Organisasi, Sistem Sosial dan Fungsionalisme

Sebagai makhluk sosial, dgn adanya kolaborasi maka sekumpulan insan mampu memenuhi keperluan pangan & pula bantuan yg tak cuma sebatas pada ganguan alam, tetapi ganguan binatang buas & manusia itu sendiri. Sama hal nya dgn sifat kolaborasi yg disebut organisasi sosial, yg pula ialah kerja sama yg efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatasi aneka macam persoalan.

Adam Smith dlm hal ini menyatakan bahwa metode sosial terbentuk karena adanya interaksi antarindividu yg ingin memenuhi keperluan & kepentingan mereka. Interaksi antar individu ini bersifat relative tetap, sehingga membentuk sebuah acuan interaksi tertentu. Dalam sejumlah aktivitas untuk menyanggupi kebutuhan & kepentingan masing-masing tadi, sejumlah individu saling berhubungan satu sama lain dengan-cara timbal balik, dimana mereka saling beradaptasi satu sama lain sehingga keseimbangan di dlm kesatuan sosial (metode sosial) tersebut bisa dipertahankan (self maintaining & stabilizing menjadi terkontrol).

Jika teori fungsional dlm antropologi mulai dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski, beliau kepincut dgn folklore & kegunaan mudah ilmu antroplogi serta dilema-duduk perkara yg berhubungan dgn pergeseran kebudayaan. Learning theory ini digunakan selaku dasar pemikiran Malinowski kepada korelasi fungsional antar unsure-bagian kebudayaan dlm suatu masyarakat.

Dalam perkembangannya, Malinowski mulai membuatkan sebuah kerangka teori untuk menganalisis masyarakat & kebudayaannya dgn memakai kerangka korelasi fungsional, yg pada akibatnya menciptakan karangka teori fungsi kebudayaan. Setiap unsure kebudayaan mempunyai fungsi sosia terhadap bagian-unsur kebudayaan lainnya.

Oleh sebab itu, dengan-cara integral, fungsional antarunsur kebudayaan mempunyai fungsi sosial, yaitu selaku alat untuk pemenuhan keperluan insan selaku pendukung kebudayaan yg bersangkutan. Dengan kata lain, bahwa kebudayaan berfungsi untuk menyanggupi segala kebutuhan insan pendukung kebudayaan yg bersangkutan.