Suatu anutan ekonomi politik, (untuk Partai Politik PDI Perjuangan) di Jakarta pastinya menjadi landasan bagaimana kelas sosial rendah hidup pada kelas sosial, & pekerja, & kemudian dgn latar belakang keluarga seorang perompak kapak, mengajar, & menjadi tenaga medis, itu ada di Pontianak – Jakarta.
Hasil pembangunan insan dr sampah di penduduk Pontianak, & kolektifitas penikmatan selaku budaya (makan orang), cap yg disampaikan dengan-cara psikologis, & banyak sekali hal terkait hukum di Indonesia menerangkan hal tersebut dgn jelas.
Hal ini pastinya tak jauh dr campur tangan orang Tionghoa Pontianak – Jakarta & Kapuas Hulu, yg sebelumnya tiba bermigrasi, & mencari hidup di Indonesia & di kota Pontianak – Jakarta. Memahami kelas sosial rendahan mirip itu.
Menjelaskan bagaimana sistem kesehatan & pertentangan etnik, & pembunuhan yg dilakukan dengan-cara kolektif, oleh Masyarakat Batak – Dayak (Karakteristik Maling, PDI Perjuangan – Golkar Cornelis MH), menerangkan hal tersebut sebagai gambaran permulaan dr peta pertentangan, maling & medis di Pontianak, tak menyadari dirinya siapa, dr pembangunan gereja di Kalimantan Barat.
Maka, sistem politik menguatkan bagi setiap orang atau pemimpin memimpin etniknya, untuk lebih baik, & tak terprovokasi & catatan permulaan medis di Pontianak oleh Orang Batak, Protestan – Islam yg hidup & bersembunyi pada tembok agama dan kitab suci pada masa kolonial Belanda – Revolusi mental menjelaskan hal tersebut dgn baik.
Menjadi catatan tatkala berbagai hal terkait dgn aspek kehidupan sosial budaya mereka di penduduk , menerangkan berbagai temuan, tatkala penunjang orang tersebut pada penduduk Dayak – Batak – Tionghoa (pro), misalnya mereka berpura – pura baik, bagus di depan, tetapi anyir orangnya itu yaitu keburukan orang pribumi di Pontianak – Jakarta, itu biasa, dikarenakan ekonomi, teknologi, pengetahuan, & transportasi, ternyata karakteristiknya tak memiliki aib.
Seringkali hal ini menjadi lebih baik, tatkala mengerti tingkat kesadaran diri mereka selama hidup di Pontianak contohnya, menjadi baik bagaimana mereka bertahan hidup, & membentuk suatu asimilasi budaya menjadi rencana kehidupan sosial mereka, dgn status sosial, & kelas sosial mereka terima, Orang Batak Siregar (siapa dia, di Pontianak contohnya terlebih di Jakarta).
Terkadang orang tersebut terkadang berimajinasi dgn keburukan & kehidupan mereka dengan-cara budaya, begitu juga dgn agama namun itu adalah hewan mestinya dipahami seperti itu dlm menerangkan logika sehat, & kesadaran diri mereka selama hidup di banyak sekali daerah di Indonesia.
Ada tata cara pertanian, namun tak diatur di tanah sendiri (Sumatera) namun tetap saja kulitnya hitam & tak berlawanan jauh tatkala terkena matahari, menjelaskan hal tersebut pula kita mengatakan mengenai agama & karakteristik budaya mereka. Tetapi kelakukannya seperti hasil asimilasi seksualitas tetapi tahu “ngentot” itu disebut dgn ekonomi seksualitas perkotaan 80an – 2000, Pontianak.