Memang benar bahwa Parindra merupakan organisasi politik. Namun sejatinya, organisasi ini sedikit berbeda dgn partai politik lain di zamannya. Sebagaimana sejarah PKI, sejarah Partindo, sejarah Perhimpunan Indonesia, & sejarah PNI yg masing-masing bergerak bikin sejarah yg berlawanan namun maksudnya sama, Indonesia merdeka.
Partai Indonesia Raya diresmikan dgn tujuan meraih Indonesia yg mulia & tepat tetapi memang sedikit menyimpang dr partai politik seperjuangannya. Hal ini mampu dimaklumi karena Parindra berdiri dgn bergabungnya beberapa organisasi non politik dr penduduk pelajar. Di antaranya adalah Serikat Ambon, Serikat Celebes, beberapa serikat pemuda lain dr wilayah di Indonesia. Tetapi yg paling berpengaruh yakni adanya adonan sejarah berdirinya Budi Utomo yang balasannya mengalami peleburan ke dlm organisasi ini.
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yg didirikan oleh dr. Soetomo di kota Surabaya tahun 1930 turut mewarnai Parindra sebagai organisasi politik. PBI & organisasi yg tujuannya bergotong-royong untuk mendukung pembelajaran perserikatan pemuda kedaerahan yg bersatu dlm satu payung partai politik ini menawarkan kabar baik bagi dunia pergerakan nasional. Itu artinya, terjadinya persatuan di kalangan para pelajar Indonesia. Maka dibentuklah Parindra di kota Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 Desember 1935.
Baca pula :
Raden Pandji Soeroso yg menjadi wakil dlm sejarah pembentukan BPUPKI merupakan salah satu anggota Parindra. Beliau & beberapa rekan seperjuangannya memulai berpolitik dr wadah ini. Bersama Parindra, ia ini menggerakkan sendi-sendi perekonomian bangsa Indonesia semoga mampu berdikari. Untuk dapat mencapai suatu tujuan, sebuah planning yg tersusun rapi menjadi hal wajib sebelum proses eksekusi langkah-langkah.
Awal Pergerakan
Parindra menggerakkan organisasinya dgn cara mendirikan kelompok-kelompok berdasar kepentingan yg tetap akan dipantau oleh pemerintah Belanda. Para petani yg tergabung dlm Parindra dimasukkan ke dlm Rukun Tani. Sementara Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin) diresmikan selaku wadah bagi para pekerja di dunia perkapalan.
Di awal pergerakannya saja, Parindra pribadi mendapat sumbangan besar dr rakyat. Dukungan ini dibuktikan dgn jumlah anggota permulaan Parindra yg menyentuh angka 2.425 orang yg tersebar pada 52 cabang Parindra seluruh Indonesia. Tatkala tahun 1936, kekuatan Parindra bertambah 1000 orang anggota dgn persebaran cabang yg bertambah menjadi 57 unit seluruh Indonesia.
Parindra berupaya menaruh kekuasaannya dlm dewan perwakilan Volksraad agar dapat menyuarakan pertimbangan -pendapatnya perihal pemerataan keadilan. Keinginginan ini nantinya terkabul dgn duduknya Moh. Husni Thamrin di bangku Volksraad untuk membuat kritik bagi pemerintah kolonial biar menjalankan pemerintahannya dgn lebih manusiawi. Beberapa petisi ditolak oleh Husni Thamrin dr Parindra. Contohnya petisi Soetardjo yg terbit di tahun 1936.
Baca pula :
Di samping menawarkan kemudahan bagi asosiasi seprofesi, Parindra pula berusaha merambah dunia perekonomian Indonesia. Parindra menggalakkan Swadeshi –usaha menyanggupi keperluan sendiri- yg pada perkembangan sejarah bahasa Indonesia lebih diketahui selaku swasembada. Partai ini pula yg mendirikan Bank Nasional Indonesia (BNI).
Sebagai suatu organisasi besar, tak lengkap rasanya jika tak mempunyai percetakan sendiri yg dipakai sebagai rumah buatan media cetaknya. Sebagaimana organisasi nasional yg lain, Parindra pun menguasai beberapa media cetak yg mampu dikendalikan untuk bikin informasi yg diinginkan Parindra.
Didukung Pemerintah Belanda
Partai ini bergerak sangat tanpa hambatan. Kelancarannya tak lepas dr izin pemerintah Belanda yg tatkala itu dipegang oleh Jenderal Van Starkenborg selaku pemimpin pengganti De Jonge yg menyelesaikan jabatannya di tahun 1936. Memang sejak permulaan pendiriannya, Parindra menjadi organisasi kooperatif yg terbuka dgn kerjasama eksternal. Parindra tak menutup diri dgn proposal-tawan pemerintah Belanda untuk bergerak seiringan.
Perpindahan kekuasaan pemerintah Belanda yg jatuh ke tangan Van Starkenborg menawarkan keuntungan lebih pada Indonesia. Pemerpanjang masa penjajahan Belanda di Indonesia tersebut memberikan apresiasi yg lebih tinggi lagi dr pemerintah sebelumnya kepada organisasi dlm negeri yg bersifat kooperatif dgn pemerintah Belanda.
Di tahun 1937, Partai Indonesia Raya meraup penunjang sampai 4.600 orang anggota & terus membengkak hingga masa penjajahan kolonialis berganti masuk ke dlm masa penjajahan Jepang di Indonesia. Parindra terus bertahan meskipun iklim politik berubah. Organisasi partai ini memiliki pengikut hingga 19.500 orang di tahun 1941. Tahun tersebut merupakan waktu yg bersahabat dgn perang pasifik hingga menuntut Jepang bikin sejarah PETA & beberapa organisasi yang lain untuk memenangkan peperangan.
Kehilangan Pemimpin
Soetomo yg berperan selaku pemimpin di Parindra meninggal dunia pada tahun 1938. Selain dr. Soetomo, Parindra pula memiliki Moh. Husni Thamrin selaku tokoh yg besar lengan berkuasa. Namun jabatan ketua pengganti dr. Sooetomo yg sudah wafat jatuh ke tangan K.R.M. Wuryaningrat. Meskipun begitu, Husni Thamrin tetap menjadi tokoh besar lengan berkuasa di dlm Parindra. Ironisnya, polisi dinas belakang layar Belanda menjatuhkan posisi Husni Thamrin yg sebenarnya cuma pedagang biasa kebetulan menjadi anggota Volksraad.
Parindra mengadakan kongresnya pada tanggal 24-27 Desember 1948 & menciptakan beberapa ketegasan. Dengan tanpa kompromi, Parindra tidak mau menerima anggota yg berasal dr non Indonesia alias peranakan adonan. Mereka mengambil fokus perjuangan pada dilema perekonomian rakyat yg masih mengundang iba serta berupaya menumbuhkan kemauan penduduk Jawa agar melaksanakan transmigrasi ke pulau-pulau lainnya demi kehidupan yg lebih stabil lagi. Mereka sadar bahwa terlalu banyaknya penduduk kuat pada sulit tidaknya pembangunan yg dilakukan.
Bubarnya Parindra
Belanda tidak suka Parindra sebab merasa Parindra ini berkhianat pada Belanda. Memang pada awal pendiriannya, Parindra mau berkooperasi dgn pemerintah Belanda yg menguasai Indonesia. Namun ternyata koordinasi ini tak disetiakan. Buktinya, tatkala Moh. Husni Thamrin sakit keras yg berujung pada kematiannya, bukan hanya para pemuda Parindra saja yg tiba memberikan ucapan duka.
Sebuah rombongan massa yg tergabung dlm Surya Wirawan –artinya matahari gagah berani- pula datang ke tempat tinggal almarhum Moh. Husni Thamrin tatkala meninggal dunia tanggal 9 Februari 1941. Pemimpin Parindra ini menghembuskan nafas terakhir karena kalah berjuang melawan penyakit malaria yg menyerang tanpa dipanggil.
Baca pula :
Semasa hidupnya, Moh. Husni Thamrin berjuang total melalui Parindra. Beliau ini berusaha memperjuangkan kemerdekaan dgn cara yg sungguh halus. Ia masuk menjadi anggota Volksraad & terus memperjuangkan orang Indonesia biar kian banyak yg dapat menduduki jabatan tersebut. Moh. Husni Thamrin berjuang supaya bunyi dr wakil Indonesia yg mewakili suara-bunyi rakyat kecil semakin didengar pemerintah. Kesuksesannya dibuktikan dgn peniadaan perumpamaan inlander bagi penyebutan orang pribumi yg menjadi pihak terjajah & mengubahnya menjadi Indonesier.
Parindra bubar alasannya adalah kehilangan para pemimpinnya. Sejarahnya sudah menyumbangkan energi besar kepada usaha kemerdekaan Indonesia. Perannya dlm menyamaratakan hak rakyat pribumi dgn bumiputera & golongan lain sudah diwujudkan dlm beberapa kesuksesan konkret.