Dengan adanya mahir ekonomi tatkala itu, maka pengamat begitu rincian dlm mengamati ekonomi di Indonesia. Persoalan yg mendasar dr tata cara ekonomi tatkala itu mampu diketahui tatkala tahun 1995 dimana nilai mata uang dollar Amerika Serikat mulai naik dibandingkan dgn mata uang Negara-Negara maju lainnya, termasuk Jepang.
Bahkan setelah dua tahun lalu, kata duit Jepang meraih sepertiga dr nilai duit mata duit dollar Amerika Serikat. Ini dapat dikatakan sebagai tanda-tanda awal dr instabilitas financial yg menyebar dikawasan Asia sejak pertengahan tahun 1997. Dengan bermulanya dr daerah Asia Tenggara, krisis moneter mulai menyebar dikawasan lain di Asia.
Berdasarkan apa yg dikenali ada beberapa faktor yg terjadi tatkala itu, dimana krisis ekonomi Asia masih sering diperdebatkan. Secara biasa perihal penyebab krisis moneter di Asia dapat dikelompokkan ke dlm dua persepsi, yaitu internal & eksternal. Jauh sebelumnya krisis terjadi, banyak pemimpin-pemimpin di daerah Asia yg dikritik oleh masyarakat barat atau sikap politiknya yg sewenang-wenang.
Dari beberapa ekonomi yg dianggap selaku pengaruh dr sikap politik sewenang-wenang adalah tingginya utang swasta, lemahnya regulasi, korupsi yg paling konkret untuk menggambarkan kapitalisme yg berbasis kolusi, korupsi & nepotisme. Hal ini pulalah yg menjadi landasan perspektif IMF dlm melakukan restrukturisasi & pemulihan krisis ekonomi di Indonesia.
Kemudian, usulan yg kedua cenderung untuk melihat aspek eksternal sebagai faktor utama yg memyebabkan timbulnya krisis moneter di Asia, dimana kepanikan tatkala itu & para penanam modal yg dianggap melatarbelakangi gejolak peningkatan transaksi di pasar duit Asia.
Keberagaman keadaan ekonomi & politik tiap Negara dlm menghadapi krisis moneter pastinya tetap menyebar merata, dgn hubungan praktik politik & kebijakan ekonomi domestic dgn krisis Asia yg tak begitu terlihat .