Politik Kekuasaan, Sosial Ekonomi Pontianak 1980an, Pendidikan 2000 – 09

Politik kekuasaan akan lekat dgn aspek kehidupan sosial budaya yg berada pada kepentingan ekonomi budaya yg ada di penduduk . Hal ini menjelaskan adanya sistem ekonomi, bearti adanya ketabahan dlm melakukan pekerjaan , mencar ilmu, & beretika & moralitas yg terkandung dlm tata cara ekonomi sosial yg ada di masyarakat terhadap pembangunan manusia.

Pada masa yg berada pada posisi kelas pekerja, hal ini berada pada faktor kehidupan sosial di masyarakat, dgn softskill yang dimiliki serta turut serta dlm metode budaya politik yg berada pada kehidupan sosial di penduduk ketika ini.

Ketika hal ini terjadi pergantian ekonomi di kota Pontianak, dlm hal ini pada bidang masakan yg tatkala malam & siang terdapat posisi yg ada di pinggiran kota, dgn bangunan yg berada pada petak lantai tiga itu, & dimana mereka bekerja di perusahaan, rumah sakit, pendidikan, & lingkungan kawasan tinggal, menurut politik ekonomi.

Ekonomi rakyat pada masyarakat Tionghoa, akan meningkat semasa ini dgn sistem ekonomi sosial politik, & kepentingan politik memang tak dapat terhindarkan. Sementara itu, berada pada duduk perkara kelas sosial tentunya yg mengidentifikasikan berbagai hal terkait dgn metode budaya yg berada pada persoalan kelas sosial yg membentuknya.

Ketika hal ini berada pada posisi yg berada pada tata cara dinamika sosial budaya yg taat pada setiap kebijakan akan menjelaskan berbagai faktor kehidupan sosial masyarakat Tionghoa, menurut ekonomi mereka terapkan berabad-abad lamanya.

Pembentukan kota yg berasal dr setapak pastinya mempunyai kesan terhadap pembangunan ekonomi, sosial yg ada di pada orang Tionghoa yg berasal dr tingkat kemakmuran kehidupan sosial mereka yg berasal dr kehidupan budaya & ekonomi.

  Contoh Dampak Sosial

Ketika hal ini berada pada masalah politik Orde Baru & Orde Lama sampai masa Reformasi, & Revolusi mental, kekuasaan akan berada pada tata kota yg berasal dr pajak dihasilkan pastinya berada pada dilema ekonomi perkotaan yg ada di kota saat ini. 

Mengacu pada orang & Dayak – Tionghoa, menurut asimilasi budaya, & kepentingan pendidikan mereka yg berasal dr kedua orang tua mereka sebelumnya. Ketika hal ini menerangkan berbagai hal terkait dgn aspek pendidikan maka terlihat bagaimana drama politik & ekonomi (alat tukar) dlm sebuah kota, hingga pergeseran itu timbul sesuai dgn hasratyg seharusnya tak diusik.

Tetapi pelanggaran itu dimulai dr adanya ekonomi politik dlm sebuah penduduk yg semena-mena, yg berjalan telah usang. Tanpa disadari budaya malu (Indonesia) tak sesuai dgn faktor kehidupan mereka dlm meraih prestasi berguru mereka kepada pendidikan budaya & agama mereka, hal ini menjelaskan banyak sekali duduk perkara penduduk Indonesia, dengan-cara lokal di berbagai wilayah dlm hal ini.