close

Sejarah dan Masyarakat Tionghoa Bandung

Bandung atau dgn ungkapan Bumi Pasundan, yg tak hanya milik satu etnis saja. Di sana pula lahir keragaman dr orang tionghoa yg menjajal menyelamatkan diri dr perang. Chinatown Bandung yg berada di Jalan Kelenteng No 41, Kecamatan Andir, Kota Bandung, sekarang menjadi destinasi rekreasi gres yg tengah hits di masyarakat.
Selain terdapat bangunan, toko & pedagang makanan, di tempat ini pula terdapat suatu ruangan yg dijadikan sebuah mini museum. Di dlm museum terdapat sebuah tembok sejarah mengenai eksistensi etnis tionghoa di Indonesia sampai alhasil menetap di Kota Bandung. Menarik yg mampu dilihat dr dlm tembok tersebut disebutkan kalau bangsa tionghoa pertama kali tiba ke Indonesia lewat ekspedisi Cheng Hoo tahun 1405-1433 dgn membuka jalur sutra & keramik. Sejak itu bangsa tionghoa mulai berdatangan & membangun pecinan di Pulau Jawa.
Masyarakat tionghoa pindah ke Bandung ketika terjadi Perang Diponegoro tahun 1925. Sebagian besar tinggal di Jalan Suniaraja & Jalan Pecinan Lama. Mereka menetap & mencari nafkah hingga kesannya menyebar ke Jalan Kelenteng pada tahun 1885. Pecinan pertama di Jalan Kelenteng ditandai dgn pembangunan Vihara Setya Budhi. Pecinan Bandung berkembang pesat pada tahun 1905 saat warga tionghoa mulai berjualan di Pasar Baru. 
Pada eranya setiap pecinaan dipimpin oleh Wijkmeester. Beberapa di antaranya ialah Thung Pek Koey di Suniaraja, Tan Nyim Coy di Citepus. Sementara wilayah Bandung dipimpin oleh Luitennant Tan Djoen Liong. Beberapa nama pemimpin tersebut sekarang masih diabadikan selaku nama tempat seperti Goan Ann & Jap Lun di Kecamatan Andir. Menurut, Budayawan Tiongkok Soeria Disastra menyampaikan bahwa pada abad 19 tak ada batas-batas antara warga tionghoa & pribumi. Namun, tatkala itu pemerintahan Belanda merasa tak senang sampai kedua pihak dipisahkan dr segi ekonomi. 
Sementara, penduduk tionghoa dijadikan mediator perekonomian bangsa Eropa & pribumi dlm jual beli rempah-rempah. Lama kelamaan kedekatan itu memudar,” beber Soria mirip dikutip dlm tembok sejarah. Saat itu Bandung dipisahkan menjadi utara & selatan dgn rel kereta yg membentang dr Cimahi hingga Kiaracondong. Wilayah utara dikuasai Belanda sedangkan selatan oleh pribumi & warga aneh. Dan hingga sekarang potret harmonis antara tionghoa & pribumi masih terjalin di Indonesia khususnya Bandung. 
\