Sejarah Partai Masyumi Di Indonesia Terlengkap

Partai Masyumi yaitu partai politik Islam terbesar yg bangun selama era demokrasi liberal di Indonesia pada kurun waktu 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959, dikala dimana Presiden Soekarno mendasarkan pemerintahannya menurut UUDS  (Undang – Undang Dasar Serikat) 1950. Secara politis, kedudukan umat Islam di Indonesia pada bulan – bulan pertama sehabis proklamasi kemerdekaan tak terlalu menggembirakan.

Sebagai salah satu partai yg bangun pada awal – permulaan kemerdekaan Indonesia, Masyumi adalah partai Islam yg pernah terlibat dlm pemerintahan. Dengan kedudukannya tersebut, Masyumi ikut dlm asas politik di Indonesia. Keterlibatan Masyumi mampu dibilang untuk menyalurkan aspirasi rakyat muslim pada dikala itu, sehingga dapat mempersatukan hampir semua organisasi – organisasi Islam di Indonesia. Menurut M.Natsir, salah satu tokoh Masyumi pada waktu itu, Islam dipandang bukan cuma selaku agama saja melainkan suatu falsafah hidup yg tak mampu memisahkan antara agama & politik.

Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)

Cikal bakal sejarah partai Masyumi berasal dr MIAI, suatu tubuh federasi untuk organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yg dibuat pada 18-21 September 1937. MIAI mengkoordinasikan banyak sekali kegiatan serta menyatukan umat Islam di Indonesia untuk menghadapi banyak sekali siasat politik Belanda mirip UU perkawinan & wajib militer. MIAI terus berkegiatan dgn lancar hingga Jepang masuk ke Indonesia. Tatkala itu Jepang menangkap KH. Hasyim Asyari alasannya menolak membungkuk ke arah matahari terbit untuk menghormat pada Kaisar Jepang.

Didera gelombang protes yg besar, Jepang akibatnya membebaskan dia & mulai mengganti kebijakan politik kepada umat Islam yg ada di Indonesia. Jepang hendak menimbulkan Islam di Indonesia sebagai bagian dr politik perang yg disebut Lingkaran Kesejahteraan Bersama Asia & sebab itu memberi izin pada MIAI untuk tetap beroperasi pada 13 Juli 1942.  Tetapi lambat laun Jepang mulai memandang MIAI sebagai ancaman alasannya adalah berbagai acara MIAI, alasannya adalah itu pada 24 Oktober 1943 MIAI dibubarkan sesudah mengizinkan Muhammadiyah & NU kembali beraktifitas sebulan sebelumnya. Ketahui pula tentang sejarah partindo partai indonesia, sejarah pni partai nasional indonesia & sejarah parindra partai indonesia raya.

  Kerajaan Sriwijaya

Pendirian Masyumi

Pada 24 Oktober 1943 Jepang mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia yg disingkat dgn Masyumi untuk tetap mengendalikan umat Islam di Indonesia. Jepang membutuhkan adanya suatu organisasi yg dapat menggalang pinjaman dr masyarakat Indonesia terutama umat Islam. Usaha Jepang menerima pertolongan kaum nasionalis di Pusat Tenaga Rakyat (Putera) mengalami kegagalan, maka Jepang mendirikan Masyumi. Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, Masyumi belum menjadi sebuah partai politik tetapi menjadi federasi dr empat organisasi Islam yg diizinkan yakni Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam & Persatuan Umat Islam Indonesia.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno menganjurkan adanya pembentukan organisasi resmi selaku pembantu presiden tetapi mempunyai fungsi sebagai partai & dewan legislatif, yg kelak akan diketahui sebagai Komite Nasional. Bersamaan dgn itu, Soekarno pula ingin membentuk partai tunggal yaitu Partai Nasional Indonesia selaku motor perjuangan rakyat di lapangan dlm segala situasi. Para tokoh lain yg menginginkan kehidupan berdemokrasi menentang keras ide tersebut. Muhammad Sjahrir kemudian berusaha menghimpun dukungan dr anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) semoga mengeluarkan permintaan supaya Komite Nasional dirombak sampai memiliki kekuatan legislatif.

Sekitar 50 orang dr 150 anggota KNIP menyambut positif usulan Syahrir maka Soekarno menyepakati usulan dr Syahrir tersebut. Kemudian terbit Maklumat Negara Republik Indonesia no.X ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 16 Oktober 1945. Sistem parlementer mulai dilaksanakan & membuka potensi partai – partai politik untuk turut serta di legislatif. Suara terbanyak akan mendominasi kabinet. Pada 3 November 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yg isinya merupakan anjuran untuk mendirikan partai politik.

Berbagai kalangan menyambutnya dgn bergairah tergolong umat Islam yg menyelenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia pada 7-8 November 1945 di Yogyakarta. Sekitar lima ratus tokoh – tokoh & delegasi hadir disini, & hasilnya pada 7 November 1945 disepakati pembentukan partai politik Islam yg dinamakan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi.  Simak pula tentang sejarah perhimpunan Indonesia, sejarah PKI & sejarah g30S PKI lengkap.

  Pemikiran Mengenai Munculnya Pasar Bebas

Tujuan & Ideologi Partai Masyumi

Tujuan yg menjadi cuilan tak terpisahkan dlm sejarah partai Masyumi tercantum pada budget dasarnya, yaitu untuk terlaksananya ajaran & aturan Islam di dlm kehidupan individual, penduduk , & negara RI menuju keridhaan Illahi. Ini mampu diartikan bahwa Masyumi bermaksud untuk membuat Indonesia yg bercorak Islam namun dgn memberikan keleluasaan penuh pada golongan lain untuk berbuat & memperjuangkan aspirasi politik sesuai dgn agama & ideologinya masing – masing.Pada 6 Juli 1947 dikeluarkan ideologi partai Masyumi dlm manifesto politiknya dgn menyebut ideologi Islam & dikukuhkan dgn Anggaran Dasar Partai Masyumi pada Muktamar Masyumi ke-6 pada Agustus 1952.

Perkembangan Partai Masyumi

Pada sejarah partai Masyumi, tekad untuk membuatnya sebagai partai tunggal dlm Islam membuahkan dua jenis keanggotaan didalam partai tersebut. Kedua jenis keanggotaan tersebut ialah anggota biasa & anggota organisasi atau anggota istimewa. Syarat sekurang-kurangnyausia 18 tahun untuk anggota perseorangan. Anggota istimewa Masyumi mulanya terdiri dr Muhammadiyah, NU, Perikatan Umat Islamm & Persatuan Umat Islam.

Jumlah anggota kemudian terus bertambah & Masyumi tetap memperluas pengaruhnya dgn mendirikan aneka macam organisasi yg sifatnya otonom mirip Serikat Tani Islam Indonesia (STII), Serikat Buruh Islam Indonesia (SBII) yg tujuannya untuk menyaingi eksistensi Serikat Buruh Komunis & Serikat Nelayan Islam Indonesia (SNII), pula pembentukan ranting – ranting sampai ke pedesaan. Pada 31 Desember 1950, Masyumi telah tercatat memiliki 237 cabang, 1080 aanak cabang, 4982 ranting & kurang lebih 10 juta anggota.

Perpecahan di Partai Masyumi

Memasuki periode 1947-1952 terjadi pemisahan diri oleh beberapa penunjang permulaan Masyumi untuk membentuk partai politik sendiri, dimulai dr Sarekat Islam yg mendirikan Partai Sarekat Islam Indonesia. Pengaruh signifikan pada keanggotaan Masyumi gres terjadi tatkala NU keluar pada tahun 1952 karena keinginan & kepentingan NU kurang terakomodir. Maka Muhammadiyah menjadi penggerak utama dlm partai tersebut. Pada Pemilu 1955 Masyumi mendapat perolehan suara terbanyak setelah PNI, sehingga mendapatkan 57 bangku legislatif & 112 kursi anggota konstituante, semua itu berasal dr 10 kawasan penyeleksian dr total 14 daerah pemilihan yg ada.

  Sejarah Kejadian Merah Putih Di Manado (1946)

Pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948 menjadi awal perseteruan Masyumi & PKI melalui perang brosur & perkelahian antara pendukung Masyumi & Front Demokrasi Rakyat yg beraliran komunis & dipimpin Muso sehingga hubungan PKI & Masyumi memanas. Memasuki abad Demokrasi Terpimpin, relasi PKI & Soekarno semakin dekat sehingga PKI menjajal menghipnotis Soekarno untuk membubarkan Masyumi, Muhammadiyah & HMI alasannya adalah akan membatasi demokrasi terpimpin.

Soekarno pula ingin menghapus partai politik sejak Oktober 1956 & konsepsi Presiden pada 1957. Masyumi pula kadang-kadang menentang kebijakan – kebijakan Soekarno & mengkritiknya. Konflik antara Soekarno & pimpinan Masyumi bikin para anggota istimewa berpikir untuk melepaskan diri, karena tidak mau terkena imbasnya. Maka pembicaraan mengenai abolisi anggota istimewa dimulai & pada 8 September 1959 keanggotan istimewa dengan-cara resmi dihapus.

Dampak penghapusan tersebut sangat besar pada sejarah partai Masyumi berakibat kian besarnya tekanan politik pada Masyumi alasannya adalah anggota menyusut drastis. Pemberontakan PRRI yg dilaksanakan oleh tiga tokoh utama Masyumi yakni M. Natsir, Mr. Sjafruddin Prawiranegara & Mr. Burhanoeddin Harahap pula turut menyumbang pertentangan dgn Soekarno, meskipun pada alhasil di tahun 1966 Soekarno menyatakan pada Bernhard Dahm bahwa ia tak dapat menyalahkan keseluruhan partai karena kesalahan beberapa orang saja. Soekarno alhasil membubarkan Masyumi pada 17 Agustus 1960 dgn Keppres no.200/1960. Kemudian Masyumi menyatakan diri bubar pada tanggal 13 September 1960.