Prasejarah Indonesia ialah periode prasejarah di kepulauan Indonesia yg membentang dr periode Pleistosen sampai sekitar kurun ke-4 M tatkala orang-orang Kutai menghasilkan prasasti kerikil yg paling awal dikenal di Indonesia. Terdapat perbedaan yg terperinci antara periode prasejarah & historis di Eropa & Timur Tengah, pembagian ini semrawut di Indonesia.
Ini sebagian besar karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yg luas mengakibatkan beberapa belahan – khususnya penggalan dlm pulau-pulau yg jauh – nyaris terisolasi dr potongan dunia yang lain. Berdasarkan kondisi geologisnya, zaman prasejarah bisa dibagi menjadi beberapa zaman, yaitu zaman tertua (Arkaozoikum), zaman primer atau zaman hidup renta (Paleozoikum), zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan (Mesozoikum), serta zaman hidup baru (Neozoikum). Di Indonesia terdapat bermacam-macam peninggalam praaksara yg berupa benda-benda.
Praaksara
Periode prasejarah Indonesia tergolong periode yg sangat panjang, dr sekitar 1,7 juta tahun yg lalu, berdasarkan temuan yg ada. Pengetahuan orang-orang kepada hal tersebut didukung oleh inovasi-inovasi fosil binatang & manusia (hominid), sisa-sisa alat watu, kepingan tubuh binatang, logam (besi & perunggu), & tembikar.
Pada selesai Zaman Es terakhir (20000-10000 tahun yg lalu) suhu rata-rata bumi meningkat & permukaan maritim naik dgn cepat. Sebagian besar Dangkalan Sunda yakni samudera & membentuk sederetan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, & Laut Jawa. Pada periode ini terbentuk Semenanjung Melayu, Sumatra, Jawa, Kalimantan, & pulau-pulau di sekitarnya.
Di timur, pulau New Guinea & Kepulauan Aru terpisah dr daratan benua Australia. Kenaikan permukaan maritim memaksa orang-orang terpisah satu sama lain penghuni tempat ini & mendorong terbentuknya penghuni kepulauan masyarakat terbaru. Sejarah Indonesia meliputi jangka waktu yg sangat usang yg dimulai pada zaman prasejarah oleh inovasi “Manusia Jawa” yg 1,7 juta tahun yg lalu.
Pengertian Praaksara
Zaman pra-abjad atau prasejarah sering disebut juga nirleka. Nirleka berasal dr dua suku kata, yakni nir dan leka. Nir, yg memiliki arti tak ada, dan leka, yg memiliki arti tulisan atau huruf. Sehingga bisa dibilang bahwa nirleka mempunyai pengertian kurun waktu kehidupan insan yg belum mengenal tulisan.
Zaman praaksara dapat didefinisikan selaku zaman sebelum manusia mengenal goresan pena atau aksara. Kajian utama ihwal praaksara didasari oleh peninggalan-peninggalan yg berupa benda-benda, bukan tulisan. Dengan demikian, hal yg membedakan antara arti sejarah & prasejarah terletak pada ada atau tidaknya peninggalan-peninggalan tertulis (huruf) dr kehidupan insan yg bersangkutan.
Pengertian Zaman Praaksara Menurut Para Ahli
Adapun definisi zaman praaksara menurut para andal, antara lain adalah selaku berikut;
- Herodotus, Pengertian zaman praaksara adalah zaman dimana sejarah tak meningkat ke arah depan, melainkan zaman bergerak melingkar akhir keadaan insan.
- Prof. Dr. Fajri. M.A, Zaman praaksara ialah zaman dimana manusia masih belum mengenal goresan pena. Yang mereka tahu hanyalah bertahan untuk hidup.
Pembagian Zaman Praaksara di Indonesia
Ditinjau dengan-cara geologis, proses terjadinya Bumi sampai dikala ini bisa dibagi menjadi empat zaman yg merupakan periodisasi atau pembabakan zaman praaksara. Berikut penjelasannya:
Zaman Arkaekum
Zaman Arkaeozoikum atau zaman bau tanah berjalan sekitar 2.500 juta tahun yg lalu. Pada zaman ini, Bumi sedang dlm proses pembentukan & permukaan Bumi masih sangat panas, sehingga masih belum ada makhluk hidup yg bisa tinggal di bumi.
Akan tetapi, sesudah itu terjadi penurunan suhu yg mampu menjadi permulaan dr kehidupan. Hal ini terjadi pada akhir zaman arkaeozoikum.
Zaman Palaeozoikum
Zaman palaeozoikum atau zaman primer yg berlangsung sekitar 340 juta tahun yg kemudian. Zaman paleolitikum ditandai dgn adanya penurunan suhu yg drastis di Bumi sampai mendingin.
Pada zaman palaeozoikum, timbul makhluk hidup pertama kali yaitu makhluk bersel satu & tak mempunyai tulang belakang mirip kuman, berbagai macam reptil hingga sejenis amfibi pula sudah mulai muncul meskipun jumlahnya masih sedikit.
Zaman Mesozoikum
Zaman mesozoikum atau zaman sekunder atau zaman pertengahan berjalan sekitar 140 juta tahun yg lalu. Zaman ini ditandai dgn hadirnya beberapa reptil raksasa mirip dinosaurus yg panjangnya bisa mencapai 12 meter & atlantosaurus yg panjangnya meraih 30 meter.
Karena keberadaan reptil-reptil tersebut maka zaman ini pula dinamakan zaman reptil. Selain reptile, pada zaman inipun pula sudah mulai muncul binatang jenis burung & binatang menyusui dlm tingkat rendah.
Zaman Neozoikum
Zaman neozoikum berjalan kira-kira 60 juta tahun yg lalu. Pada zaman ini kehidupan sudah mulai stabil, & berkembang. Zaman neozoikum dibagi menjadi dua, yakni:
- Zaman tersier atau zaman ketiga
Zaman tersier dibagi lagi menjadi lima zaman yaitu: zaman paleosen, eosin, eligosen, miosen, & pliosen. Pada zaman tersier sudah mulai timbul binatang menyusui berupa simpanse.
- Zaman kuarter atau zaman keempat
Zaman kuarter berlangsung sekitar 600 ribu tahun yg kemudian. Zaman ini bisa dibedakan menjadi dua yakni:
- Zaman pleistosen, berlangsung sekitar 600 ribu tahun yg lalu. Pada zaman ini mulai muncul kehidupan manusia purba, meskipun keadaan alam masih liar & labil.
- Zaman holosen, berlangsung sekitar sekitar 20.000 tahun yg kemudian, yg ditandai hadirnya homo sapiens, yg menjadi nenek moyang manusia terbaru pada ketika ini.
Peninggalan Zaman Praaksara di Indonesia
Beberpa barang peninggalan dr zaman praaksara di Indonesia menurut pembagian zaman praaksara dengan-cara arkeologis, antara lain:
Peninggalam dr zaman paleolitikum (Zaman watu renta)
- Kapak Perimbas
Kapak perimbas terbuat dr kerikil, & tak memakai tangkai, sehingga penggunaannya cara digenggam. Fungsi kapak perimbas ialah selaku alat memangkas kayu, memecah tulang binatang buruan & menguliti binatang.
Di wilayah Indonesia banyak sekali ditemukan kapak ini karena masih tergolong dlm kebudayaan Pacitan. Saat itu, insan purba Pithecantropus masih menggunakan kapak genggam & kapak perimbas dlm kehidupan sehari hari.
- Kapak Genggam
Kapak genggam pada zaman praaksara yang dibuat dr watu atau lempung & tak bertangkai. Benda yg satu ini didapatkan oleh seorang bernama Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 di Punung Kabupaten Pacitan.
Kapak genggam digunakan oleh manusia praaksara pada zaman paleolithikum selaku alat penetak atau alat yg digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memangkas dagimg hewan buruan, serta banyak sekali kebutuhan lainnya.
- Flakes (Alat-alat serpih)
Flakes berkhasiat untuk memotong daging, sebagai pisau, & alat penusuk yg terbuat dr pecahan kerikil kecil. Penemuan benda ini banyak berada di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Oleh karena itu, alat alat serpih masih tergolong dlm Kebudayaan Ngandong.
- Perkakas dr tanduk & tulang
Penemuan perkakas dr tanduk & ini banyak berada di sekeliling Ngandong, Ngawi, Jawa Tengah. Perkakas ini berkhasiat untuk mata tombak, alat penusuk maupun pengorek. Saat itu, insan purba Homo Wajakensis & Homo Soloensis masih menggunakan alat-alat ini dlm kehidupan sehari hari.
Peninggalam dr zaman mesolitikum (Zaman kerikil tengah/madya)
- Kapak Sumatera
Kapak sumatera diketahui pula dgn nama pebble. Kapak Sumatera banyak ditemukan di di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa (Aceh) & Medan. Seperti halnya kapak genggam, kapak sumatera ini pula yang dibuat dr kerikil. Hanya saja, kapak sumatera yang dibuat dr watu kali yg dipecah-pecah, berupa bundar serta memilik permukaan yg lebih halus.
- Kapak Pendek (Hache Courte)
Kapak pendek berupa setengah lingkaran & mempunyai sisi yg tajam sehingga lebih memudahkan untuk memotong daging atau hal-hal yang lain. Kapak pendek banyak didapatkan di wilayah sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.
Para peneliti mencari persebaran pebble & kapak pendek sampai ke tempat asal mula ras Papua Melanosoide di Teluk Tonkin,Vietnam. Kemudian didapatkan bahwa pusat pebble & kapak pendek berasal dr Hoabinhian & Bacsonian,Vietnam Utara.
- Kjokkenmoddinger
Dalam bahasa Denmark, kata Kjokkenmoddinger mampu dibagi menjadi kata yaitu Kjokken yg artinya “Dapur” & Modding yg artinya “Sampah”.
Sehingga perumpamaan Kjokkenmoddinger dapat diartikan sebagai sampah dapur yg telah menumpuk selama beribu ribu tahun lamanya, misalnya kulit kerang & kulit siput, sehingga membentuk bukit kecil yg tingginya beberapa meter. Fosil dapur ini banyak didapatkan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.
- Abris sous roche
Abris sous roche ialah ceruk atau gua watu karang yg berkhasiat bagi manusia purba untuk tempat tinggal. Abris sous roche di Indoensia diteliti oleh seorang peneliti ajaib berjulukan Van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Gua Lawu yg berada di kawasan Sampang, Ponorogo.
- Lukisan di dinding gua
Biasanya dlm abris sous roche banyak ditemukan lukisan seperti ini. Lukisan tersebut berisi citra cap tangan yg warnanya merah & binatang buruan. Penemuan lukisan di dinding gua banyak berada di Gua Raha, Leang Leang, Pulau Muna, Danau Sentani, Sulawesi Selatan, Papua & di Sulawesi Tenggara.
Peninggalan dr zaman neolitikum (Zaman batu gres)
- Kapak Persegi
Kapak persegi ditemukan oleh von Heine Geldern. Pembuatan kapak persegi berasal dr batu persegi. Jenis kapak ini memiliki kegunaan untuk menggarap tanah, upacara, & mengerjakan kayu. Kebudayaan di masa ini banyak menyebut kapak persegi selaku “Beliung Persegi Banyak” yg penemuannya berada di Nusa Tenggara, Jawa, Sulawesi & Kalimantan Selatan.
- Kapak Lonjong
Kapak lonjong ini yang dibuat dr kerikil kali & mempunyai warna yg kehitam-hitaman. Sama seperti namanya, kapak lonjong ini berupa yg lonjong, ujungnya yg lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung yang lain diasah hingga tajam.
Kapak lonjong yg mempunyai ukuran besar dinamakan Walzenbeil, sedangkan yg mempunyai ukuran kecil dinamakan Kleinbeil. Fungsi kapak lonjong sama dgn kapak persegi, yaitu untuk menggarap tanah, & untuk beragam keperluan lainnya.
Peninggalan dr zaman megalitikum (Zaman kerikil besar)
- Sarkofagus
Sarkofagus merupakan peninggalan yg berupa makam. Sarkofagus yakni peti mati yg yang dibuat dr watu yg utuh & diberikan penutup pada belahan atasnya. Salah satu tempat penemuan sarkofagus yakni di Bali, serta beberapa ada pula yg ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur.
- Menhir
Menhir berkaitan dgn kepercayaan yg dianut oleh insan ketika itu. Menhir berbentuk tiang atau tugu yang dibuat dr watu yg bangun tegak di atas tanah.
Tujuan didirikannya Menhir yakni sebagai sarana menyembah arwah nenek moyang. Penemuan Menhir banyak terjadi di Dataran Tinggi Pasemah, yaitu pegunungan yg terletak antara Palembang & Bengkulu, Ngada (Flores), Gunung Kidul, Rembang(Jawa Tengah), Sungai Talang Koto & kawasan yang lain.
- Dolmen
Seperti halnya dgn menhir, dolmen pula selaku salah satu sarana penyembahan arwah nenek moyang pada masa praaksara. Dolmen yg mempunyai bentuk mirip meja yg tersusun dr beberapa watu itu banyak didapatkan di wilayah Besuki Jawa Timur. Di wilayah tersebut umumnya dinamai pandhusa.
- Waruga
Waruga atau kubur batu ialah peti mati yg terbuat dr watu. Keempat sisi dr benda yg satu ini berdindingkan papan-papan batu, begitu juga pada potongan alas & bidang atasnya yg terbuat dr papan batu. Penemuan waruga banyak terjadi di Sulawesi Tengah & Sulawesi Utara.
- Arca atau Patung
Arca merupakan patung yg yang dibuat dr batu utuh. Bentuknya ada bermacam-macam, ada yg menyerupai insan, kepala manusia, & pula hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung ,Jawa Tengah, & Jawa Tengah. Arca menjadi salah satu sarana penyembahan pada zaman praaksara.
- Punden Berundak
Punden berundak yakni peninggalan megalitikum yg terdiri dr susunan batu bertingkat & berfungsi selaku tempat pemujaan kepada nenek moyang. Punden berundak banyak didapatkan di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles (Garut) & Kuningan.
Itulah tadi klarifikasi serta pengulasan dengan-cara lengkap pada segenap pembaca terkait dgn pengertian praaksara di Indonesia, pembagian, & peninggalan-peninggalannya. Semoga melalui materi ini bisa menunjukkan wawasan & memperbesar pengetahuan bagi pembaca sekalian. Trimakasih,