Hasil Pengukuran Intelegensi sering disebut IQ atau tingkatan dr Intelligence Quotient, yakni skor yg diperoleh dr suatu alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ cuma menunjukkan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang & tak menggambarkan kecerdasan seseorang dengan-cara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dgn membandingkan umur mental (Mental Age) dgn umur kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dlm memecahkan problem-dilema yg dihidangkan dlm tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dgn kesanggupan yg seharusnya ada pada individu seumur ia pada ketika itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 & dipakai selaku dasar perkiraan IQ.
Faktor-Faktor yg Mempengaruhi Intelegensi
Adapun aspek-faktor yg mempengaruhi Intelegensi adalah :
a) Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dr satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti yang lain yaitu pada anak yg diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dgn ayah & ibu yg bergotong-royong, & hanya 0,10 – 0,20 dgn ayah & ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yg dibesarkan dengan-cara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tak pernah saling kenal.
b) Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yg intinya sudah dibawa semenjak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-pergeseran yg mempunyai arti. Intelegensi pastinya tak bisa terlepas dr otak. Perkembangan otak sungguh dipengaruhi oleh gizi yg dimakan. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yg bersifat kognitif emosional dr lingkungan pula memegang peranan yg amat penting.
c) Kematangan
Tiap organ dlm tubuh anusia mengalami pertumbuhan & perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dibilang sudah matang jikalau ia sudah meraih kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak mampu memecahkan soal-soal tertentu, karena soal-soal itu masih terlampau susah baginya. Organ-organ tubuhnya & fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk melaksanakan mengenai soal itu. Kematangan berafiliasi erat dgn umur.
d) Minat
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan & merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri insan terdapat dorongan (motif-motif) yg mendorong insan untuk berintekrasi dgn dunia luar. Motif menggunakan & menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi & eksplorasi yg dijalankan kepada dunia luar itu, usang kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yg menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat & lebih baik.
e) Kebebasan
Kebebasan bermakna bahwa insan itu dapat menentukan metode-sistem yg tertentu dlm memecahkan kasus-kasus. Manusia memiliki kebebasan menentukan sistem, pula bebas dlm menentukan kasus sesuai dgn kebutuhannya, dgn adanya kebebasan ini bermakna bahwa minat itu tak selamanya menjadi syarat dlm perbuatan intelijensi.
Intelegensi & Bakat
Bakat mengacu pada kemampuan khusus ( berg, 2000 ) sepeti menuntaskan perhitungan aritmatika, atau mengingat fakta dr berita yg sudah dibaca. Bakat berdasarkan Chaplin, kemampuan berpeluang yg dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yg akan datang.
Bakat berasal dr hasil interaksi antara karakteristik individu dgn peluang belajar di lingkungan ( Cohen dan Swedlik, 2002 ) . Bakat ini merepresentasikan gosip & ketrampilan yg bertahap sudah didapatkan.
Menurut Bingham, kondisi atau sifat-sifat yg dianggap selaku tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik, & sebagainya.
Makara dr definisi di atas, talenta dapat dipahami sebagai kamampuan khusus atau suatu menandakan kemampuan yg sangat menonjol atau lebih mencolok yg terdapat pada diri seseorang, yg dengan-cara cepat mampu menuntaskan, menyikapi & mendapatkan latihan-latihan, tugas-peran, atau hal-hal tertentu. Bila seseorang mengetahui keunggulannya dlm suatu bidang, maka ia akan terasa lebih gampang dlm memasuki prospeknya artinya; dlm mempelajari & berbagi bakatnya. Dengan kemampuan talenta, pasti seseorang akan memiliki peluang besar untuk menjangkau kesuksesan pada masa mendatang.
Intelegensi merupakan suatu rancangan mengenai kemampuan lazim individu dlm beradaptasi dgn lingkungannya. Dalam kesanggupan yg biasa ini, terdapat kemampuan-kemampuan yg amat spesifik. Kemampuan-kesanggupan yg spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yg memungkinkan tercapainya wawasan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu sehabis melalui suatu latihan.
Inilah yg disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes Intelegensi tak dirancang untuk menyingkap kesanggupan-kemampuan khusus ini, maka talenta tak mampu secepatnya dimengerti lewat tes Intelegensi.
Alat yg dipakai untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yg dirancang untuk mengungkap prestasi berguru pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test & yg digunakan di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test & Interest Inventory.
Contoh dr Scholastic Aptitude Test yakni tes Potensi Akademik (TPA) & Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan teladan dr Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory yaitu Differential Aptitude Test (DAT) & Kuder Occupational Interest Survey.
Intelegensi & Kreativitas
Kita sering mendengar perumpamaan ‘ pentingnya berbagi kreativitas’. Apa sih, yg dimaksud dgn kreativitas itu??. Orang yg menyulap sampah seperti cangkang telur menjadi kerajinan tangan mirip hiasan dinding atau kaligrafi atau sesuatu yg bernilai lebih dr sebelumnya apakah bisa dikatakan sebagai orang yg inovatif?
Secara umum kreativitas dapat diartikan selaku kemampuuan untuk berpikirsesuatu yg gres & tak biasa & menciptakan solusi yg unik kepada aneka macam masalah. Perlu kita ketahui ciri-ciri yg merefleksikan kepribadian inovatif, diantaranya, mempunyai daya khayalan yg berpengaruh, memiliki inisiatif & minatyang luas, bebas dlm berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman gres, yakin diri, sarat semangat & berani mengambil resiko.
Kreativitas merupakan salah satu ciri dr perilaku yg inteligen sebab kreativitas pula merupakan manifestasi dr suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas & Intelegensi tak senantiasa menunjukkan bukti-bukti yg memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yg bersifat kurva linear dgn Intelegensi, tapi bukti-bukti yg diperoleh dr banyak sekali penelitian tak mendukung hal itu.
Skor IQ yg rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yg rendah pula. Namun makin tinggi skor IQ, tak senantiasa diikuti tingkat kreativitas yg tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat hubungan yg cukup memiliki arti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tak didapatkan adanya hubungan antara IQ dgn tingkat kreativitas.
Para andal telah berusaha mencari tahu kenapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas yaitu suatu proses berpikir yg bersifat divergen, yakni kesanggupan untuk memberikan aneka macam alternatif jawaban menurut berita yg diberikan.
Sebaliknya, tes Intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yg bersifat konvergen, yakni kesanggupan untuk memperlihatkan satu jawaban atau kesimpulan yg logis berdasarkan berita yg diberikan.
Ini merupakan balasan dr pola pendidikan tradisional yg memang kurang mengamati pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dlm berbagai pertumbuhan yg dicapai oleh ilmu wawasan.