Daya elastis (resilience) merupakan ungkapan yg relatif gres dlm khasanah psikologi, terutama psikologi pertumbuhan. Paradigma resiliensi didasari oleh pandangan kekinian yg timbul dr lapangan psikiatri, psikologi, & sosiologi tentang bagaimana anak, remaja, & orang cukup umur sembuh dr kondisi stres, stress berat & resiko dlm kehidupan mereka (Desmita, 2006: 228). Selanjutnya berpendapat bahwa:
Resiliensi yaitu kemampuan atau kapasias insani yg dimiliki seseorang, golongan atau penduduk yg memungkinkan untuk menghadapi, menghalangi, mengurangi & bahkan menghilangkan dampak-dampak yg merugikan dr kondisi-kondisi yg tak menggembirakan, atau bahkan merubah keadaan yg menyengsarakan menjadi suatu hal yg masuk akal untuk terselesaikan. yg sungguh dibutuhkan dlm setiap orang.
Grotberg (1995: 10) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menganggap, mengatasi, & memajukan diri ataupun mengubah dirinya dr keterpurukan atau kesengsaraan dlm hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun suatu masalah & tak ada seseorang yg hidup di dunia tanpa suatu problem ataupun kesusahan. Hal senada diungkapkan oleh Reivich & Shatte (1999: 26), bahwa resiliensi yakni kapasitas untuk menyikapi dengan-cara sehat & produktif tatkala menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengurus tekanan hidup sehari-hari.
Berdasarkan usulan para jago di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa resilience yakni kapasitas individu untuk menangani, & mengembangkan diri dr keterpurukan, dgn menyikapi dengan-cara sehat & produktif untuk memperbaiki diri, sehingga bisa menghadapi & menangani tekanan hidup sehari-hari.