Banten yaitu Provinsi yg berada di serpihan paling Barat Pulau Jawa. Banten dulunya masuk dlm Provinsi Jawa Barat akan tetapi pada tahun 2002 Banten mengalami pemekaran sehingga menjadi Provinsi sendiri serta Kota Serang menjadi ibukota Provinsi Banten. Secara geografis Provinsi Banten memiliki wilayah laut yg sangat strategis serta mampu disebut berada dlm jalur lintas bahari yg memiliki potensi untuk menghubungkan tempat Asia dgn Australia, Hal ini dibenarkan karena kehadiran bangsa Eropa pula melewati jalur ini & lewat pelabuhan di Banten. Tidak mampu dibantah bahwa sejarah mengenai Banten di masa lampau sungguh mempesona untuk dimengerti, dr sisi ekonomi & pemerintahan di masa lalu. Berikut silsilah kerajaan Banten.
Silsilah Kerajaan Banten
Kerajaan Banten merupakan kerajaan islam yg berdiri pada era ke-15 sekitar tahun 1526. Sejarah berdirinya kerajaan Banten memiliki kaitan dgn sejarah kerajaan cirebon, Hal ini dikarenakan Kerajaan Banten berawal dr Syekh Syarif Hidayatullah atau yg dikenal sebagai Sunan Gunung Jati bareng Pangeran Walangsungsang melakukan syiar Islam di wilayah Banten. Dalam syiarnya yg berisi permintaan untuk berjihad dlm melawan hawa nafsu lantaran jihad tak hanya dlm jalan perang yg kemudian menarik perhatian masyarakat setempat & penguasa.
Penguasa (pucuk umum) Banten saat itu ada dua yaitu Sang Surosowan (anak dr Silih Wangi) sebagai penguasa Wahanten Pasisir serta Arya Suranggana yg menjadi penguasa untuk wilayah Wahanten Girang. Syarif Hidayatullah berjumpa dgn Nyai Kawung anten yg merupakan putri dr Sang Surosowan Pada saat di wilayah Wahanten Pasisir kemudian keduanya menikah serta dikaruniai dua orang anak yakni Ratu Winaon lahir pada 1477 M & Pangeran Maulana Hasanuddin yg lahir pada 1478 M. Pangeran Maulana Hasanudin pula memiliki nama lain yakni Pangeran Sabakingkin nama tersebut derma dr Sang Surosowan.
Baca pula : Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia
Setelah pernikahan ini pada tahun 1479 Syarif Hidayatullah kembali ke kesultanan Cirebon untuk mengemban tanggung jawab selaku pemimpin kesultanan Cirebon. Pada tahun 1519 Sang Surosowan wafat & penguasaan Banten (Wahanten Pasisir) diturunkan pada anaknya yaitu Arya Surajaya putra. Dari sinilah silsilah penguasa Kerajaan Banten dimulai berikut penjelasannya.
1. Maluana Hasanuddin
Maulana Hasanudin disebut selaku pendiri kesultanan Banten & dikenal dgn gelar pangeran Sabakingkin yg diberikan oleh kakeknya seperti penjelasan sebelumnya. Kompleks yg telah dibangun oleh Maulana Hasanuddin sesudah Banten menjadi Kerajaan sendiri menjadi Pusat Pemerintahan Kerajaan Banten. Masa pemerintahan Maulana Hasanuddin sekitar tahun 1552 -1570. Tepat pada Tahun 1552 Maulana Hasanuddin melaksanakan perjuangan pembangunan yakni kompleks keraton Surosowan, membangun alun-alun, pasar, masjid agung serta masjid di wilayah Pacitan.
Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati tiba di pelabuhan Banten bareng pasukan gabungan dr kesultanan Cirebon serta kesultanan Demak perjalanan ini bertujuan untuk merebut wilayah Wahanten girang akan tetapi Ki Jongjo sebagai kepala prajurit memilih dgn sukarela untuk berpihak pada Maulana Hasanuddin. Menurut sumber ekspresi menceritakan adanya acara dakwah yg dikerjakan Maulana Hasanuddin serta sukses menawan simpati penduduk hingga penduduk di kawasan pemerintahan Wahanten girang, membuat penguasa dikala itu geram & merasa terganggu sehingga Arya Suranggana meminta Maulana Hasanuddin untuk menghentikan acara dakwahnya. Pertentangan ini diakhiri dgn cara menantang sabung ayam (laga ayam) dgn syarat jika sambung ayam dimenangkan Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan aktivitas dakwahnya.
Hasilnya tantangan sambung ayam dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin. Setelah insiden tersebut Atas petunjuk yakni Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin memindahkan pusat pemerintahan Wahanten Girang ke pesisir di kompleks Surosowan sekaligus membangun kota pesisir. Pada tahun 1526 Kompleks istana Surosowan tersebut kesannya selesai & terjadi Penyatuan wilayah Wahanten Girang & Wahanten Pasisir yg kesannya bergabung menjadi Wahanten atau Banten serta dgn kedudukan selaku depaten dr kesultanan Cirebon.
Baca pula : Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Hal ini disebabkan lantaran Arya Surajaya selaku penguasa Wahanten Pasisir sudah menyerahkan kekuasannya pada Sunan Gunung Jati. Selanjutnya Sunan Gunung Jati kembali ke kesultanan Cirebon & Menyerahkan pemerintahan wilayah Banten kepada Maulana Hasanuddin. Silsilah penguasa ini terus berlanjut. Sunan Gunung Jati Wafat Pada tahun 1568 M, kemudian Maulana Hasanuddin Menyatakan bahwa Surasowan sudah lepas dr kekuasaan Cirebon. Kejayaan pada masa kepemimpinannya yaitu telah sukses membuat Bandar Pelabuhan Banten menjadi Bandar yg ramai dikunjungi para saudagar dr berbagai bangsa utamanya Persia, Gujarat & Venesia.
Saat itu sedang menghindari perdagangan lewat selat Malaka yang sudah dikuasai portugis sehingga berpindah ke selat sunda di wilayah Banten sehingga menjelma pelabuhan aktif bagi para penjualLuar Negeri serta menjadi sentra penyebaran agama islam. Selama Hidupnya Maulana Hasanuddin menikah dgn puteri Indrapura, & dikaruniai putera, bernama Maulana Yusuf. Selanjutnya Penguasaan kerajaan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf yg menggantikan posisi kepemimpinannya
2. Maulana Yusuf
Pemerintahan Kerajaan Banten sesudah Sultan Maulana Hasanuddin, diturunkan pada Maulana Yusuf. Maulana Yusuf memerintah Banten pada rentang tahun 1570 hingga 1580 M. Tahun 1579 Maulana Yusuf melakukan usaha penaklukan terhadap kerajaan Pajajaran di Pakuan ( Bogor ) & sekaligus melengserkan Rajanya yg bernama prabu Sedah. Setelah kejadian itu rakyat Pajajaran banyak yg melakukan perpindahan atau mengungsi ke pegunungan, perjalanan pindah ini menjadi cikal bakal suku Baduy di Rangkasbitung Banten.
Kemajuan yg di capai dlm masa pemerintahan Maulana Yusuf yakni pembangunan saluran-jalan masuk air di wilayah kerajaan & pembangunan benteng yg terbuat dr batu bata merah & karang selaku bahan bangunan pokok. Selain itu Maulana Yusuf pula memperluas mesjid Agung yg dibangun oleh Raja pendahulunya yakni Sultan Maulana Hasanudin, & membangun mesjid di Kasunyatan. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf Banten mengalami perkembangan hingga diketahui kepenjuru dunia sebagi pusat pemerintahan di Jawa Barat & perdagangan. Hal ini disebabkan Pelabuhan banten menjadi pelabuhan strategis saat itu. Setelah Wafat pemerintahan Maulana Yusuf digantikan oleh putranya yg bernama Maulana Muhmmad.
Baca pula : Sejarah Indische Partij
3. Maulana Muhammad
Maulana muhammad dinobatkan sebagai raja menggantikan Maulana Yusuf dikala itu masih usia 9 tahun, akan namun karena Maulana muhammad masih belum dewasa, sehingga jalannya pemerintahan kerajaan dikelola oleh Mangkubumi Jayanegara selama kurun waktu tahun 1580 hingga 1596 sembari menunggu Maulana Muhammad sampaumur. Setelah enam belas tahun berlalu, Tatkala sudah akil balig cukup akal Maulana Muhammad mulai menduduki jabatan selaku penguasa Kerajaan Banten. Saat masa kepemimpinannya Sultan Maulana Muhammad melaksanakan ekspansi wilayah. Tujuan ekspansi wilayah Sultan Maulana Muhammad yakni wilayah palembang sehingga sultan Maulana muhammad menyerang kesultanan palembang yg dulunya di dirikan oleh Ki Gendeng Sure.
Penyerangan kerajaan Palembang ini bermula lantaran Pendiri Kerajaan Palembang Ki Gedeng Sure merupakan keturunan Demak, serta kerajaan Banten yg pula memiliki silsilah keluarga dgn Demak sehingga Kerajaan Banten Merasa berhak atas Wilayah palembang. Dalam pertempuran melawan Palembang, pihak Kerajaan Banten mengalami kekalahan. Sultan Maulana Muhammad tewas balasan tertembak hingga wafat dlm peperangan. Palembang gagal di taklukkan & pasukan perang Kerajaan Banten mundur, Setelah ke wafatan Sultan Maulana Muhammad Pemerintahan Kerajaan Banten diturunkan pada Pangeran Ratu.
4. Pangeran Ratu
Pangeran Ratu atau Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir merupakan Raja ke empat dr silsilah Kerajaan Banten. Pangeran Ratu pula mempunyai nama lain yakni Sultan Agung. Pangeran ratu yg menjadi penerus penguasa Kerajaan Banten masih berusia 5 bulan saat Ayahnya (Sultan Maulana Muhammad) wafat sehingga pemerintahan Kerajaan Banten diwalikan oleh Mangkubumi Jayanegara. Hal ini serupa Saat masa transisi kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf pada Sultan Maulana Muhammad, akan namun Mangkubumi Jayanegara pula wafat sehingga digantikan oleh adiknya.
Pergantian posisi Magkubumi oleh adiknya ini tak berlangsung mulus sebab Adik Mangkubumi jaya negara memiliki kelakuan yg tak baik sehingga dipecat dr posisi jabatan. Hal ini memanggil kegalauan sehingga pemerintahan diambil alih oleh Ibunda Pangeran Ratu yaitu Nyimas Ratu Ayu Wanagiri. Tak usang sehabis itu Pada tanggal 8 Maret 1608 hingga 26 Maret 1609 terjadi perang saudara dlm Kerajaan Banten. Terdapat upaya yg sukses dikerjakan oleh Pangeran Jayakarta (pemimpin kota Jayakarta) sehingga kejadian perang kerabat dlm Kerajaan Banten dapat tertuntaskan serta tercapainya perjanjian hening, sehingga kondisi Kerajaan Banten aman mirip sebelumnya.
Baca juga: Sejarah kerajaan demak
Setelah perang saudara rampung diangkatlah seorang Mangkubumi gres bernama Pangeran Arya Ranamanggala yg bertindak selaku wali Pangeran Ratu. Langkah berikutnya yg dijalankan Pangeran Arya untuk menjaga keselamatan kerajaan dgn menunjukkan eksekusi untuk Pangeran serta Penggawa yg melakukan tindakan penyelewengan. Pada Januari 1624, Mangkubumi Pangeran Arya Ranamanggala menderita sakit sehingga memilih mundur dr jabatannya. Pada Saat itu Pangeran Ratu cukup dewasa, sehingga kepemimpinan Kerajaan Banten dipegang oleh Pangeran Ratu sepenuhnya. Sayangnya Dua tahun kemudian tepatnya 13 Mei 1626 sang Mangkubumi yakni Pangeran Arya Ranamanggala wafat karena sakitnya yg dahulu. Kesultanan Banten pada masa Pangeran Ratu mengalami gejolak yaitu dgn datangnya VOC yg ketika itu bermaksud untuk melaksanakan kegiatan monopoli perdagangan ternyata ditolak mentah-mentah oleh Pangeran Ratu menjadi titik awal kehancuran kerajaan.
Hal tersebut diakibatkan lantaran VOC mempunyai efek yg berpengaruh serta kedudukan VOC di Batavia sejak tahun 1619 membuat pertentangan yg terjadi semakin klimaks. VOC melakukan Blokade terhadap pelabuhan jual beli Banten sehingga pelabuhan tersebut tak meningkat sehingga tindakan tersebut menciptakan makin tegang hingga terjadi perang pada tahun 1633, akan tetapi konflik reda & mencapai persetujuan damai sehabis 6 tahun, tetapi kekerabatan kedua pihak masih tegang. Pemerintahan Pangeran ratu selsai setelah dirinya wafat & digantikan oleh anaknya yakni Ageng Tirtaayasa.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa menduduki jabatan penguasa Banten selama tahun 1651 sampai 1682. Pada masa menjadi penguasa Sultan Ageng sering memimpin perlawanan terhadap Belanda yg disebabkan lantaran VOC yg melakukan perjanjian monopoli perdagangan lokal yg merugikan Kesultanan Banten. Sultan Ageng menolak perjanjian tersebut serta membuat Banten sebagai pelabuhan terbuka & menjadi kerajaan islam besar. Disisi lain pada bidang ekonomi, Sultan ageng sudah melaksanakan perjuangan untuk memajukan kesejahteraan rakyat dgn membuka lahan untuk sawah-sawah gres & pengembangan tata cara irigasi, serta mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan & penasehat sultan.
Baca juga: Sejarah Wali Songo
Setelah Kejayaan Kerajaan Banten mengalami kemunduran akhir terjadi konflik dlm keluarga saat Sultan Ageng mengangkat Putranya (sultan Haji) selaku Raja pembantu, akan namun Sultan Haji membuat relasi baik dgn Belanda yg memancing ketidakpuasan Sultan Ageng sehingga Sultan Ageng bermaksud untuk mencabut jabatan Raja pembantu. Sultan Haji berusaha untuk tetap dlm jabatan serta disisi lain Belanda telah ikut campur & bersekutu bareng Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Peristiwa ini menimbulkan perang saudara sehingga pada perang tersebut Sultan Ageng tertangkap kemudian dipenjarakan hingga wafat di Batavia pada tahun 1691.