Pengertian Food Gathering Serta Perbedaannya Dengan Food Producing

Istilah Food Gathering yaitu perumpamaan atau bahasa yg terdengar lebih keren di telinga. Istilah food gathering bila di terjemahkan dlm bahasa indonesia yakni pengumpulan kuliner. Makara apa sih yg di maksud dgn food gathering? Food gathering yakni suatu aktivitas dimana terjadi pada masa prasejarah dgn cara berburu. Masa menghimpun kuliner, meramu, & lazimpula disebut dgn masa berburu. Kegiatan food gathering bergantung pada masakan yg ada pada lingkungan sekitar atau alam sekitar kita. Food gathering seringkali dikaitkan dgn masa kehidupan manusia nomaden, dimana manusia masih hidup berpindah – pindah tempat (Nomanden) dr satu tempat ke tempat yg lain (Tidak menetap).

Di dlm masa food gathering insan hanya menghimpun kuliner & menyeleksi jenis kuliner yg akan di kumpulkan, karena manusia pada masa nomaden belum bisa mengusahakan atau meracik jenis tanaman untuk di jadikan sebuah makanan yg dapat di konsumsi. Baru lalu pada jaman insan purba, dimana insan sudah tinggal sementara di gua – gua yg ada, atau di tepi pantai & pada masa ini insan purba baru mengenal api. Kita akan bahas satu persatu apa saja yg berafiliasi dgn kesibukan food gathering atau masa berburu & mengumpulkan makanan jaman purba.

Keadaan lingkungan manusia jaman purba yaitu manusia pada jaman purba hidup & tinggal di padang yg terbuka. Alam yg ada disekitar mereka ialah kekayaan yg mereka mampu manfaatkan untuk bertahan hidup khususnya untuk mereka konsumsi, mereka pula harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yg ada. Manusia purba yg tinggal di daerah sekitar hutan bisa menyingkir dari serangan dr binatang buas dgn cara hidup berkelompok dgn manusia yg lainnya, mereka pula tinggal di gua & pula menciptakan rumah pada pohon – pohon besar yg ada.

Baca pula : Jenis-jenis manusia purba di Indonesia

Manusia yg tinggal di gua di sebut dgn Caveman (Orang gua), maka dr itu mereka sungguh bergantung sekali pada kebaikan sumber alam yg ada, manusia gua cenderung pasif & berpasrah pada kondisi. Kehidupan manusia gua meninggalkan lukisan yg indah pada dinding – dinding gua. Kehidupan sosial pada jaman ini sungguh bergantung pada keadaan alam sekitar yg mempengaruhi sifat & kondisi fisik kehidupan sehari – hari mereka. Dimana daerah – tempat sekitar mereka mesti dapat memenuhi kehidupan mereka, Terutama kebutuhan yg tinggi terhadap air, Daerah yg mereka tinggali harus ada sumber air yg mampu mereka konsumsi sehari – harinya.

  Sejarah Museum Sumpah Perjaka Di Jakarta

Ditemukannya artefak pada jaman Paleotikum membuktikan bahwa insan sudah mengenal perburuan & menangkap binatang dgn cara – cara yg sederhana. Hewan – binatang yg menjadi sasaran perburuan mereka yaitu binatang yg berukuran besar mirip gajah, babi, sapi ataupun kerbau. Pada dikala dilakukannya perburuan perlu adanya koordinasi yg besar lengan berkuasa antara insan purba satu dgn yg lainnya yg kemudian di bentuk beberapa kalangan kecil. Setelah itu, hasil perburuan yg di peroleh akan di bagi dengan-cara rata pada semua anggota berburu.

Pembagian peran di dlm suatu perburuan & pengumpulan kuliner yaitu kaum laki – laki melaksanakan perburuan sedangkan kaum wanita mengorganisir anak & pula menghimpun kuliner dr tumbuhan, buah – buahan & lain – lain. Satu kelompok biasanya terdiri dr 10 – 15 orang. Pada masa jaman purba manusia pula memburu ikan yg ada di sungai maupun pantai, mereka  mengejar ikan memakai ujung tombak kecil. Adanya inovasi perkakas berukuran kecil mirip tombak kecil, kapak kecil, mata panah, & lain – lain berupa alat yg kecil – kecil. Hal ini mampu membuktikan bahwa insan pada jaman purba pula tak hanya melaksanakan perburuan binatang berskala besar dengan-cara berkelompok, tetapi pula insan purba memburu binatang – binatang kecil dengan-cara individu menggunakan alat – alat perkakas tersebut. Dalam perburuan kelompok ini umumnya cuma terdiri dr satu hingga dua kepala keluarga.

Baca pula : Peninggalan zaman mesozoikum

Alat – alat yg dipakai untuk berburu di buat pada gua – gua tempat mereka tinggal, mereka menciptakan alat berburu, alat untuk memotong, pengeruk tanah & lain – lain. Kehidupan ini membentuk suatu keperluan akan pengerjaan alat – alat & pula api. Dan pula kehidupan pada jaman ini membuat suatu budaya yakni menciptakan alat – alat sederhana dr watu, kayu, & tulang. Selanjutnya, bermetamorfosis manusia percaya & mengenal kekuatan alam.

Pada masa berburu di kemudian hari ternyata insan sudah mampu membuat alat – alat dr kayu bambu selaku materi membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman & pula sebagai pembakaran. Hasil – hasil kebudayaan menciptakan beberapa alat yakni kapan perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih atau flakes, & beberapa alat dr tulang belulang. Manusia modern mendapatkan kuburan primitif yg mampu dijadikan bukti bahwa pada jaman insan berburu kuliner ini mempunyai kepercayaan yg bersifat rohani atau spiritual. Manusia pada jaman berburu ini menganggap bahwa manusia yang lain yg mati atau meninggal akan hidup di dunia yg lain & tetap memantau keluarganya yg masih hidup & tinggal di dunia.

Penggunaan alat – alat perburuan dr alam membuat kepercayaan timbul di dlm pedoman manusia dimana adanya kekuatan alam yg menolong mereka agar berhasil dlm proses perburuan. Dan pula dapat memperjelas keadaan mereka pada saat jaman perburuan dgn lukisan – lukisan yg ada pada gua – gua dimana tempat mereka tinggal. Terdapat lukisan kesibukan  mereka sedang berburu, patung dewi kesuburan & pula penguburan jenazah dgn alat – alat perburuan yg pernah dipakai. Orang yg meninggal pada dikala berburu mesti di berikan penghargaan dlm bentuk rasa penghormatan.

Baca pula : Prasejarah menurut arkeologi

Lukisan – lukisan yg ada mampu menggambarkan bahwa insan jaman berburu ini mempunyai hasrat untuk merasakan atau menjajal yakin bahwa ada kekuatan yg lebih besar ketimbang kekuatan insan. Lukisan – lukisan yg ada menggambarkan upacara penghormatan nenek moyang, upacara kesuburan, upacara perkawinan, & upacara lainnya. Lukisan lainnya yg asing pula di temukan oleh manusia terbaru yakni lukisan kadal dimana penjelmaan roh – roh nenek moyang, gambar insan selaku penolak roh – roh jahat, serta gambar bahtera yg di gambarkan sebagai pengirim roh nenek moyang mereka ke alam atau ke dunia lain.

Sistem bahasa yg ada pada ketika jaman berburu & meramu ini berupa bunyi verbal atau gerakan tubuh yg sederhana. Perkembangan bahasa untuk berkomunikasi antara manusia satu dgn yg yang lain & pula antara satu kalangan dgn kelompok yg lainnya semakin berkembang pada masa homo sapien dlm bentuk bahasa – bahasa yg seragam.

Perbedaan Food Gathering Dengan Food Producing

Food gathering berlainan dgn kehidupan food producing. Pada zaman, food gathering kehidupan insan untuk berburu untuk memakan masakan tersebut. Namun, food producing yaitu kehidupan manusia untuk mengusahakan setiap sumber kekayaan alam yg ada. Manusia mengolah flora & binatang. Kemudian pula pada masa ini manusia mengusahakan alam dgn cara bercocok tanam, membersihkan hutan & kemudian menanam bibit – bibit tanaman tersebut akan di tanam di tempat yg memiliki tanah yg subur.

Misal tanah sudah tak subur lagi maka mereka akan membersihkan hutan kembali lalu berpindah tempat untuk mencari tanah yg lebih subur untuk menanam lagi tanaman – tanaman. Para manusia jaman purba dgn kesibukan food producing mulai memikirkan bagaimana untuk kelangsungan hidupnya & keturunannya kedepan, maka dr itu manusia pada masa food producing mulai menerapkan bercocok tanam pada lingkungan persawahan & mereka hidup menetap. Inilah titik awal kemajuan yg mensugesti kehidupan manusia.

  Obelisk adalah tugu batu yang tinggi, runcing dan segitiga

Baca pula :  Artefak manusia purba

Pada dikala manusia zaman food producing tinggal menetap di suatu kawasan mereka mempererat diri antara manusia satu dgn manusia yg lainnya di kawasan area tempat tinggalnya. Manusia pada jaman ini pula suka bergotong royong alasannya adalah mereka sadar bahwa manusia tak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Kehidupan bahu-membahu ini di terapkan pada bidang agraris atau bercocok tanam. Dalam rangka menyanggupi kehidupan sehari – hari & alasannya manusia sudah sadar bahwa mereka tak mampu hidup sendiri melainkan membutuhkan satu dgn yg yang lain maka dr itu mereka mulai melakukan metode tukar barang untuk memenuhi keperluan kehidupan sehari – hari.

Sistem barter ini mengawali masa jual beli pada kehidupan insan atau sistem perekonomian dlm kehidupan masyarakat, dimana untuk melakukan kegiatan barter atau tukar mendapatkan tersebut disadari bahwa insan memerlukan tempat khusus untuk melakukannya, kemudian tempat bertemunya penjual & pembeli ini disebut selaku pasar di lalu hari. Pada kehidupan dlm hal budaya, manusia pada jaman food producing menciptakan alat yg bermacam-macam yakni yg yang dibuat mulai dr tanah liat, batu, & tulang. Misalnya beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, tambahan & lain – lain.

Sistem pertanian dgn pematang –pematang untuk menahan air. Selain insan pada jaman food producing ini mengolah tumbuhan, manusia pula mulai mengolah binatang. Dengan cara mengembang biakkannya, Hewan yg sudah di buru bukan lagi untuk di bunuh kemudian di konsumsi, namun mereka lebih kearah menangkap binatang – hewan tersebut lalu mengkawinkannya & pula memeliharanya (memberi makan & lain – lain). Kemudian kalau sudah berkembang maka mereka akan mengkonsumsinya & tetap mengembang biakkan binatang – binatang tersebut. Hewan yg diternakan bermacam – macam yakni kerbau, sapi, ayam, anjing, kuda & lain – yang lain.

Baca pula : Peninggalan bersejarah zaman Megalitikum

Pada masa food producing pula sudah dapat membuat bahtera sederhana dgn cara melubangi potongan – potongan kayu besar dgn api, lalu lubang tersebut diperdalam memakai beliung sehingga ibarat bentuk lesung, kaum lelaki menggunakan – bahtera yg mereka buat untuk menangkap ikan – ikan yg ada di tengah laut & kemudian kembali ke darat untuk mengkonsumsinya. Demikian merupakan beberapa hal perihal Food Gathering.