Sejarah Terbentuknya Fpi Di Indonesia

Organisasi Front Pembela Islam atau lebih populer dgn sebutan FPI ialah salah satu organisasi massa Islam yg ada di Indonesia. FPI mengusung persepsi Islam konservatif, memiliki basis massa yg sangat signifikan & menjadi penggerak pada beberapa aksi pergerakan umat Islam di Indonesia. Ormas ini telah banyak menjadi pemberitaan di media massa dgn kostum mereka yg identik dgn warna putih & menjadi sumber pembicaraan yg kerap menghiasi trending topic di media umum juga. Kiprah FPI yg mampu menggerakkan aksi demonstrasi besar pada 4 November 2016 yg dikenal dgn agresi 411 & pula demonstrasi pada 2 Desember 2016 yg diketahui dgn aksi 212 itulah yg mengakibatkan kekuatan ormas ini untuk menggerakkan ratusan ribu orang mulai dipertimbangkan & dimengerti khalayak banyak.

Aksi – agresi yg dipelopori FPI ini berawal dr kasus penistaan agama yg dikerjakan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada masa itu. Aksi tersebut memberikan bahwa FPI yaitu ormas keagamaan yg tak mampu dipandang enteng, bahkan riset yg dikerjakan oleh Alvara Research Center mengungkap bahwa FPI ialah ormas keagamaan nomor 3 sesudah NU & Muhammadiyah. Dengan hasil riset tersebut. FPI dipandang telah melebihi pencapaian ormas islam yang lain yg lebih renta seperti Al-Wasliyah & Persatuan Islam atau Persis. Simak sejarah berdirinya Al-Wasliyah & sejarah berdirinya HMI.

Sejarah Terbentuknya FPI

FPI terbentuk sebagai kepingan dr sejarah organisasi Islam di Indonesia. Tahun 1998 tak hanya menjadi tonggak sejarah reformasi tetapi pula menjadi tonggak dr banyaknya organisasi masyarakat & partai yg diresmikan pada ketika itu, tergolong FPI yg berdiri pada 17 Agustus 1998. Situasi ketika itu yg dimanfaatkan oleh pihak – pihak yg berupaya menghancurkan stabilitas negara yg sedang ringkih membuat banyak ulama, habib & kyai terdorong untuk mendirikan organisasi yg berprinsip ‘amar ma’ruf nahi munkar’.

  Peristiwa Tanjung Priok 1984 Secara Singkat

FPI kemudian dideklarasikan oleh Habib Rizieq Shihab, Habib Idrus Jamallulail, Kyai Misbach & beberapa ulama lainnya di Pondok Pesantren Al – Umm, Kampung Utan, Ciputat, tepatnya kediaman KH. Misbachul Anam yg menjadi Sekjen FPI pertama disaksikan oleh ratusan santri yg berasal dr Jabotabek. Latar belakang pendirian FPI berdasarkan organisasi tersebut antara lain:

  • Penderitaan panjang umat Islam di Indonesia yg terjadi alasannya adalah lemahnya kendali sosial dr penguasa sipil & militer, selaku balasan dr banyaknya pelanggaran HAM yg dilaksanakan oleh oknum penguasa.
  • Terjadinya kemungkaran & kemaksiatan yg semakin merajalela di seluruh aspek kehidupan.
  • Adanya keharusan untuk menjaga & menjaga harkat serta martabat Islam & seluruh umat Islam.

Struktur Organisasi FPI

Struktur Organisasi FPI terdiri atas sebagai berikut:

  1. Dewan Pimpinan Pusat sebagai pengelola organisasi dlm lingkup nasional, yaitu Ketua Majelis Syura DPP FPI Habib Muhsin Ahmad Al-Attas, Ketua Majelis Tanfidzi DPP FPI, Habib Rizieq (2003-2008).
  2. Dewan Pimpinan Daerah selaku pengelola organisasi dlm lingkup propinsi, yakni Ketua FPI cuilan Surakarta (FPIS) yakni Abu Bakar Ba’asyir.
  3. Dewan Pimpinan Wilayah, pengurus berukuran Kota atau Kabupaten
  4. Dewan Pimpinan Cabang atau pengelola organisasi di lingkup kecamatan.

Aksi – Aksi FPI Selanjutnya

FPI kemudian sungguh terkenal sesudah sejarah terbentuknya FPI sebab aksi – aksinya yg dianggap sangat kontroversial khususnya yg dijalankan oleh Laskar Pembela Islam yg tergabung dlm FPI. FPI pada tahun 1998 pula menjadi bagian dr Pasukan Pengamanan Masyarakat (Pam) Swakarsa yg turut mengamankan Sidang spesial MPR. Pam Swakarsa ialah istilah untuk kelompok sipil yg bersenjata tajam & dibuat TNI untuk membendung agresi mahasiswa tahun 1998, terlibat dlm berbagai bentrokan yg terjadi pada tahun itu.

Eksistensi FPI pertama kali ditunjukkan tatkala ribuan anggotanya menduduki Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Gubernur Sutiyoso di pertengahan Desember 1999. FPI menuntut  Sutiyoso untuk menutup semua tempat maksiat seperti klub malam, diskotek, panti pijat, & kafetaria selama bulan ampunan. Mereka menduduki Balai Kota selama 13 jam lebih dgn membawa nama FPI beserta atribut jubah putih, ikat kepala atau sorban putih, selempang kain hijau, bahkan beberapa membawa pentungan kayu. Citra FPI yg seperti inilah yg kemudian menempel di mata rakyat Indonesia.

Setelah sejarah terbentuknya FPI, dlm agresi – aksi selanjutnya mereka lebih vokal & menggunakan pendekatan yg berupa ‘agresi faktual’ dlm perjuangan menegakkan prinsip – prinsip agama Islam. Mereka tak ragu untuk merazia tempat makan pada bulan mulia bahkan sampai mengevaluasi KTP orang – orang yg tak berpuasa, menutup paksa tempat makan yg buka, pula merazia tempat hiburan & maksiat dgn pemikiran untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar atau mengajak pada kebaikan, melawan kejahatan & kemaksiatan.

Pada tahun 2002 di acara tabligh akbar ulang tahun FPI yg pula dihadiri oleh Said Agil Husin Al Munawar, mantan menteri agama & terdakwa kasus korupsi Dana Abadi Umat (DAU), FPI mengeluarkan pernyataan yg menuntut supaya syariat Islam dimasukkan pula ke dlm pasal 29 UUD 1945 yg bunyinya “Negara menurut Ketuhanan Yang Maha Esa” & untuk menyertakan “keharusan melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk – pemeluknya” sebagaimana tertera pada butir pertama Piagam Jakarta. Akan tetapi anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) yakni Dr. J. Soedjati Djiwandono berpendapat bahwa hal itu akan memecah kesatuan bangsa & negara karena bangsa Indonesia yg karakteristiknya beragam.

Namun tak hanya agresi kontroversial itu saja, FPI pula kerap melibatkan diri dlm agresi – aksi kemanusiaan seperti pengantaran relawan ke wilayah bencana tsunami Aceh, mengirim relawan & pertolongan logistik pada bencana gempa di Padang, serta masih banyak beberapa acara kemanusiaan yang lain contohnya menyebabkan markas FPI sebagai dapur lazim setiap kali terjadi banjir di Jakarta terutama tempat Petamburan, lokasi dimana markas FPI berada. Ketahui pula sejarah perhimpunan Indonesia, sejarah partai Masyumi , sejarah Indische Partij & sejarah berdirinya Hizbut Tahrir.

Kontroversi FPI (Front Pembela Islam)

Dalam sejarah terbentuknya FPI, organisasi ini banyak mendapatkan caci maki & ketidak sukaan dr aneka macam pihak bahkan bahaya pembubaran sebab dianggap sebagai ormas Islam garis keras, berupaya memecah belah bangsa, anarkis, bahagia main hakim sendiri sampai cap teroris alasannya sikap mereka yg keras. Aksi – agresi kekerasan FPI itu mulai meresahkan penduduk bahkan umat Islam sendiri sehingga banyak ormas yg menuntut pembubaran FPI. Akan namun, pengelola FPI menyatakan bahwa langkah-langkah – langkah-langkah keras tersebut dilaksanakan oleh oknum – oknum yg tak mengetahui Prosedur Standar dlm FPI.

Kontroversi besar yg melibatkan FPI terjadi pada perayaan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2008. Anggota FPI menyerang Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama & Berkeyakinan (AKBB) di Silang Monas. Ketua Komando Laskar Islam, Munarman menyatakan bahwa penyerangan tersebut dilaksanakan oleh Komando Laskar Islam & bukan oleh FPI. Belum ada anggota yg ditangkap sebab Habib Rizieq berjanji untuk menyerahkan pelaku yg bertanggung jawab.

Namun karena tak ada yg menyerahkan diri maka pada 4 Juni 2008 sebanyak 1500 orang anggota polisi dikerahkan ke markas FPI di Petamburan, Tanah Abang & menangkap 57 orang untuk diperiksa tergolong Habib Rizieq. Munarman bahkan ditetapkan selaku DPO karena melarikan diri. Sejak itu dlm sejarah terbentuknya FPI bertambah banyak protes yg menuntut pembubaran FPI tergolong dr ormas – ormas islam yang lain, bahkan pemerintah masih mempertimbangkan pembubaran FPI tersebut.