Tahukah anda, seorang etnografer dlm melakukan kerja nya dilapangan (fieldwork) dengan-cara garis besar menggunakan tiga pendekatan, yaitu holistic, mikro & komparatif. Untuk singkatnya Prof. Koentjaraningrat yg menerangkan tiga pendekatan ialah : Pendekatan holistic selalu mencoba meneliti sesuatu duduk perkara sosial-budaya dlm rangka kehidupan penduduk sebagai kesatuan yg menyeluruh. Metodologi holistic dikembangkan oleh ilmu antropologi tatkala ilmu itu masih berada dlm fasenya khususnya meneliti masyarakat pedesaan kecil, yg cangkupan observasi lapangannya dlm waktu yg relative usang, yakni rata-rata membutuhkan satu tahun.
Kemudian, Pendekatan dengan-cara mikro, konsekuensinya lebih lanjut dr observasi-observasi terhadap komunitas desa atau masyarakat kecil dlm rentang waktu yg usang. Dengan demikian, si peneliti dapat mempelajari sisi-sisi detail dr sebuah gejala, sehingga mampu mengumpulkan data yg mendalam & positif tentang sebuah dilema sosial-budaya tertentu. Data tersebut mampu dipakai selaku fatwa dlm perjuangan menganalisis duduk perkara-dilema yg serupa pada kasus lain. Sedangkan metodologi kompratif yg metodologi nya merupakan kebiasaan bagi ilmu antroplogi sejak permulaan terjadinya dunia ilmiah. hal ini dikarenakan ilmu antropologi senantiasa menghadapi tanda-tanda aneka ragam bentuk masyarakat & kebudayaan yg sangat besar.Dengan demikian, aneka macam tata cara kompratif yg khas sudah dikembangkan oleh antropologi, & salah satu diantaranya ialah metode perbadingan “lintas kebudayaan” ( cross Cultural Method).
Untuk itu selaku peneliti, seorang etnografer, dengan-cara garis besar memakai tiga teknil pengumpulan data & info dilapangan dengan-cara kualitatif, disamping yg bersifat kuantitatif, diantaranya yaitu dokumentasi, participant observasi & wawancara etnografi.