Di masa kebangkitan nasional, usaha mencapai kemerdekaan Indonesia mulai berubah. Tanggal 20 Mei 1908, berdirinya Budi Utomo menandai kebangkitan nasional. Tujuan organisasi Budi Utomo ingin Indonesia lebih sejahtera, begitu juga tujuan Indische Partij & tujuan organisasi sarekat islam. Perjuangan yg awalnya bersifat kedaerahan kini mulai kooperatif & terkoordinasi. Selain Budi Utomo, cukup banyak organisasi yg berdiri dgn cara berpikir yg berbeda-beda. Contoh cara pikir mirip nasionalisme, sosialisme & Islam. Cukup banyak organisasi berhaluan islam yg berdiri. Seperti Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam, Nahdatul Wathon, Nahdatul Ulama & Muhammadiyah
Bersama
dengan Nahdatul Ulama, Muhammadiyah merupakan organisasi islam yg sangat
besar. Organisasi yg berdiri di Yogyakarta ini tak hanya aktif di keagamaan
namun pula di pendidikan & sosial. Keaktifan Muhammadiyah ini mewarnai sejarah
Indonesia. Berikut yaitu sejarah organisasi Muhammadiyah.
Sejarah Organisasi Muhammadiyah
Tujuan K.H. Ahmad Dahlan yakni memurnikan semua penyimpangan yg ada di dakwah islam. Penyimpangan ini dikhawatirkan mampu menghancurkan ajaran islam yg murni alasannya adalah sudah bercampur dgn kebiasaan atau budaya di sebuah kawasan atau wilayah dgn argumentasi adaptasi. Selain memurnikan pedoman islam, K.H. Ahmad Dahlan pula ingin membangun pendidikan rakyat & kondisi sosial agar lebih terdidik & maju. Dengan pendidikan ini pula beliau ingin memperlihatkan supaya pedoman Islam lebih dr bersifat statis & pribadi, tetapi pula dinamis & mempunyai nilai di segala faktor kehidupan insan. Itulah tujuan organisasi Muhammadiyah.
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan pula merefleksikan pada banyak perintah di Al-Alquran. Contoh yakni surat Ali Imran ayat 104 yang mengajak agar semua umat saling mengajak pada kebaikan, menegakkan kebaikan & mencegah kemunkaran. Dari ayat tersebut, K.H. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa membentuk pergerakan umat untuk melakukan dakwah Islam dengan-cara teorganisasi. Ayat ini jugalah yg kelak menjadi wangsit & tertulis di butir keenam mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Yaitu untuk melancarkan usaha serta usaha dgn keteraturan organisasi.
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Dilandasi
pemikiran yg mulia itulah K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada
tanggal 18 November 1912. Tepatnya di Kampung Kauman yg berada di Kota
Yogyakarta. Muhammadiyah ini berdiri untuk mendukung pemikiran & usaha KH
Ahmad Dahlan untuk memurnikan pedoman Islam di Jawa, yg berdasarkan pendapatnya, terlalu
banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Nama Muhammadiyah sesungguhnya disarankan oleh
sobat K.H. Ahmad Dahlan yg berjulukan Muhammad Sangidu. ia yaitu tokoh
pembaruan yg akhirnya berposisi selaku penghulu Kraton Yogyakarta. Kemudian
K.H. melakukan sholat Istikharah.
Muhammadiyah mempunyai banyak basis yg berkontribusi di banyak sektor sosial. Di permulaan berdirinya, Muhammadiyah pula mempunyai basis dakwah untuk wanita & kaum muda yg bernama majelis pengajian Sidratul Muntaha. Di bidang pendidikan, perannya dilahirkan dlm pembentukan sekolah dasar & sekolah lanjutan, yg dahulu diketahui selaku Hogere School Moehammadijah yg kemudian berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah. Institusi pendidikan ini sekarnag kita kenal dengan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan pendidikan ini khusus laki-laki. Alamatnya berada di Jalan S. Parman no 68 Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan. Sedangkan sekolah yg khusus perempuan bernama Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta yang terletak di Suronatan Yogyakarta. Keduanya kini menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah yg dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Persebaran Organisasi Muhammadiyah
Di permulaan berdirinya Muhammadiyah, efek organisasi ini masih sedikit & terbatas di beberapa wilayah. Contohnya mirip Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan dan Pekajangan. Cabang-cabang organisasi tersebut mulai berdiri pada tahun 1922. Kabar sedih pun muncul, sang pendiri Muhammadiyah berpulang pada tanggal 23 Februari 1923. Meskipun K.H. Ahmad Dahlan meninggal, usaha Muhammadiyah tak pernah berhenti. Kini usaha Muhammadiyah dipimpin oleh K.H. Ibrahim. Dua tahun sehabis akhir hayat K.H. Ahmad Dahlan atau tepatnya tahun 1925, jumlah anggota Muhammadiyah masih 4.000 anggota.
Di titik ini sudah membangun dua klinik di Surabaya & Yogyakarta serta membangun 55 sekolah. Salah satu tokoh Muhammadiyah berjulukan Abdul Karim Amrullah mengajarkan Muhammadiyah ke Sumatra Barat yang langsung membuka cabang di Sungai Batang kawasan Agam. Dalam waktu yg cepat, arus gelombang pengajaran Muhammadiyah dgn cepat menyebar ke seluruh Sumatra Barat. Dari Sumatera Barat inilah para tokoh Muhammadiyah terinspirasi untuk bergerak ke kawasan lain di luar Jawa seperti menjangkau Sumatra lebih dalam, Kalimantan & Sulawesi. Para penjualdr Minangkabau membantu penyebaran ini. Di bawah kepemimpinan K.H. Hisyam atau pada tahun 1938, Muhammadiyah sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Di tahun ini Muhammadiyah mempunyai 250000 anggota. Memiliki 31 perpustakaan, 834 masjid, 7630 cendekiawan & 1774 sekolah.
Sekarang Muhammadiyah menjadi organisasi islam terbesar nomor dua di Indonesia sesudah Nahdatul Ulama. Saat ini, dgn 29 juta anggota, Muhammadiyah yaitu organisasi Muslim paling besar kedua di Indonesia, setelah Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah pula memiliki beberapa organisasi otonom. Contohnya mirip Pemuda Muhammadiyah, Aisyiyah & tujuan organisasi Aisyiyah yg sesuai untuk wanita Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah & Tapk Suci Putera Muhammadiyah untuk sekolah tinggi silat.
Perkembangan Setelah Indonesia Merdeka & Hingga Sekarang
Muhammadiyah pula terus berjuang & memperlihatkan warna sejarah sejak masa pergerakan & kebangkitan nasional, masa sehabis kemerdekaan & sampai dikala ini. Selama keributan politik & pembantaian tahun 1965-66 atau masa pemusnahan PKI, Muhammadiyah berperan & menyatakan perang kepada Gestapu / PKI atau disebut Gerakan 30 September & Partai Komunis Indonesia. Muhammadiyah memaknainya selaku Perang Suci. Pernyataan Muhammadiyah ini tentu disokong oleh banyak kalangan Islam lainnya.
Lalu berlanjut ke periode reformasi Indonesia tahun 1998 atau tepatnya sesudah Suharto lengser, beberapa orang Muhammadiyah menginginkan kepemimpinan Muhammadiyah untuk membentuk partai. Dari sinilah ketua Muhammadiyah waktu itu, Amien Rais, mendirikan Partai Amanat Nasional atau yg umumkita singkat dgn PAN. PAN menerima pemberian yg sangat besar dr para anggota Muhammadiyah tetapi partai ini tak mempunyai kekerabatan yg resmi dgn Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah menyatakan bahwa anggota Muhammadiyah bebas untuk menyelaraskan diri dgn partai politik yg mereka pilih asalkan mereka membuatkan nilai dgn Muhammadiyah.
Demikian gosip perihal sejarah organisasi Muhammadiyah. Sejarah organisasi Muhammadiyah ini perlu dikenali sebagai salah satu bukti kebangkitan nasional yg berlandaskan islam. Bicara duduk perkara organisasi Islam, tugas Indonesia dlm OKI pula cukup besar.