Presiden Rusia Tidak Ikut Campur Pemilu Amerika Serikat

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendesak Amerika Serikat (AS) untuk menyetujui fakta yg mengamanatkan kedua negara tak saling ikut campur dlm penyeleksian biasa (pemilu) masing-masing.

Desakan itu muncul tatkala kedua negara sama-sama menuduh satu sama lain melaksanakan kampanye disinformasi & campur tangan pemilu via media umum.

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov membacakan pernyataan dr Putin, tatkala presiden Rusia itu mengunjungi latihan militer yg melibatkan China & Iran di Rusia selatan.

Putin meminta kedua negara untuk terlibat dlm obrolan hebat profesional yg akan menciptakan jaminan tak adanya campur tangan dlm urusan internal satu sama lain, khususnya penggunaan teknologi isu & komunikasi,” bunyi pernyataan Putin,

Putin mengusulkan supaya kedua negara meraih kesepakatan untuk menghalangi peristiwa besar dunia maya, membandingkan akad tersebut dgn komitmen Soviet-Amerika 1972 untuk mengurangi kemungkinan peristiwa di laut atau di udara.

“Salah satu tantangan strategis utama ketika ini yaitu risiko konfrontasi skala besar di bidang digital,” kata pemimpin Rusia itu. “Tanggung jawab khusus untuk pencegahannya terletak pada pemain kunci di bidang memastikan keselamatan info Badan intelijen AS sudah menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dlm pemilihan presiden AS 2016, termasuk meretas kampanye Hillary Clinton, meskipun Moskow membantah tuduhan tersebut.

Rusia pula menyangkal tuduhan baru bahwa mereka berusaha ikut campur dlm kampanye pemilihan presiden AS tahun 2020 walaupun ada bukti yg mengatakan sebaliknya. Facebook minggu ini mem-boot tiga jaringan troll yg terkait dgn troll farms intelijen Rusia yg diduga terlibat dlm campur tangan dlm pemilu 2016.

Ketiga jaringan tersebut disangka menggunakan Facebook terutama selaku fasilitas untuk memperkuat konten dr situs web di luar platform & untuk mendapatkan serta merekrut orang-orang sahih & tanpa disadari untuk membantu membuatkan propaganda mereka, yg banyak dr mereka yaitu jurnalis

  Berdikari Terhadap Perubahan Politik

Seperti yg sudah kami katakan berulang kali, tak ada dasar untuk pernyataan mirip itu,” sangkal Lavrov. “Kami mendukung diskusi profesional & konstruktif dr semua masalah yg ada lewat negosiasi,” imbuh kata diplomat top Rusia itu.

Sebagai akhirnya, Rusia menuduh negara-negara Barat melancarkan kampanye disinformasi besar-besaran atas peracunan pemimpin oposisi Alexei Navalny. Laboratorium di Jerman, Prancis & Swedia semuanya mengonfirmasi bahwa Navalny diracun dgn agen saraf Novichok, tetapi Kremlin telah menepis tuduhan itu & menyatakan Navalny sudah menertibkan langkah-langkah tersebut.