Sebuah Puisi Dengan Tema Sosial

Sebuah puisi dengan tema sosial

Sosial

Kau jiwa sosial
Kau jiwa tak kenal lelah
kamu jiwa yg rentah
Kaulah pengetahuan

Buatlah puisi bernuansa sosial ?

Oh sampah kenapa kau ada dimana mana sudah ku bersihkan
Tetap lah ada

puisi bernuansa sosial

           JALAN KEHIDUPAN

kaya? sederhana? atau miskin?

banyak orang menentukan untuk kaya,

mereka tak tau beban menjadi orang kaya,

orang kaya…….

mereka lebih banyak menguras waktu pada pekerjaan dari pada keluarga….

si sederhana…….

dia memiliki waktu untuk keluarga dan kerja,

si miskin……

beliau senantiasa berupaya untuk menjadi kaya,

semua itu adalah pilihan,

bila kalian pandai kalian tak akan mejadi si miskin,

jikalau kalian bertahan kalian akan menjadi sederhana,

semua itu yakni jalan hidup yang harus dilewati….

contoh puisi bertema sosial

Maaf ya kalo salah.

Burung Kecil Menuju Langit

Sendal jepit dikakimu dan
Kaus tipis menempel ditubuh hitam nan kurusmu
Sudah lumpur sawah dan debu kota kau bermandi
Masih bertahan kau hingga kini juga bersama mimpi
Dulu kau panjatkan
Tidaklah tinggi, tidaklah susah didaki
Tapi bercermin pada dirimu…
Mungkin sudah itu jatahmu, namun siapa tahu.

Biar kamu burung kecil, berkhayal menuju langit
Tidur dihamparan awan-awan
Kendati sayap lusuhmu hingga patah kau bawa melayang
Sekali kamu kata bintang
Sampai sekarang bertahan bintang
Pasti kan kau mampu, bintang-bintang

tuliskan puisi bernuansa sosial

ANGKOT

  Globalisasi Pembangunan : Kelas Bawah Kaum Perempuan

Pagi buta, oto renta mengais nafkah

Hingga petang, tak pernah mengalah 

Menyisir setiap ruas jemari ibu kota

Demi bahagiakan anak istri tercinta

Makin siang, udara panas menggarang

Fatamorgana di jalan aspal nan gersang

Perlahan maju, dicekal si lampu merah

Kembali sesak, dicekik hawa gerah

Tega nian! Selaksa jiwa diangkut paksa

Tanpa pikir panjang mesinku yang bau tanah

Ditambah penumpang menggosip panas 

Sejuk angin diamuk panas mengganas

“Aku ingin istirahat bung!”

Lelah, keringatku tak terbendung

Sedang kau terus memaksakan

Tanpa kau tahu akan perasaan

“Sungguh berkilo telah kutempuh!”

Mungkinkah esok tiba, kumerapuh

Penulis! Tolonglah sentuh hatinya

Agar terbuka pintu perasaannya