Sejarah Monumen Palagan Ambarawa merupakan monumen yg terletak di Ambarawa, Semarang & mempunyai sekelumit sejarah panjang. Dan banyak sekali monumen di Indonesia terutama bangunan bersejarah di semarang mirip sejarah museum ambarawa & sejarah candi gedong songo. Monumen ini didirikan sebagai suatu bentuk simbol untuk mengingat peperangan Palagan Ambarawa yg terjadi pada tanggal 12 hingga 15 Desember 1945. Meskipun mempunyai sejarah panjang, peperangan yg terjadi di Ambarawa pada masa itu sukses menuai kemenangan.
Sama seperti banyak sekali monumen lain yg tak terlepas dr kisah usaha rakyat Indonesia pada masa lalu, demikian pula dgn monumen yg diberi nama sesuai lokasinya yakni Ambarawa. Ada banyak sejarah yg terjadi tatkala terjadinya pertempuran di Ambarawa. Lantas mirip apa sejarah sampai kesannya monumen ini resmi diresmikan?
Sejarah Monumen Palagan Ambarawa
Perjuangan rakyat Indonesia demi meraih status negara merdeka tak lantas berhenti tatkala proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Tanggal tersebut memang menjadi penetapan dengan-cara resmi tentang kemerdekaan negara, namun setelah itu masih banyak perjuangan yg terjadi demi menjaga kesatuan bangsa & negara.
Salah satu bukti dr kerasnya usaha bangsa Indonesia bahkan sehabis proklamasi kemerdekaan yakni peperangan yg terjadi di Ambarawa. Ambarawa sendiri merupakan suatu daerah yg berlokasi di belahan selatan kota Semarang, provinsi Jawa Tengah. Pertempuran yg berlangsung selama sekitar empat hari tersebut dikerjakan demi memperjuangkan daerah dr tentara sekutu yg berusaha membebaskan para prajurit Belanda yg menjadi tahanan (NICA).
Pada masa itu prajurit sekutu yg merasa terdesak di daerah Magelang, melaksanakan pengunduran diri ke tempat Ambarawa. Sementara itu pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yg dipimpin oleh Kolonel Soedirman melakukan pertempuran dgn prajurit sekutu & alhasil berhasil menenteng kemenangan pada tanggal 15 Desember 1945. Sejak dikala itu setiap tanggal 15 Desember diingat sebagai Hari Infanteri.
Urutan Kejadian Pertempuran Ambarawa
Adapun lebih rinci mengenai proses hingga pecahnya peperangan Ambarawa dapat dipetakan sebagai berikut.
- Tanggal 20 Oktober 1945
Pada tanggal ini prajurit sekutu yg dipimpin oleh Brigadir Bethell tiba di Semarang. Maksud kedatangannya ialah untuk mengorganisir para tawanan perang serta serdadu Jepang yg masih berada di provinsi Jawa Tengah. Adapun yg menjembatani kehadiran prajurit sekutu ini tak lain ialah NICA. Pada mulanya kedatangan tentara sekutu disambut dgn sikap yg baik oleh pemerintah setempat. Bahkan Mr. Wongsonegoro selaku Gubernur Jawa Tengah waktu itu setuju untuk menawarkan materi kuliner serta kebutuhan lain yg diharapkan prajurit sekutu selama berada di Semarang. Hal dimaksudkan semoga tugas yg diemban prajurit sekutu mampu berjalan lancar, apalagi lagi mereka sudah berjanji untuk tak mengganggu kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Akan namun apa yg terjadi justru mulai menjadi bumerang untuk negara tersayang. Tatkala prajurit sekutu & pula NICA sudah tiba di Ambarawa serta Magelang dgn maksud awal sekadar membebaskan tawanan serdadu Belanda, hal sebaliknya terjadi. Semua prajurit tawanan tersebut justru diberikan senjata, sehingga pihak Indonesia menjadi murka. Baca juga monumen di indonesia, Sejarah berdirinya tugu monas, peninggalan bersejarah di indonesia, dan peninggalan peradaban mesir antik
Tak disangka-sangka insedian bersenjata terjadi di kota Magelang bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Penyebabnya serdadu sekutu bersikap seolah-olah mereka adalah penguasa & memaksa TKR untuk melepaskan senjata yg berujung kekacauan. Membalas langkah-langkah tak tersebut, Letkol M. Sarbini selaku TKR Resimen Magelang melakukan pengepungan terhadap serdadu sekutu dr segala penjuru.
Akan tetapi prajurit sekutu sukses meloloskan diri & bergerak menuju Ambarawa. Tak tanggung-tanggung Resimen Kedu Tengah di bawah komando M. Sarbini eksklusif melakukan pengejaran. Sementara itu pelarian prajurit sekutu pula kandas di Desa Jambu, karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda yg dipimpin oleh Ono Sastrodihardjo serta pasukan dr Ambarawa, Surakarta, & Suruh.
Tidak cuma itu Batalyon I Suryosumpeno pula ikut menghadang tentara sekutu di tempat Ngipik. Akan tetapi pada dikala itu tentara sekutu sukses menguasai dua desa yg berada di sekeliling Ambarawa. Mengetahui hal tersebut pasukan Indonesia yg berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman melaksanakan usaha demi membebaskan kedua desa tersebut.
Sayangnya kolonel Isdiman gugur dlm usaha tersebut. Oleh karena itu Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman, turun eksklusif untuk memimpin pertempuran alasannya adalah merasa kehilangan sosok seorang perwira terbaiknya. Dengan turunnya Soedirman semangat para pasukan Republik Indonesia kembali membara & koordinasi di antara komando sektor & pengepungan kian diperketat. Siasat yg dipakai pengepungan itu ialah serangan secara secara tiba-tiba yg akan dilakukan semua sektor bersama-sama. Tidak absen pula berbagai bala sumbangan terus tiba mulai dr Yogyakarta, Salatiga, Solo, Magelang, Purwokerto, Semarang, & masih banyak lagi.
- Tanggal 23 November 1945
Tepat ketika fajar mulai menyingsing pada tanggal 23 November 1945, kegiatan tembak-menembak bareng pasukan sekutu yg masih tetap bertahan di kompleks gereja & pekuburan Belanda di jalan Margo Agung terus berlanjut. Beberapa pasukan Indonesia yg ikut ambil bagian dlm tembak-menembak itu yakni Yon Imam Adrongi, Yon Soeharto, & Yon Sugeng. Sementara itu tentara sekutu mengerahkan para tawanan Jepang dgn memperkuat tank-nya untuk menyusup ke dlm wilayah kedudukan pasukan Indonesia. Mereka menyusup dr arah belakang, sehingga pasukan Indonesia terpaksa pindah ke Bedono.
- Tanggal 11 Desember 1945
Pada tanggal 11 Desember, Kolonel Soedirman melakukan rapat bersama seluruh komandan Sektor TKR & Laskar. Akhirnya pada tanggal 12 Desember serangan mulai dilancarkan kepada prajurit sekutu. Tidak hingga dua jam kemudian pertempuran di Ambarawa sudah berkobar. Seluruh jalan raya di sepanjang Semarang-Ambarawa dikuasai oleh para kesatuan TKR. Pertempuran yg menggunakan siasat gelar supit urang alias pengepungan dengan-cara rangkap tersebut berlangsung sangat sengit.
Terlebih lagi Kolonel Soedirman yg langsung turun memimpin pertempuran. Manfaat dr siasat tersebut ialah musuh betul-betul terkurung & tak dapat lagi berkomunikasi dgn pasukan induk mereka. Akhirnya sehabis bertempur selama empat hari, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1945, Ambarawa berhasil direbut dr serdadu sekutu. Dengan begitu mau tak mau tentara sekutu terpaksa kembali mundur ke Semarang.
Itulah sejarah monumen palagan ambarawa yg tak lepas dr perjuangan bangsa Indonesia menjaga wilayah kesatuan Negara Republik. Monumen Palagan Ambarawa sendiri dibangun pada tahun 1973 & diresmikan pada tanggal 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto.
Demi mengenang peristiwa bersejarah tersebut terdapat relief di dinding monumen yg menjadi gambaran singkat. Bukan hanya itu di monumen ini pula terdapat peninggalan Jepang & Belanda mirip seragam, senjata perang, & masih banyak lagi. Bahkan pula terdapat pesawat Mustang Belanda yg sukses dijatuhkan ke dlm Rawa Pening.