Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non-Marxist Beserta Tiga Tokoh Utamanya

– Ada tiga tokoh utama dlm teori pertentangan non-marxist atau disebut pula teori pertentangan analitis, yakni ada Ralf Dahrendorf, Lewis Coser, & Randall Collins.

Hai teman sosiologi muda di Indonesia berikut ini ringkasan materi belajar yg mampu kita baca dengan-cara singkat untuk mempermudah memahami teori Konflik Marxist & Non-Marxist, beserta perbedaannya.

Fungsionalisme vs Konflik

Fungsionalisme 

-Masyarakat relatif statis yg mengarah pada kesimbangan (equilibrium)

-Setiap elemen dlm masyarakat saling terintegrasi & berkontribusi terciptanya stabilitas

-Masyarakat terikat oleh norma, nilai, & moralitas umum.

-Kohesi dr aneka macam nilai untuk mempertahankan penduduk

-Sistem sosial dibentuk oleh kerjasama sukarela & atau janji masing-masing anggota

Konflik

-Masyarakat senantiasa bergerak (dinamis) & mengarah pada perubahan

-Setiap elemen dlm masyarakat terpisah & berkontribusi pada dis integrasi & pergantian

-Keteraturan sebagai wujud dominasi & paksaan oleh kalangan atas pada golongan bawah

-Peran kekuasaan (dominasi) untuk mempertahankan masyarakat

-Masyarakat (sistem) dibuat dengan-cara paksa, koordinasi & komitmen tercipta karena adanya paksaan.

Teori Konflik Analitis (Non-Marxist)

-Penekanan bahwa perspektif konflik selaku central pengembangan obyektif/Ilmiah Sosiologi

-Dimotori oleh tiga tokoh utama yaitu :

1. Ralf Dahrendorf

2. Lewis Coser

3. Randall Collins

-Teori pertentangan analitis merujukkan pemikirannya tak saja pada Marx, namun pula pada Weber & Simmel.

Teori Konflik Marxist & Non-Marxist

Marxist

-Ilmu sosial & aksi politik tak terpisah & keterikatan antara fakta & nilai

  Kelas Sosial Menurut Karl Marx : Memahami Teori dan Pemikirannya

-Stratifikasi penduduk terdiri dr satu dimensi saja & terdiri cuma dua kelas : atas-bawah

-Keyakinan adanya penduduk tanpa kelas, egaliter

Non Marxist/Analitis

-Pemisahan antara fakta & nilai adalah sungguh penting, untuk menjamin obyektifitas & netralitas

-Stratifikasi penduduk terdiri dr multi dimensi & komplektistas susunannya

-Konflik selaku keniscayaan & unsur penting dlm masyarakat.

Warisan Weber

-Ide dasar bahwa semua aktifitas individu dilandasi kepentingan langsung

-Kepentingan pribadi ini berkait akrab dgn tujuan hidup eksklusif, nilai/norma dlm penduduk serta banyak sekali aspek materi (Kekayaan, & lainnya)

-Kepentingan ini berkaitan bersahabat dgn kekuasaan yg diperlukan untuk memenuhinya serta caranya

-Kajian tentang kekuasaan & relasi pemeran dlm kekuasaan menjadi penting (ingat teori otoritas Weber)

-Konsep stratifikasi sosial Weber yg lebih kompleks, tak sekadar versi berbabis ekonomi Marx. Stratifikasi Weber dibangun berdasar banyak sekali aspek sosial seperti agama, politik, & yang lain.

Warisan Simmel

-Penekanan bahwa asosiasi (integrasi) & pertentangan bukanlah fenomena yg terpisah, tetapi saling berkaitan dengan-cara intim

-Artinya penduduk terintegrasi dlm berbagai pertentangan individu/golongan yg saling tumpang tindih, suatu golongan atau individu mampu berkonflik dgn kelompok lain dlm satu konteks & pula mampu melakukan pekerjaan sama dlm konteks lain.

-Penekanan Simmel bahwa langkah-langkah sosial melibatkan pertentangan & harmoni, menjadi referensi bahwa konflik merupakan keniscayaan dlm dunia sosial.

Sumber Referensi :

Teori Konflik 2 : Non Marxis kuliah ke-6 oleh Amika Wardana, Ph.D (a.wardana@uny.ac.id) Teori Sosiologi Kontemporer (http://staffnew.uny.ac.id/)

Sumber Foto :

Ralf Dahrendorf : Klik

Lewis Coser : Klik

Randall Collins : Internet