lewat pendidikan di setempat, & pendidikan yg tak layak (djan – bong Tionghoa).
Pertemuan dgn orang yg begitu ngotot tak hanya ada di berbagai lingkungan & kesempatan khususnya pada gereja di MRPD Pancasila (nama jalan), selaku petugas partai (PDI Perjuangan) positif & selaku acuan contohnya, tetapi bagaimana kehidupan awal mereka dengan-cara aktual di masyarakat, terutama pada orang Tionghoa di Pontianak, Kalimantan.
Hukum yg menjerat dgn keyakinan adanya cinta kasih (hukum gereja), guna menghadirkan simpati dr berbagai duduk perkara mereka di masa lalu, & konflik sosial, konflik seksualitas, & fitnah yg dijalankan oleh malau (Jawa, Yogyakarta itu) yg mereka terapkan, pada lingkungan keluarga di pendidikan pada seksualitas.
Kasus bisa dijalankan dgn gugat menggugat biar generasinya pahami siapa mereka, terperinci bagaimana mereka hidup sesuai dgn kebusukan, & kepentingan ekonomi politik mereka selaku insan & binatang, & itu fakta 1990 – 2000, Kalimantan & DKI Jakarta.
Ketika hal ini berada pada keadaan kepentingan ekonomi politik (Djan – genetika bong – Dayak) RT 003, tak segan manusia itu Silaban menggangu setiap aktivitas pendidikan, & ekonomi, & sosial dengan-cara positif dlm lingkungan Rumah Tangga, & pendidikan Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Indonesia.
Hal ini telah menjelaskan dan menjadi catatan seorang perompak kapal (seksualitas) di Pontianak, sebagai dokter & pendidik tradisional budaya (makan orang), masih jauh dgn adanya modernisasi di Pontianak, Kalimantan, itu adalah hasil pendidikan seksualitas pada lingkungan keluarga tradisional & aliran lokal penduduk adat, & problem di masa lalu di pedesaan.
Ntah moral & etika serta budaya mana yg diterapkan dlm hal ini guna dimengerti oleh publik, & menjelaskan aneka macam sistem ekonomi, politik, & budaya dr sebuah perkampungan rumah yg mereka buat pada setiap kehidupan sosial di MRPD Pancasila, & GKE Kalimantan itu.
Menarik sekali bagaimana memahami kehidupan sosial budaya mereka, yg hingga saat ini, memang membutuhkan perhatian, & menjadi kompetisi yg baik kepada resistensi mereka, jelas bagaimana untuk menonjol, & bersaing dlm pendidikan di setempat, Pontianak, apakah kelebihan uang kertas memungkinkan.
Kondisi kehidupan sosial budaya, & spritualitas yg terganggu memang berada pada aspek kehidupan agama yg melatarbelakngi kehidupan mereka sebelumnya. Melihat hal itu, maka akan berefek pada kesehatan medis terutama mental mereka kepada berbagai kelas sosial, status sosial, & usaha kelas mereka dengan-cara tak berdaya.