Perahu adalah impian tertinggiku, yang berlayar dalam kepalaku

nan sarat pada malam-malam panjang gue tak mampu tidur, & kini bahtera itu karam sudah. Akan kukemanakan mukaku di kampung? Aku akan dicela habis-habisan oleh Eksyen & kelompoknya.

Getir. Aku menutup wajahku dgn tangan. Perahu Mapangi sudah menekukku hingga gue lumpuh. Aku telah erat sekali dgn perasaan putus asa. Tiba-tiba, tak tahu dr mana, kudengar bunyi yg riang bangga.
“Ikal! Kau bisa membuatnya, percayalah …”
Aku terperanjat, menoleh ke kiri-kanan, tak ada siapa-siapa.
“Bukankah kamu selalu mampu menciptakan apa pun, Boi?”
Lembut, senang, membesarkan hati. Tapi, tampak semua orang bicara.
“Apa susahnya membuat bahtera? Geometri terapan, ilmu ukur dasar-dasar aja.”
Aku berkeliling mencari-cari sumber suara yg masih bersembunyi.
“Ada sedikit fisika, biar laju perahunya, tak sulit hitungannya, mudah saja …”
Hatiku mengembang. Suara siapakah itu? Aku penasaran. Sekonyong-konyong satu sosok meloncat ke atas tumpukan balok didepanku. Ia menggigit ilalang, rambutnya kuning keriting, wajahnya ceria seperti senantiasa, mata cerdasnya berkilauan, & gue berteriak.
“Lintang!!”
Sinopsis yg sesuai dgn isi novel tersebut adalah
Tokoh Ikal memiliki perahu yg tenggelam. Tokoh Ikal merasa aib bila tak mempunyai bahtera. Tiba-tiba tiba tokoh Lintang yg menyemangati tokoh Ikal menciptakan perahu.
Pembahasan:
Kutipan novel tersebut menceritakan tokoh ikal yg gres saja tertimpa musibah. Perahunya tenggelam. Di tengah kegelisahan & kesedihan alasannya perahunya karam, datanglah tokoh Lintang yg menyemangati tokoh ikal supaya menciptakan perahu sendiri. Tokoh Lintang berkata jika perahu mudah dibentuk.
  Puisi Cinta Aku mencintaimu