Pemahaman Kinerja Perusahaan, Return Saham, Roa, Eva

Pengertian Kinerja Perusahaan, Return Saham, ROA, EVA

Kinerja perusahaan adalah kesanggupan suatu perusahaan mengelola sumber daya yg ada sehingga mampu menawarkan nilai pada perusahaan tersebut. Dengan memahami kinerja suatu perusahaan kita mampu mengukur tingkat efisensi & produktifitas perusahaan tersebut. Disamping itu pula penilaian kinerja perusahaan berguna untuk mengerti sejauh mana kemajuan suatu perusahaan.

Pengertian kinerja yang dikemukakan menurut Judith Gordon (Nawawi, 2006:  p65)  yakni suatu  fungsi  kesanggupan  pekerja  dalam  mendapatkan  tujuan  pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan & interaksi antara tujuan & kemampuan pekerja. Pengertian   kinerja ini   terlihat   sedikit   rumit   karena   mengenali   kinerja   sebagai   fungsi kemampuan yg dimiliki pekerja dgn tujuan pekerjaan yg akan dijalankan.

penilaian-kinerja-perusahaan

Pengertian Kinerja perusahaan adalah suatu penampilan kondisi dengan-cara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yg dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dlm mempergunakan sumber daya-sumber daya yg dimiliki. Kinerja merupakan suatu perumpamaan dengan-cara lazim yg digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dr suatu organisasi pada suatu periode dgn referensi pada jumlah standar seperti biayabiaya masa kemudian atau yg diproyeksikan, dgn dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas administrasi & semacamnya (Srimindarti, 2004).

Penilaian kinerja perusahaan ialah penentuan dengan-cara periodik efektivitas operasional organisasi, serpihan organisasi, & karyawannya menurut sasaran, standar, & standar yg sudah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dlm mengambil keputusan penting dlm rangka bisnis perusahaan, mirip memastikan tingkat honor karyawan, & sebagainya, serta langkah yg akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja selaku alat pendeteksi permulaan dlm memilih alternatif investasi yg digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di masa yg akan datang.

Laporan Keuangan Perusahaan

Salah satu data untuk melaksanakan evaluasi kinerja perusahaan yakni laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat menggunakan nilai buku yaitu menurut rasio-rasio laporan keuangan contohnya Return on Asset, Return on Equity. Sedangkan metode yang lain berdasarkan desain economic profit yang dipopulerkan perusahaan konsultan, Stern Stewart dgn indikatornya yakni EVA.

  Tipe-Tipe Kepemimpinan

Return Saham

Gitman (2009:228), mendefinisikan return selaku berikut : ”Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash distributing during periodof time, expressed as a percentage of the beginning period investment value”.

Berk & Demarzo (2007) ”Return is diffrence between the selling price and purchasing price of an asset plus any cash distributions expressed as a percentage of the buying price.

Pengertian return berdasarkan Husnan (1994:19) ”Return yaitu ukuran yg mengukur besarnya pergantian kekayaan penanam modal baik peningkatan maupun penurunan serta menjadi materi pertimbangan untuk berbelanja atau mempertahankan sekuritas”.

Menurut  Sembel  dan  Sugiharto  (2009:129)  Return  saham  mampu  dibagi menjadi 2 yakni :

  1. Dividen

Dividen   merupakan   pembagian   sebagian   keuntungan   yang   dihasilkan perusahaan. Jika seorang pemodal ingin memperoleh dividen maka pemodal tersebut mesti memegang saham tersebut dlm kurun waktu tertentu (cum date).

  1. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih yg terjadi antara harga beli & harga jual. Capital gain terbentuk dgn adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Berdasarkan definisi di atas maka return saham mampu disimpulkan suatu tingkat pengembalian baik merupakan keuntungan ataupun kerugian dr kegiatan investasi yg dapat menggambarkan perubahan harga suatu saham.

Return on Assets (ROA)

Dalam memastikan nilai suatu perusahaan para investor masih menggunakan indikator rasio keuangan untuk menyaksikan tingkat pengembalian yg mampu diberikan oleh perusahaan pada investor. Para investor memakai profitability rasio untuk mampu mengukur pengembalian yg ada. Profitability rasio yakni pendapatan atau keberhasilan operasi suatu perusahaan pada periode tertentu (Kieso, et.al., 2005:775). Salah satu alat ukur finansial yg umum dipakai untuk mengukur tingkat pengembalian investasi adalah Return on Assets (ROA).

Menurut Gitman (2009:68) “ROA measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets”. Sedangkan menurut Tambunan (2008:147) yakni suatu rasio untuk mengukur imbal-hasil perusahaan berdasarkan pendayagunaan Total Asset.

Return on assets merupakan perbandingan antara keuntungan bersih dgn rata-rata total aktiva yg dimiliki perusahaan (Kieso, et.al., 2005:780). Return on assets (ROA) yg positif menunjukkan bahwa dr total aktiva yg dipakai untuk beroperasi bisa menunjukkan keuntungan pada perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif memperlihatkan bahwa dr total aktiva yg dipakai, perusahaan mengalami kerugian. Sehingga bila suatu perusahaan mempunyai ROA yg tinggi yg positif maka perusahaan tersebut potensial besar dlm memajukan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi sebaliknya, jika total aktiva yg digunakan perusahaan tak menciptakan keuntungan maka akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.

ROA yaitu rasio keuangan perusahaan yg berafiliasi dgn faktor earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dlm menciptakan laba dgn memanfaatkan aktiva yg dimiliki. Semakin besar ROA yg dimiliki oleh suatu perusahaan maka makin efisien penggunaan aktiva oleh perusahaan untuk beroperasi sehingga akan memperbesar keuntungan. Laba yg besar akan menawan penanam modal lantaran perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yg kian tinggi.

Kaprikornus dapat ditarik kesimpulan bahwa, ROA yaitu suatu alat pengukuran yg dipakai untuk mengukur kesanggupan manajemen dlm menciptakan laba berdasarkan penggunaan aktiva perusahaan.

Indikator profitabilitas yg menurut ROI ataupun ROA mempunyai keunggulan yaitu (Anthony & Govindarajan, 2002: 349)

  • merupakan indikator pengukuran yg komprehensif untuk menyaksikan kondisi suatu perusahaan menurut laporan keuangan yg ada..
  • mudah dihitung, diketahui, & sangat bermakna dlm nilai absolut.
  • merupakan denominator yg dapat dipraktekkan pada setiap unit organisasi yg bertanggung jawab kepada profitabilitas & unit usaha.

Disamping beberapa keunggulan diatas ROA pula mempunyai kelemahan yakni (Utomo, 1999:34):

  1. Pengukuran kinerja  dengan  memakai  ROA  menciptakan  manajer  divisi memiliki kecenderungan untuk melalaikan project-project yang menurunkan divisional    ROA,    meskipun    bekerjsama    project-project     tersebut    mampu meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan.

  1. Manajemen pula cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek & bukan tujuan jangka panjang.
  2. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dlm jangka panjang. Yang berupa pemutusan  beberapa    tenaga    penjualan,    pengurangan    budget pemasaran, & penggunaan bahan baku yg relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dlm jangka panjang.

Dengan terdapatnya kelemahan-kelemahan pada ROA, maka diciptakanlah EVA untuk menutupi kelemahan tersebut. Dengan sistem EVA menciptakan para manajer berpikir layaknya seperti pemegang saham sehingga para manajer berfokus pada kinerja perusahaan dengan-cara keseluruhan bukan cuma pada kinerja divisi yg dipimpinnya. Metode EVA pula memperhatikan jumlah ongkos jangka panjang pada suatu  proyek  sehingga  mampu  mengidentifikasi  proyek  yang  menawarkan pengembalian  lebih  tinggi.  Oleh  alasannya  itu,  total  nilai  atau  kesejahteraan  yang diberikan pada investor pun dapat lebih dimaksimalkan

Economic Value Added (EVA)

Konsep tentang economic profit sudah ada lebih dr 100 tahun lalu oleh Alfred Marshall, seorang ahli ekonomi Inggris. Tetapi konsep EVA sendiri  baru dipopulerkan oleh G. Bennet Stewart, III, Managing Partner dr Stern Steward dan

Co dlm bukunya “The Quest for Value. Sebelum adanya rancangan EVA banyak analis menggunakan indikator-indikator lain untuk mengukur kinerja perusahaan antara lain ialah indikator rasio profitability mirip ROA.

Menurut Panggabean (2005) “EVA ialah laba usaha (operating profits) yg dikurangi dgn biaya seluruh modal (capital) yg dipakai sehingga menghasilkan pendapatan (earnings).

EVA pula merupakan nilai tambah hemat yg diciptakan perusahaan dr kegiatan atau strateginya selama periode tertentu (Utomo, 1999:36).

Sedangkan berdasarkan Gitman (2009:520) EVA yakni:

Economic Value Added is popular measure used by many firms to determine whether investment contributes positively to the owner’s wealth: calculated by substracting the cost of funds used to finance an investment from its after-tax operating profit.”

Pengertian EVA pula di kemukakan oleh Hansen & Mowen (2003:538) yg menyatakan bahwa “Economic Value Added is after tax operating profit minus the total annual cost of capital.”

Berdasarkan definisi tersebut mampu disimpulkan bahwa EVA ialah alat ukur kinerja perusahaan berdasarkan donasi nilai tambah perusahaan dr keuntungan yg didapat dgn cara menyaksikan keuntungan yg diperoleh sesudah dikurangi dgn biaya seluruh modal dlm penciptaan laba tersebut.