Candi Singosari yaitu salah satu candi cukup terkenal di Kota Malang. Candi Singosari tergolong salah satu candi bersejarah yg merupakan bekas peninggalan kerajaan Singasari . Candi Singosari merupakan Candi peninggalan Budha-Hindu. Candi ini pertama kali didapatkan pada periode ke 18, pada tahun 1800 hingga 1850.
Candi Singosari didapatkan pertama kali oleh Belanda tahun 1980-an. Pada saat itu, masyarakat menyebutnya sebagai Candi Renggo sedangkan pihak Belanda menamakannya Candi Menara dikarenakan bentuk candi yg menyerupai menara. Menurut masyarakat di sekitar lokasi, bangunan Candi budha di Indonesia ini dulunya dinamakan Candi Cungkup. Karena pada saat ditemukan, candi mempunyai keadaan yg rusak berat terutama belahan atapnya.
Tidak dikenali siapa yg pertama kali berhasil menemukannya. Tapi dlm catatan kepurbakalaan dicantumkan jika penemu pertama yakni Niclaus Engelhard yg menjabat selaku Gubernur Pantai Timur Laut Jawa pada tahun 1801. Secara runtut banyak pekerja purbakala Eropa yg menyertakan laporan mengenai candi seperti Thomas Stamford Raffles yg menawarkan laporan pada tahun 1815, lalu ada CGC Reinwardt serta J Th Bik tahun 1822, dilanjutkan dgn HN Sieburgh pada tahun 1837, Jonathan Rigg pada tahun 1847, serta R Verbeek pada tahun 1891.
Candi Singosari Saat Restorasi
Setelah nyaris 100 tahun sejak dibuatnya catatan, ini membuat Dinas Kepurbakalaan Belanda yg pernah berkuasa di Indonesia mulai menyelenggarakan penelitian serta penggalian lebih lanjut terhadap Candi Singosari dr tahun 1901 hingga 1904. Lalu pada tahun 1934 mulai diadakan restorasi serta melakukan pemugaran kembali sampai dgn tahun 1937.
Menurut laporan tertulis dr para pengunjung Candi Singosari mulai dr tahun 1803 hingga 1939, mereka menyampaikan bila candi ini bahu-membahu merupakan suatu kompleks yg cukup luas. Walaupun saat didapatkan keadaan candi dlm keadaan rusak parah.
Suatu hal yg unik lagi yaitu mampu dilihat pada dekorasi yg ada diluar candi & sebaiknya rata, namun pada Candi Singosari ini tak demikian. Hal ini disebabkan karena ketika pengerjaan yg masih belum selesai, kemudian eksklusif ditinggalkan. Candi Singosari didapatkan sudah lama, tetapi catatan sejarah gres ditulis tahun 1800-an
Sejarah Candi Singosari
Candi Singosari sendiri merupakan candi peninggalan kerajaan Singosari yg dibangun selaku bentuk penghormatan terhadap raja Kartanegara. Raja Kertanegara merupakan raja terakhir dr kerajaan Singosari. Hal ini terbukti dr sejarah candi yg diambil dr goresan pena didalam kitab Negarakertagama. Selain itu didapatkan pula beberapa prasasti di pelataran candi yg diyakini selaku Prasasti Gajah Mada.
Raja Negarakertagama sendiri tertulis wafat tahun 1292 lantaran adanya penyerangan dr pasukan Raja Jayakatwang. Menurut beberapa andal sejarah, mereka berpendapat jika pembangunan Candi Singosari bantu-membantu tak pernah selesai. Sedangkan kegiatan renovasi kepada Candi Singosari mulai dikerjakan pada tahun 1934 hingga tahun 1936. Pemugaran & renovasi Candi Singosari dilakukan oleh pemerintah Hindia.
Tidak banyak yg tersisa dr Kerajaan Singosari yg sangat berkuasa pada kala 13 di daerah Jawa Timur. Karena hanya didapatkan sebuah candi yg masih belum selesai pembangunannya serta dua patung raksasa berdiri seperti mempertahankan serpihan depan istana. Hanya ini jejak yg masih tersisa dr kerajaan terbesar di Nusantara pada dikala itu. Candi Singosari disebut masyarakat setempat selaku “Candi Cungkup” awalnya sempat dinamakan pula Candi Renggo, Candi Menara & Candi Cella. Untuk sebutan yg terakhir karena candi ini memiliki celah sebanyak 4 buah di pecahan tubuh candi. Hingga kini nama yg lebih dikenal ialah Candi Singosari karena letaknya di Singosari.
Banyak yg menilai bahwa Candi Singosari yakni makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pertimbangan ini disangsikan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena tata cara mandala yg berkonsep candi Hindu & sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta). Candi Singosari mulanya disebut dlm sebuah laporan kepurbakalaan tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard, seorang Gubernur Pantai Timur Laut Jawa.
Ia melaporkan wacana reruntuhan candi didaerah dataran tandus di Malang. Tahun 1901 Komisi Arkeologi Belanda melakukan penelitian ulang & penggalian. Berikutnya 1934 Departemen Survey Arkeologi Hindia Belanda Timur merestorasi bangunan ini hingga selesainya tahun 1937. Anda mampu melihat tabrakan tanda solusi pemugaran ini pada kerikil kaki candi di sudut barat daya. Saat ini banyak arca-arca dr reruntuhan Candi Singosari disimpan di Museum Leiden Belanda.
Ada gosip yg mencukupi mampu dikenali ihwal Singosari dr teks Jawa antik kurun ke-14 yakni kitab raja. Candi Singosari yg dibangun tahun 1304 ini umumnya dihiasi dr bawah hingga atasnya. Bila Anda perhatikan hiasan tersebut tak seluruhnya diatasi sehingga ada praduga candi ini dlm proses pembangunan yg belum selesai kemudian ditinggalkan. Dimungkinkan akhir adanya pertempuran yakni serangan Kerajaan Gelang-Gelang pimpinan Jayakatwang tahun 1292 hingga merusak Kerajaan Singosari, sering disebut pula masa kehancuran Singosari ataupralaya.
Kerajaan Singosari didirikan tahun 1222 oleh seorang rakyat biasa berjulukan Ken Arok, yg sukses menikahi putri anggun Ken Dedes dr Janggala setelah membunuh suaminya. Ken Arok kemudian menyerang Kediri & berhasil menyatukan dua wilayah terbelah yg pernah dipisahkan oleh Raja Airlangga tahun 1049 selaku warisan untuk kedua putranya. Singosari kemudian berhasil membuatkan pertanian yg subur di sepanjang aliran sungai Brantas, serta jual beli laut yg menguntungkan di sepanjang Laut Jawa. Pada 1275 & 1291 Raja Singosari yakni Kertanegara menyerang kerajaan maritim Sriwijaya di Sumatera Selatan & kemudian mengendalikan perdagangan laut di maritim Jawa & Sumatera.
Dalam masa kejayaannya, Singosari begitu kuat, bahkan Kaisar Mongol Kubilai Khan yg perkasa menganggap penting mengirim armada & utusan khusus ke kerajaan Singosari untuk menuntut Raja Kertanegara dengan-cara pribadi untuk menunjukkan loyalitas pada Mongol. Sebagai jawabannya, ternyata Raja Kertanegara memotong indera pendengaran salah satu delegasi tersebut selaku pesan pada Kubilai Khan bahwa Singosari tak akan tunduk.
Kemudian Kertanegara dibunuh oleh salah seorang raja bawahannya yaitu Jayakatwang tahun 1293. Tatkala armada perang dikirim oleh Kubilai Khan tiba di Jawa, mereka tak mengenali bahwa rupanya Raja Kertanegara sudah tiada. Menantu Kertanegara, Raden Wijaya, berhasil membujuk armada Kublai Khan untuk membunuh Jayakatwang, tetapi kemudian justru berbalik menghalau armada Mongol dr Jawa. Raden Wijaya selanjutnya mendirikan kerajaan Majapahit tahun 1294 di utara Singosari yakni di Porong. Maka berlangsunglah sebuah masa keemasan bagi sebuah kerajaan bernama Majapahit yg kekuasaannya meliputi Indonesia ketika ini & bahkan hingga ke Malaysia & Thailand.
Arsitektur Candi Singosari
Dalam pengerjaan Candi Singosari yaitu dgn cara , menumpuk bebatuan andesit hingga meraih ketinggian tertentu. Lalu akan diteruskan untuk mengukirnya dr atas & turun kebawah. Letak candi ini di lembah yg berada diantara gunung Arjuna & pegunungan Tengger. Ada salah spesialis purbakala yg berasal dr Eropa, pernah pula menawarkan nama candi ini dgn nama candi Cella yg merupakan gantian nama dr candi Menara. Dengan adanya nama tersebut, para masyarakat sekitar tak setuju dgn nama candi tersebut. & pada akibatnya hingga kini ini nama yg digunakan yakni Candi Singosari.
Jika dilihat dr segi struktur dr candi, pada umumnya Candi Singosari ini menawarkan suatu penyimpangan dlm suatu bentuk tubuh yg berkesan menjulang ramping & ditopang dgn kaki candi yg ada diatas watu. Untuk kaki candi yg tambun tersebut merupakan sebuah perubahan dr bangunan yg induknya. Makara pada tubuh candi akan terangkat agak lebih tinggi. Beberapa arca yg ada di kaki candi berbentuk bangunan. Tubuh candi sudah dirancang dgn tak mempunyai ruangan untuk tempat arca mirip halnya candi Hindu. Namun, untuk gantinya dibentuk dgn relung-relung yg tak dlm pada setiap sisi pada dinding luar arah empat mata angin.
Penyimpangan struktur tersebut bukan suatu hal yg kebetulan & atas dasar kreatifitas arsiteknya. Pastinya akan ada berbagai alasannya & pertimbangan yg mampu melatarbelakangi kreatifitas para arsitekturnya. Pada puncak dr bangunan tersebut sekarang terlihat lebih pejal. Seakan puncak dr Candi Singosari ini rata. Sehingga pada belahan tubuh terlihat lebih menjulang, & untuk kaki candi lebih terlihat tambun.
Komplek percandian menempati areal 200 m × 400 m & terdiri dr beberapa candi. Disisi barat maritim komplek terdapat sepasang arca raksasa besar (tinggi nyaris 4m, disebut Dwarapala) & posisi gada menghadap ke bawah, ini memperlihatkan meskipun penjaganya raksasa tetapi masih ada rasa kasih sayang kepada semua mahkluk hidup & istilah selamat datang bagi segalanya. Dan posisi arca ini hanya ada di Singhasari, tak ada di tempat ataupun kerajaan lainnya. Dan di dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini mengakibatkan prasangka bahwa candi terletak di komplek sentra kerajaan.
Letak candi Singhasari yg dekat dgn kedua arca Dwarapala menjadi menarik tatkala dikaitkan dgn pedoman Siwa yang menyampaikan bahwa ilahi Siwa bersemayam di puncak Kailasa dlm wujud lingga, batas Timur terdapat gerbang dengan Ganesha (atau Ganapati) sebagai penjaganya, gerbang Barat dijaga oleh Kala & Amungkala, gerbang Selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang Utara dijaga oleh Batari Gori (atau Gaurī). Karena letak candi Singhasari yg sungguh erat dgn kedua arca tersebut yg terdapat pada jalan menuju ke Gunung Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tak terlepas dr eksistensi gunung Arjuna & para pertapa yg bersemayam di puncak gunung ini pada waktu itu.
Bangunan candi utama dibentuk dr kerikil andesit, menghadap ke barat, berdiri pada alas bujur sangkar berskala 14 m × 14 m & tinggi candi 15 m. Candi ini kaya akan pernak-pernik ukiran, arca, & relief. Di dlm ruang utama terdapat lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yg dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan yg berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini pula berdiri arca Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, yg kini ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Kalian pula bisa mengunjungi candi bersejarah lainnya di indonesia mirip sejarah Candi Ratu Boko dan sejarah Candi Sewu .