Setiap pertemuan menjadi jadwal tersendiri untuk mempelajari manusia yg hidup & tinggal di pedesaan pastinya, tak terkecuali pada perkotaan yg melekat pada aspek kehidupan budaya yg menempel pada sebuah pergantian yg dimaksud dengan-cara luas.
Untuk mempelajari berbagai dinamika kehidupan bermasyarakat, dimulai dr sistem sosial, interaksi sosial, khususnya orang Indonesia. Tidak lepas dr sebuah persoalam perjuangan kelas, menurut alat produksi, ekonomi, sosial, budaya, agama, & lainnya.
Persoalan budaya menjadi penting berdasarkan persepsi sosiologis yg mengarah pada karakteristik & prilaku masyarakat mereka terhadap perubahan sosial tatkala adanya kekuasaan politik diberbagai wilayah yg ada di Indonesia, disitu bagaimana mereka hidup, & bertahan hidup dgn status sosial mereka, struktur sosial, & kawasan.
Salah satu berbagai hal terkait itu pula mulai dr kehidupan masyarakat mereka yg melekat pada metode kekuasaan, ekonomi, sosial, budaya & agama sehingga peran serta mereka terhadap aspek kehidupan sosial mereka dimasyarakat yg terlihat dgn membuat konflik pada orang Tionghoa, Dayak, Jawa, & Melayu dengan-cara khusus menjadi acara yg menari untuk dibahas dengan-cara etnik & agama.
Salah satu dilema yg tak lepas dr aneka macam aspek kehidupan mereka, dgn Negara maju misalnya bahwa mereka yg membuat pertentangan pastinya adalah orang yg berada pada kelas sosial menegah kebahwa & menuju keatas karena tak dapat menjangkau & masuk pada sistem sosial yg berlawanan, Sihombing – Dayak, Pontianak, Kalimantan Barat 2008-2021.
Hal ini dijelaskan adanya usaha kelas, untuk para suku di Indonesia, serta bagaimana mereka hidup dgn keadaan sistem ekonomi politik yg mereka terapkan tatkala berkuasa pada metode politik seksualitas.
Hal ini jelas dimulai dr alat produksi, seksualitas, serta jaringan yg menganggap berbagai hal terkait pertemanan, & perbuatan mereka yg dibuat memang berasal dr daerah mereka dengan-cara masyarakat adat.
Prilaku & karakteristik itu muncul adanya kebutuhan dasar, baik itu sandang, pangan & papan, yg tak lepas dr problem mereka yg timbul karena hilang adanya budaya aib mereka selaku orang Indonesia, & penerapan dgn adanya urbanisasi & migrasi.
Persoalan itu timbul dgn adanya berbagai hal terkait dgn kondisi sosial mereka, konflik sosial yg pernah mereka buat, serta karakteristik mereka yg memang berada pada penduduk yg memiliki masalah dlm berkehidupan budaya & agama, konflik sosial pada masa krisis ekonomi, 1967, berlanjut pada 1999-2002, DKI Jakarta (Tionghoa, Indonesia).
Orang-orang mirip itu hidup dgn status & kelas sosial mereka selaku orang Indonesia yg mempunyai stretagi bertandingyg berlawanan dgn masyarakat Barat, dikarenakan peradaban sebagai insan belum seutuhnya berada pada faktor kehidupan agama mereka selama hidup diberbagai kawasan.